FORTPEAT - RARE SPECIES - 6

"Damn it!"

Bugh

Bugh

Bugh

Erangan kesal yang diiringi suara pukulan pada samsak memenuhi ruang gym yang kini digunakan Fort. Bertubi tubi pukulan dengan umpatan selalu terdengar, mencoba melampiaskan rasa marahnya pada omega yang tak tahu diri.

Mata besar itu menatap tajam kearah samsak. Rahangnya mengeras, urat dipelipisnya makin lama terlihat semakin jelas.

Kembali secepat mungkin kekamar dengan niat ingin mengambil jatah dari omega yang tengah heat, namun ia malah disuguhkan dengan ocehan tak berguna dari mulut tipis itu.

Apa? Kabur?

Orang tua kanker?

Bullshit!!!

Semenjak ia mengetahui jika Peat adalah fated pairnya, Fort sudah mengumpulkan banyak informasi mengenai pria cantik itu. Orangtuanya tak ada. Meninggal sejak umurnya 18 tahun. Latar belakang omega itu sudah berada ditangannya. Jadi pria kecil itu tak akan bisa mengelabuinya.

Cih! Terlalu congkak pria kecil itu dengan dirinya. Beraninya menghina keluarga kerajaan.

Seberapa hebat dirinya? Hanya seorang anak dari tengkulak. Tak tau malu dan tak tau diri. Seharusnya ia bersyukur terpilih menjadi bagian dari penerus tahta. Jika saja pria itu bukan kehendak Moon Goddes, Fort juga tak akan sudi memperistrinya. Meskipun dari luar ia tampak sempurna, jika hatinya sehitam itu sama saja dengan nihil.

Bugh

Dengan pukulan terakhir yang ia layangkan, Fort menarik kuda kudanya untuk kembali berdiri tegak. Semua emosinya cukup terlampiaskan dengan segala jenis olahraga yang ia lakukan.

Setelah napasnya teratur, Fort segera meraih handuk kecil yang tersampir disalah satu tiang penggantung. Menyekanya keseluruh tubuh yang mengkilap karena keringat. Kakinya kemudian berjalan menuju kamar mandi, ia akan membersihkan tubuhnya sebelum kembali berkerja.

-----

Langit cerah berangsur mendung. Udara panas yang timbul sebagai tanda hujan akan turun tak membuat Peat beranjak meninggalkan tepian waduk. Tangan putih itu tampak mengambil kerikil sekenanya, melemparkannya satu persatu ketengah waduk untuk meringankan pikirannya.

Pagi ini ia dipaksa menghadiri pertemuan dengan para petinggi wilayah termasuk Raja dan Ratu, tentu saja sendiri tanpa Fort. Membahas semua aktivitas serta pelatihan yang harus ia lakukan sebelum hari penobatan. Bahkan ia diwajibkan memeriksa kesehatannya setiap hari. Mereka bilang karena Peat adalah kasus pertama diluar bangsawan yang memiliki gender kedua. Jadi sebelum benar benar dijadikan Omega Agung, segala kemungkinam buruk harus disingkirkan.

Mata rusa itu menatap kosong kearah waduk. Kedua kakinya terlipat kearah dada dengan kedua tangan yang terlipat bertumpu diatasnya.

Hidupnya terasa menyedihkan dan malang.

Menjadi pendamping dari salah satu anggota keluarga yang membunuh orang tuanya benar benar mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Tak hanya sampai disitu, ia pun diperlakukan layaknya manusia menjijikan karena bukan dari kalangan bangsawan.

Dia bukan manusia bodoh yang tak mengerti dengan arti tatapan hina dan merendahkan dari semua orang. Satu satunya orang yang menatap Peat layaknya manusia hanyalah Ratu. Oh, tidak. Bukan, sepertinya itu hanya tatapan kasihan karena merasa tak enak hati dengan tatapan yang dilayangkan orang lain padanya.

Desahan terdengar dari Peat. Hidup bahagianya berubah hanya dalam semalam.

Jika memang tak satupun dari mereka menginginkan kehadirannya, kenapa ia tak dibuang? Peat pikir itu lebih baik dibandingkan harus terpenjara dengan gelar sebagai calon Omega Agung. Sungguh, Peat bahkan tak berniat atau menginginkan gelar itu sedikitpun. Peat hanya menginginkan hidup sederhna dengan anak dan istrinya layaknya pria diluar sana.

Tapi kenapa takdir harus memilihnya sebagai Omega Agung?

Kenapa harus dirinya?

Kenapa?

Apa istimewanya ia? Ia hanya pria biasa yang kadang cukup ceroboh. Ia tak begitu pintar meskipun ia tak bodoh.

Drap

Drap

"Khun, tiga puluh menit lagi anda memilili pertemuan yang harus dihadiri bersama putera mahkota. Mari bersiap" James yang sedari tadi berdiri dibelakang Peat berjalan mendekat untuk memberitahukan perihal kegiatan yang harus Peat laksanakan. Membuat lamunan Peat seketika buyar dan terpaksa menuruti perintah.

Tubuh kecil itu kemudian berdiri, menepuk bagian celana belakangnya untuk melepaskan kotoran yang mungkin saja menempel. Wajah yang semula suram itu ia paksakan untuk tersenyum. Tubuhnya berbalik, menatap James dengan menganggukkan kepalanya ringan.

"Ayo"

-----

Bunyi ketukan sepatu dengan lantai seolah menandakan jika Fort tak bisa menunggu lebih lama. Dengan mata yang bergantian menatap arloji dan anak tangga, Fort mendesis seolah memprotes jika Peat terlalu lama bersiap.

Tap

Tap

Mendengar bunyi tapak dari arah tangga yang cukup keras, Fort bersiap untuk memarahi pria kecil itu dengan memalingkan wajahnya kearah sumber suara segera. Namun Fort malah terdiam, mata besar itu tanpa sengaja menangkap siluet menakjubkan dari arah tangga. Peat terlihat sangat mempesona dengan pakaian yang ia kenakan. Setelan sederhana namun terlihat indah. Celana high waist hitam dengan potongan melebar dibawah lutut. Kemeja putih tulang yang disenadakan dengan jas yang dikenakan Fort. Sisi detail rumbai dibagian pergelangan dengan kerah v-neck membuat Peat terlihat sedikit feminim namun tetap cantik dan tampan. Belum lagi riasan dan tatanan rambutnya yang menambah poin plus dipenampilannya.

"Kau akan menatapku sepanjang waktu atau kita pergi sekarang juga ke pesta perjamuan?" Suara Peat membuyarkan lamunan Fort. Tatapan kagum yang semula ditujukan berubah menjadi tatapan malas.

"Aku menunggumu berjam jam hanya untuk terlihat seperti ini? Terbuang sudah waktu berhargaku"

"Seperti ini? Kalau begitu bisa kupastikan jika seleramu terlalu rendah karena terpesona melihatku yang se-per-ti-i-ni. Cih! Memalukan" Peat menatap Fort dengan remeh, menekankan setiap kata untuk menjatuhkan harga diri Fort. Suruh siapa melakukan hal yang bertolak belakang dengan ucapan?

Peat kemudian berjalan mendahului Fort menuju mobil yang sudah terparkir didepan mansion dengan sedikit menabrak bahu bidang itu. Meninggalkan Fort yang mengutuk dirinya yang terlihat begitu kentara mengagumi Peat.

Sial!

-----

"Kumohon jaga sikapmu selama disana. Berikan contoh terbaik pada orang orang karena kau adalah seorang calon Omega Agung" Fort yang sibuk menggulir ipadnya mengeluarkan nada serius untuk memperingati Peat.

Hanya gumaman rendah yang Peat keluarkan untuk membalas perintah dari putera mahkota. Ia malas berdebat, menatap jalanan lebih baik dibanding memulai pertengkaran.

Dua puluh menit pun berlalu. Mobil yang ditumpangi Fort dan Peat pun sampai dipelataran hotel yang dijadikan tempat pesta perjamuan. Ramainya manusia terlihat jelas dibalik kaca jendela mobil. Wartawan dan fotografer yang sengaja berdiri disisi karpet merah tampak bersiap memotret siapa saja yang akan masuk ke pesta perjamuan.

Baru saja Peat berniat membuka pintu mobil, tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Fort. Membuat mata rusa itu menoleh dan menatap Fort tak suka.

"Kita harus terlihat baik. Aku akan turun dan membukakan pintu untukmu. Jangan biarkan wajah seperti ini terlihat oleh orang lain, kau harus tersenyum dan terlihat ramah. Mengerti?" Fort menatap Peat serius. Ini adalah acara pertama yang dihadiri oleh calon Omega Agung dan Fort tak ingin ada kesalahan. Semua harus sempurna tanpa terkecuali.

"Attitudeku seribu kali lebih baik dibanding dirimu."

"Tunjukan kalau begitu"

Fort segera turun dari mobil. Bibirnya mematri senyum ramah yang dilayangkan pada wartawan dan fotografer yang berdiri disisi karpet merah. Kakinya melangkah dengan sedikit berlari mengitari mobil, tangannya kemudian meraih gagang pintu mobil dan menariknya kearah luar. Tangannya lalu melepaskan gagang pintu tersebut dan beralih menadah kearah Peat, meminta tangan sang omega untuk saling bertaut.

Wajah cantik itu terlihat menyunggingkan senyum, mata rusanya tenggelam separuh membuat kesan ramah. Tangannya menyambut baik tawaran tangan Fort. Menaruh telapak tangan kecilnya diatas telapak tangan yang lebih besar dan mulai menurunkan kakinya menyentuh karpet merah.

Setelah tubuhnya berdiri tegak, tangan Peat berpindah menggenggam lengan Fort. Keduanya saling tersenyum lebar sebelum berjalan melintasi karpet merah.

Langkah demi langkah dari sepasang calon pemegang tahta mengundang decak kagum banyak orang. Tak lupa dengan banyaknya kilatan dari blitz kamera yang sengaja diarahkan untuk menangkap momen perdana hadirnya seorang calon Omega Agung dikhalayak umum.

Layaknya panggung debut seorang selebriti, semua orang mulai membicarakan penampilan dari calon Omega Agung. Bagaimana pakaiannya, riasannya, tatanan rambutnya bahkan cara berjalannya. Baik didunia nyata ataupun dunia maya, semua rakyat benar benar membicarakannya. Bahkan kata kunci calon Omega Agung menduduki peringkat nomor satu disegala mesin pencarian.

"Tak buruk" Gumam Fort ketika mereka sampai didepan pintu masuk ballroom hotel.

"Sudah kukatakan attitudeku seribu kali lebih baik darimu" Peat menjawab tanpa melunturkan senyum ramah yang ia patri sedari tadi. Mereka tampak mengangguk ringan untuk membalas setiap sapaan yang diarahkan pada mereka.

Pesta perjamuan ini merupakan pesta yang diadakan untuk pengumpulan donasi melalui pelelangan barang. Banyak pengusaha dan selebriti yang turut hadir, menaikan citra dan pamor mereka melalui donasi yang akan diberikan.

Pengutusan putera mahkota bersama calon Omega Agung tak lain ialah untuk meresmikan pembukaan pelelangan serta sebagai simbolik kerajaan untuk mengirimkan donasi mereka. Dan juga tentunya sebagai awal pengenalan sang calon Omega Agung pada rakyat.

Fort dan Peat berjalan lebih jauh kedalam ballroom. Terlihat ruangan pesta yang ditata begitu indah dan megah. Jamuan yang tersebar diberbagai sisi ruangan pun tak kalah menarik, banyak jenis makanan dan minuman tersedia untuk semua tamu undangan yang hadir.

Seseorang tampak menghampiri keduanya dengan tergesa gesa. Fort tampak sumringah saat matanya menangkap sosok yang begitu ia kenali. Berbeda dengan Peat yang hanya memperlihatkan senyum tipisnya pada orang yang sudah baru saja sampai dihadapan mereka.

"Kukira kau tak akan datang" Pria berkulit tan itu berbicara sambil meraih tangan Fort untuk disalami. Mata tajam itu menatap Fort dengan senyum sumringah. Peat pun ikut tersenyum dan mengangguk ringan ketika matanya tak sengaja bertemu dengan mata pria didepannya ini. Entah kenapa Peat sedikit tak suka dengan cara pria ini menatapnya.

"Tidak mungkin aku tak hadir Net. Hahaha, bagaimana? Apa semua lancar?" Fort melepaskan tangan Net dan menarik pinggang Peat untuk menempel padanya. Peat sedikit terkejut dengan reaksi yang diberikan Fort. Kepalanya yang semula menatap kedepan kini menoleh melihat Fort yang tersenyum kepadanya. Kenapa pria ini tiba tiba menjadi posesif?

"Sangat, sangat lancar. Terimakasih sudah mau datang dan... Apa ini calon Omega Agung?"

Cup

Net perlahan mengambil tangan Peat yang menggantung bebas dan mengecupnya layaknya pangeran yang mengecup tangan tuan putri.

Peat terkejut dengan perlakuan yang ia dapat. Matanya melirik Fort untuk meminta penjelasan karena ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Namun Peat hanya mendapati Fort yang menatap datar kearah tangannya yang dikecup Net. Ugh! Benar benar tak membantu sama sekali.

Sesaat kemudian Net mengangkat kepalanya dan tersenyum manis kearah Peat tanpa melepaskan pegangan tangannya. Peat membalas senyum Net dengan senyuman canggung. Apa ini pantas dilakukan oleh seseorang yang baru dikenal?

"Ehem, kapan acaranya dimulai Net?" Suara berat Fort memecah tatapan Net yang masih tertuju pada Peat. Membuat pria berkulit tan itu tanpa sengaja melepas pegangannya pada tangan Peat dan memutar tubuhnya kearah panggung, Net kemudian mendapati MC sudah berdiri diatas sana dan tampak akan memulai acara.

"Ah, benar. Aku kesini untuk memanggil kalian agar bersiap kebelakang panggung. Maaf, aku lupa. Calon Omega Agung begitu menawan untuk dilewatkan begitu saja" Net kembali berpaling kearah Fort dan Peat, lebih tepatnya kearah Peat sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ah.. Terimakasih?" Ada nada ragu dalam jawaban Peat, namun Peat tetap menjaga senyumnya untuk tak luntur dari bibirnya.

"Baiklah, ayo pergi"

-----

Dua lengan yang terbalut kain putih itu tertumpu penuh pada pagar teras yang berada disamping ballroom. Sudah lebih dari tiga jam Peat berada dipesta dan belum juga ada tanda tanda Fort akan membawanya pulang. Langit sudah berubah gelap dan hawa dingin mulai menelusup kebalik bajunya, membuat Peat tanpa sadar mengangkat lengannya dan beranjak menduduki sebuah kursi yang terletak disudut teras.

Kursi yang Peat duduki cukup tinggi, membuat tubuhnya terbenam dan tersembunyi dibalik sandaran kursi tersebut.

Drap

Drap

Tepat setelah Peat menaikan kakinya keatas kursi, suara langkah kaki tak beraturan terdengar begitu keras ditelinganya. Awalnya Peat tak berniat bersembunyi, hanya saja pembicaraan yang tak sengaja ia dengar membuat Peat memilih berdiam diri dan menyimak pembicaraan tersebut.

"Kau lihat calon Omega Agung tadi? Wah! Benar benar menakjubkan. Dia sangat sempurna"

"Benar, Moon Goddes benar benar memberikan yang terbaik untuk keluarga kerajaan"

"Tapi itu tak adil, seharusnya setiap alpha mendapatkan hak yang sama. Memiliki omega luar biasa cantik dan seksi seperti calon Omega Agung merupakan berkah. Tapi sayangnya omegaku tak seperti itu"

"Apa yang kau bicarakan? Kau seharusnya bersyukur memiliki omega yang cukup sedap dipandang mata. Kau harus melihat omegaku dulu sebelum mengeluh"

Peat mengerutkan keningnya, pembicaraan ini tak lagi terasa benar. Kenapa mereka saling menjelekkan omega mereka?

"Oh! Hahaha, kau benar. Omegamu hitam dan gemuk. Untung saja Moon Goddes cukup baik padaku."

"Benar, tapi itu bukan masalah. Bahkan aku tak tau bagaimana keadaannya saat ini setelah kejadian reject saat itu. Mungkin mati? Hahaha"

Shit!

Demi Tuhan! Ini adalah hal paling buruk yang pernah Peat dengar. Tak pernah dalam sejarah hidupnya ia mendengar seseorang begitu bangga sudah menyakiti orang lain. Tak terasa tangan Peat mengepal kuat hingga buku buku jarinya memutih.

"Kau benar benar bajingan kawan! Hahaha"

"Cih, jangan senang dulu. Kau bahkan tak lebih buruk dariku. Kau bermain kesana sini dengan omega atau beta lain tanpa memikirkan matemu. Bukankah itu sama saja dengan penyiksaan? Dasar keparat, hahaha"

Peat memejamkan matanya erat, berusaha menelan emosinya yang sudah memuncak. Peat terlihat berusaha mengatur napasnya agar dapat kembali normal.

"Jika saja aku mendapatkan mate seindah calon Omega Agung. Aku pasti akan mengurungnya dirumah karena tak mau membagi kecantikannya pada orang lain. Bahkan aku bersedia hidup selama 24 jam tanpa keluar dari rumah. Oh, bayangkan! Kau bisa bergumul dengannya sepuas yang kau inginkan. Bagaimana pinggang ramping itu berada diantara telapak tanganmu. Bagaimana bokong sintal itu bergerak diatas tubuhmu. Bagaimana bibir tipis itu mencumbumu. Ugh! Membayangkan calon Omega Agung saja cukup membuatku tegang. Sial! Aku harus mencari jalang untuk memuaskanku malam ini!"

"Ayo pergi. Aku juga ingin mencari jalang dan membayangkannya menjadi calon Omega Agung. Oh! Itu pasti akan sangat nikmat"

Drap

Drap

Suara langkah sepatu yang menjauh membuat Peat menghembuskan napasnya kasar. Percakapan yang baru saja ia dengar benar benar menguras emosinya.

Apa omega selalu diperlakukan sebagai objek seksual? Apa kaumnya memang dipandang serendah itu?

Hidup selama 27 tahun di wilayah pendamping membuat Peat tak tahu sama sekali mengenai hinaan yang diterima oleh kaum omega. Dikelilingi manusia biasa bertahun tahun membuatnya memandang para bangsawan diwilayah inti merupakan manusia emas dan layak dihormati. Namun semua itu sirna ketika ia menemukan fakta baru jika bangsawan tak lebih dari sekedar sampah.

Dimana letak tata krama yang dijunjung tinggi para bangsawan itu? Bukankah itu dasar dari seseorang yang memiliki status?

Dengan penuh amarah Peat meninggalkan posisinya dan melangkah kedalam ruangan. Wajahnya berubah sedikit masam karena belum bisa menurunkan emosinya yang memuncak.

Baru saja ia melangkah masuk kedalam ballroom hotel. Matanya tanpa sengaja menangkap sosok Net yang masuk kedalam sebuah ruangan yang tersamarkan oleh dinding berlapis. Peat yang penasaran memilih mengendap mengikuti langkah Net yang tampak mencurigakan. Tubuh kecilnya bergerak sangat cepat, ia berhasil menghindari pintu yang tertutup cepat dan masuk kedalam lorong gelap.

Peat semakin memelankan laju jalannya. Matanya terus berfokus pada punggung Net yang berada jauh didepannya. Peat melihat Net masuk kebalik tirai maroon yang cukup mencurigakan. Peat sedikit mempercepat langkahnya untuk mencapai tirai itu lebih cepat.

Tangan putih itu meraih sisi paling tepi dari tirai. Berdiri dibalik tembok sambil sedikit menyibak tirai itu, Peat melihat sekumpulan pria berbadan besar yang Peat tebak sebagai alpha tengah berkumpul diruangan itu. Gelak tawa dengan segelas wine merah ditangan, para alpha itu tampak menikmati acara tersembunyi yang diadakan untuk mereka.

Tak lama kemudian MC yang sama pada acara pelelangan sebelumnya membuka acara tersebut dan disambut dengan sorakan bahagia dari para alpha.

Degg

Mata rusa itu terbelalak. Pemandangan mengerikan tampak jelas ia lihat dengan matanya. Jejeran omega pria dan wanita diatas panggung gelap dengan lampu remang itu terlihat menyedihkan. Tangan dan kaki mereka diborgol tanpa sehelai benang melekat pada tubuh mereka. Benar benar miris

Grep

"Diam dan jangan banyak bicara. Kita pulang sekarang"

-----

Perjalanan pulang terasa panjang. Suasana hening yang tak nyaman menyelimuti mobil hitam yang melaju membelah jalanan. Fort yang mencuri pandang kearah Peat hanya mampu mengunci bibirnya rapat. Tak tahu harus memulai percakapan dari mana.

Tak lama mobil hitam itupun terparkir dipelataran istana. Peat membuka pintu pertama kali dan berjalan menuju mansion yang kini menjadi satu satunya tujuan. Kaki jenjang itu melangkah cukup pelan dengan pandangan kosong kearah tanah.

Kepalanya sedari tadi penuh dengan kejadian yang baru saja ia lihat dan alami. Dirinya cukup shock dengan fakta yang baru ia ketahui.

Grep

"Berhati hatilah. Kau hampir saja menabrak pohon didepanmu" Fort menarik pinggang Peat sebelum pria itu menabrak pohon besar yang berada dihadapannya.

Peat menoleh melihat pohon besar yang hampir ia tabrak. Tangannya kemudian ia angkat untuk mendorong dada Fort menjauh dari tubuhnya.

"Terimakasih, aku duluan" Peat kembali melanjutkan perjalanannya memasuki mansion. Menghiraukan desahan penuh khawatir dari Fort dibelakangnya.

-----

"James, kau seorang omega bukan?" Setelah sekian lama berdiam diri dengan pikirannya sendiri, akhirnya Peat melontarkan sebuah pertanyaan pada James yang masih setia berdiri dibelakangnya. Mata rusa itu melirik James dari pantulannya yang berada dicermin.

"Ya Khun" Balas James tanpa mengangkat kepalanya, menunduk sopan merupakan bagian dari peraturan pekerjaannya.

"Bisakah kau menutup pintu itu dan duduk disebelahku?" Peat menatap James memohon dan tentu saja tak diketahui James karena kepalanya yang sibuk menunduk.

"Maaf Khun, saya tak-"

"Kumohon"

James mendongakan kepalanya menatap kearah tuannya. Hatinya bimbang melihat wajah mengiba sang Tuan.

James pun mengalah. Ia berjalan menutup pintu kamar dan kemudian berbalik menuju posisi Peat yang duduk didepan meja rias.

"James, ada yang ingin kutanyakan" Peat membuka suaranya sesaat James mendudukan tubuhnya tepat disebelahnya.

"Silahkan Khun"

"Apa berat hidup sebagai seorang omega disini?"

"Kenapa anda bertanya seperti itu Khun?"

"Hari ini aku melihat beberapa kejadian yang tak pernah terpikirkan olehku. Dan itu cukup membuatku khawatir. Menurutmu apakah berat hidup sebagai seorang omega disini?" Peat kembali menanyakan pertanyaannya, mata rusa itu melirik James yang menundukkan kepala.

"Hm, ya, cukup berat. Tapi bukankah setiap orang memiliki masalah dan takdir masing masing? Jadi menurutku hal itu bukanlah sesuatu yang harus dikeluhkan Khun"

"Kau sudah menemukan fated pairmu?" James sedikit tersentak dan kemudian mengangguk lemah. Hatinya tiba tiba terasa tertekan begitu saja.

"Dimana dia? Apa kalian saling mencintai? Jika kau tak mau membicarakannya tak apa. Ini bukan perintah. Aku hanya sedang mencari teman mengobrol"

"Eum.."

"Apa kau pernah bahagia menjadi seorang omega James?"

James cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Peat. Kepalanya menoleh cepat menatap sang Tuan dan mendapati Peat tengah tersenyum kearahnya. Pertama kali dalam hidupnya seseorang menanyakan kebahagiaannya, bukan keluarga ataupun teman, melainkan seorang atasan.

James menggeleng lemah, tiba tiba saja air mata mendesak keluar dari matanya. Ia tiba tiba berubah menjadi seseorang yang emosional.

Peat mengangkat tangannya dan mengusap air mata yang jatuh dari mata James, melayangkan senyum tipis berharap bisa sedikit menenangkan pria cantik didepannya.

"Aku memang tak memiliki apa apa untuk ditawarkan padamu James. Tapi aku siap mendengar cerita dan keluhanmu selama kau membutuhkan teman cerita. Jangan merasa sendiri dan tak dicintai. Setidaknya kau tau kau memilikiku meskipun hanya disini"

Grep

"Terimakasih Khun. Terimakasih"

James menghambur kepelukan Peat. Untuk sekali saja ia ingin melupakan batasan seorang atasan dan bawahan. Tak sampai seminggu mereka mengenal, tak tau latar ataupun pribadi masing masing. Namun James mengerti kenapa Moon Goddes memberikan posisi tinggi pada pria yang dipeluknya ini. Peat adalah pria penuh kasih dan hangat. Dan James percaya jika Tuannya akan membawa hal baik bagi wilayah terutama kaumnya.

Tangan pucat milik Peat menepuk pelan punggung James. Kepalanya yang semula penuh kini menjadi sedikit lebih ringan dibandingkan sebelumnya. Peat mulai tau dengan tujuannya. Peat mulai mengerti dengan alasan keberadaannya. Peat akan bertahan disini dan Peat akan berjuang hingga titik darah penghabisannya.

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞