FORTPEAT - RARE SPECIES - 47

Tangan besar itu begitu lihai mengusap surai panjang omega dihadapannya. Tubuh yang menghadap sempurna kearah sang omega dengan satu tangan lainnya yang mengukung pinggang kecil prianya. Dan iris aqua yang terpaku menatap sisi samping wajah sang omega yang kini tengah menidurkan kepala dibahunya.

"Jangan terlalu lama, nanti kau bosan" Mata indah yang selalu dikagumi itu perlahan terbuka, menatap teduh kearah sang alpha yang tak sedetikpun mengalihkan pandangannya.

"Bahkan seribu tahun pun aku tak keberatan" Fort kemudian menempelkan dahi mereka dengan tangan yang merengkuh kepala sang omega lembut. Ujung hidungnya menggesek ujung hidung sang omega yang diakhiri dengan kekehan geli dari keduanya.

"Seribu tahun? Tak buruk. Kalau begitu aku akan melakukannya tiga ribu tahun padamu" Peat mengangkat tangannya dan mengusap pipi sang alpha, kembali memejamkan matanya dan mulai merasakan lebih dalam kehadiran Fort bersamanya.

"Kkk.. Baik. Kalau begitu biarku lipat gandakan. Aku akan melakukannya selama enam ribu tahun" Fort ikut memejamkan matanya, merasakan afeksi lembut dipipinya.

"Wah.. Bagaimana cara mengalahkanmu? Apa aku harus melipat gandakannya lagi? Kkk"

"Jika kau melipat gandakannya, aku akan melipat gandakannya lebih banyak."

"Hah... Aku tak akan menang dari sifat keras kepalamu sayang"

"Kkk... Maaf. Tapi aku tak akan kalah, karena aku sangat keras kepala dalam mencintaimu"

"Pfftt" Tangan Peat yang mengusap pipi Fort beralih menutup punggung tangannya. Kalimat cheesy yang barusan ia dengar terdengar cukup menggelikan.

Apa Fort memang se-cheesy ini?

"Hei! Aku serius! Kau bahkan tak akan bisa mengukur dalam dan lebarnya cintaku"

Senyum Fort merekah ketika melihat sang omega yang tertawa terbahak bahak. Alpha itu turut terkekeh mengikuti tawa sang omega yang semakin menjadi jadi. Ia tahu jika perkataannya barusan terdengar menggelikan. Namun hasil dari kalimatnya adalah hal yang patut dinantikan. Gelak tawa dari sang omega benar benar menjadi hadiah terbaik untuknya.

Perlahan tawa Peat mereda, bersamaan dengan napasnya yang masih tersengal dengan telunjuk yang mengusap genangan air diekor matanya.

"Ah, baiklah. Kau menang sayang. Kau menang. Hah..." Peat menghembuskan napasnya, menandakan jika dirinya selesai dengan tawanya.

"Bagaimana pekerjaanmu hm? Semuanya lancar?" Kini tak lagi menidurkan kepalanya dibahu, Peat mengganti posisinya dengan merebahkan kepalanya didada Fort, tangannya ikut melilit pinggang sang alpha.

"Seperti biasa. Terlalu banyak" Fort mulai menyamankan posisi mereka, menaruh dagunya diatas puncak kepala sang omega dengan tangan yang merangkul pinggang dan bahu.

"Jika lelah, istirahat. Jangan dipaksakan. Aku tak mau kau jatuh sakit"

"Yosh! Laksanakan!" Kekehan kecil dari keduanya kembali terdengar, respon yang Fort berikan dengan nada siapnya cukup membuat keduanya kembali larut dalam tawa.

"Lalu bagaimana denganmu? Terapi mu lancar?"

"Eum. Khun Tan menemaniku seperti biasa. Fisioterapi kali ini katanya berprogres cukup baik. Oh iya, Noeul hari ini juga datang, tentu dengan Pakfaii. Mereka menitipkan salam untukmu"

Cup

Kecupan ringan didahi dengan anggukan dari sang alpha membuat Peat melesakan kepalanya lebih jauh, mencari tempat terhangat.

"Bagaimana dengan tiga jagoan? Mereka merepotkan?"

Srett

"Oh! Kau harus tau, kkk" Peat dengan cepat bangun dari posisinya dan memutar tubuhnya menghadap Fort. Matanya berbinar seakan sangat haus menceritakan sesuatu.

Menggemaskan!

Fort sangat menyukainya. Peat akan selalu bersemangat setiap kali menceritakan ketiga bayi tersebut. Sudah seminggu semenjak omega ini bangun dari komanya, dan selama itu juga ia selalu berapi api dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketiga bayi kembarnya.

Lihatlah bagaimana pria dengan ponytail ini bercerita. Mata berbinar yang terkadang menjadi besar dan menyipit tergantung kondisi cerita. Bibir kecilnya yang bergerak cepat mengeluarkan semua kata kata yang sudah ia susun sedemikian rupa agar mudah diceritakan. Gerak tangannya yang kesana kemari menggambarkan tingkah ketiga bayinya. Gestur tubuh yang bergerak karena terlalu bersemangat.

Kkk... Peat ternyata sudah berada dibawah kaki ketiga bayinya.

"... Dan untungnya Aom tak rewel. Jadi aku bisa menyusui Kiet dan Kraisee lebih dulu."

Yup. Ketiga bayi itu kini sudah memiliki nama. Dihari ketiga saat Peat sudah diizinkan untuk menggendong mereka, omega kecil ini protes kenapa anak anaknya tidak diberi nama. Hingga akhirnya semalam suntuk mereka mencari nama yang cocok untuk ketiga bayi tersebut.

Aom, seorang anak perempuan yang bisa merangkul. Kiet, seorang anak laki laki yang terhormat. Dan Kraisee, seorang anak laki laki yang mempunyai keberanian seperti singa.

Tentu saja harapannya agar mereka bertiga dapat sesuai dengan nama masing masing.

"Wah, istriku memang hebat!" Fort memberikan ibu jarinya diiringi senyum lebar diwajahnya.

"Tentu! Dan-oh! Hari ini Nick juga datang!"

"Kalian sudah bertemu lagi?!" Nada tak percaya dari Fort membuat Peat menganggukan kepalanya senang dengan senyum lebar dibibirnya. Meyakinkan sang alpha jika kawan lama didalam tubuhnya sudah mampu kembali berkomunikasi.

Sepertinya efek dari Peat yang baru bangun dari tidur panjangnya membuat Nick harus menahan diri beberapa waktu lebih lama.

Awalnya Fort pikir jika Nick sudah menghilang sepenuhnya. Ketika inang dari serigala sudah mati, serigala tersebut akan diangkat secara bertahap sebelum kembali disimpan untuk pemilihan inang selanjutnya. Tanda awalnya ialah rusaknya tanda pair, kemudian kelenjar feromon juga turut rusak hingga omega tak lagi mengeluarkan feromon. Dan tanda tersebut terjadi pada Peat tanpa terkecuali. Belum lagi aroma baru yang Peat dapatkan ditubuhnya, membuat Fort semakin yakin jika serigala manja itu sudah pergi.

Namun siapa sangka, ternyata dari awal Peat sudah dikaruniai dua feromon, dan tentu keduanya berasal dari sumber yang sama, Nick. Hal ini ia konfirmasi sendiri pada Peat. Tepatnya kemarin sebelum mereka tidur, Fort menanyakan perihal hal tersebut.

Omega itu bercerita jika dirinya pun tak tahu menahu mengenai feromon miliknya. Namun ia ingat jika Perdana Menteri Jom pernah bercerita jika dirinya lahir dengan dua warna aura, putih dan oranye. Hal ini sesuai dengan tanda kelahiran setiap bayi werewolf, yang mana warna aura mereka akan terlihat ketika lahir kedunia. Meskipun tak yakin seratus persen, saat ini mereka menyimpulkan jika aroma Jasmine yang biasanya Fort cium menekan aroma Citrus cukup kuat hingga tak tercium sama sekali selama ini. Entah apa yang terjadi tapi baik Fort maupun Peat menganggap hal tersebut hanyalah sebagai kuasa Tuhan. Tidak lebih dan tak juga kurang.

Tak semua kejadian butuh penjelasan bukan?

"Oh god! Kupikir aku akan tertidur dimeja kerja besok. Dia datang" Pria besar itu menghela napas dengan bibir yang tertekuk malas. Kekehan kecil dengan tangan halus sang omega tampak menepuk punggung sang alpha pelan.

"Kkk, bersabarlah. Hanya malam ini, mereka sudah lama tak bertemu, okey?"

"Eung.."

Dengan begitu keduanya pun berganti posisi dengan dua yang lain. Menyediakan waktu lapang untuk mereda rindu yang bersarang. Tepat setelah kedua mata lain bertemu tatap, seketika itu juga keduanya saling menghambur kedalam tubuh satu sama lain.

"Jangan pergi lagi"

"Aku disini"

Cup

-----

Fort meregangkan tubuhnya setelah berada didepan meja kerjanya. Menarik segala sendi yang kaku akibat tidur nyenyaknya diatas pesawat. Erangan khas ketika tubuh terasa lebih rileks setelah peregangan pun terdengar. Tubuhnya terasa siap untuk bertempur dengan dokumen dokumen yang sudah tertata tinggi dimejanya.

Krekk

Alpha itu menghempaskan tubuhnya diatas bantalan kursi dan memutarnya 180 derajat. Menyandarkan tubuhnya dalam posisi nyaman dan mulai menatap hamparan hijau yang terlihat dari jendela besar yang terbuka tirainya. Halaman belakang Golden House memang selalu nyaman untuk mengistirahatkan matanya sebelum bertemu layar dan rentetan tulisan.

Tok

Tok

Hah.. Belum dua menit ia menutrisi matanya namun pintu ruang kerjanya sudah berisik. Fort kembali memutar tubuhnya ketika mendengar suara pintu yang dibuka.

"Pagi Yang Mulia." Saifah membungkukam tubuhnya menyapa sang penguasa didepannya.

"Apa kalian berniat membunuhku? Dengan dokumen sebanyak ini dan bahkan belum termasuk email yang berada dialamatku. Dan sekarang apa? Rapat? Hah... Tubuhku akan meleleh sebelum selesai mengerjakan tugas tugas ini, Saifah" Tepat setelah sapaan dari sang asisten kepercayaan, Fort memuntahkan segala keluh kesahnya yang hanya dibalas dengan bisikan permintaan maaf dan bungkukan kepala.

"Terserah. Jelaskan saja mengenai rapat hari ini. Kepalaku pusing jadi tak membaca emailmu pagi ini"

"Baik Yang Mulia. Jam 9 ini anda akan mengadakan rapat dengan tim khusus untuk kembali meninjau hasil rapat sebelumnya. Yakni mengenai tupoksi dari lembaga lembaga yang akan diuji cobakan untuk kepemerintaham demokrasi. Kemudian siangnya jam 2 anda akan rapat untuk membahas pembangunan wilayah kembali."

Pria besar itu mengangguk anggukan kepalanya paham. Sebagaimana mestinya, sistem demokrasi memiliki banyak kedudukan dan poin yang harus dibangun sedari awal. Demi memaksimalkan pembentukan sistem baru tersebut, Fort menyarankan untuk merembukan setiap tupoksi sehingga tak ada yang tumpang tindih saat sistem demokrasi diterapkan.

Dan juga rencana peleburan antara wilayah inti dan wilayah pendamping pun akan menjadi topik rapat hari ini. Melihat kondisi sebelumnya yang berada dalam sistem kasta membuat hal tersebut menjadi poin yang cukup lemah dalam berdemokrasi. Hingga Fort memilih untuk melebur setiap warga dengan harapan keduanya akan berbaur lebih baik. Tentunya hal ini akan dilakukan secara bertahap mengingat projek ini merupakan skala yang sangat besar.

"Dan satu lagi Yang Mulia" Fort yang sebelumnya hanyut dengan pemikirannya sendiri seketika mengalihkan tatapannya kearah Saifah.

"Mengenai permintaan untuk anda dan Khun Peat-"

"Hm, saya sudah lihat. Hah... Tak bisakah mereka memberi libur istriku? Shit! Omegaku baru bangun dan masih dalam tahap recovery. Sepertinya wilayah ini memang berniat membunuh kami satu keluarga"

Pria besar itu berdesis tak senang. Semalam saat dirinya mengutak atik ponsel miliknya. Portal berita dipenuhi kembali dengan namanya dan Peat. Dan headline yang dituliskan hampir serupa. Mempertanyakan kabar jawaban yang dijanjikan setelah Peat sadar.

Tak pernah terpikir baginya akan membenci rakyatnya seperti ini. Dulu ia sangat mencintai wilayah dan rakyatnya. Hasrat untuk menjadi Raja terbaik selalu menggebu gebu. Namun melihat keegoisan rakyatnya kali ini membuatnya muak.

Dan yang paling mengherankan tak ada permintaan maaf yang Peat terima dari rakyatnya.

Apa mereka semua waras?

Mendapat tatapan sinis dari sang Raja hanya mampu membuat Saifah menengguk ludahnya kasar. Udara sekitar yang sebelumnya normal terasa beranjak panas, hingga membuat tetesan dipelipisnya beranjak turun dan mengalir.

Udara disini mencekik.

Mengerikan.

"Tsk. Keluarlah dan siapkan keperluanku untuk rapat. Aku tak ingin membahas berita ini"

"Baik Yang Mulia. Saya permisi"

-----

"Khun Tan, bisa tolongkan tisu disebelah sana? Aku kehabisan tisu" Dengan tangan yang berisikan Aom, Peat menatap memohon kearah Khun Tan yang masih berkutat dengan laptop didepannya.

Pria yang tampak tampan diusia matangnya itu pun mengangguk dan segera melangkahkan kakinya untuk mengambil satu pack tisu. Dengan langkah yang mendekati Peat, tangan sang pengawal tampak sibuk membuka bagian atas tisu sebelum mengeluarkan dan menyerahkan beberapa lembar tisu  pada sang Tuan muda.

"Terimakasih Khun Tan" Peat memberikan senyumannya setelah menerima dua lembar tisu dari pria yang sudah ia anggap pamannya sendiri.

Tak kembali ketempat duduknya yang semula diatas sofa, Khun Tan memilih untuk duduk ditas kursi tunggal yang sengaja dibiarkan disamping ranjang Peat. Dengan tangan yang bersilang didepan dada, matanya menatap Aom yang tertidur digendongan Peat. Bayi perempun itu sepertinya kekenyangan setelah menyusu dan memilih untuk tidur.

"Aku berpikir untuk membayar seorang perawat untuk menemaniku disini" Peat mulai mengusap sisa air susu diujung bibir Aom dengan tisu yang ia pegang. Perlahan tangannya kembali berada dibawah tubuh Aom dan menepuknya pelan.

"Tak apa Tuan muda. Saya tak keberatan menemani anda"

"Khun. Umurmu sudah cukup untuk duduk dibelakang meja kerja. Aku tak tega melihatmu harus berpergian setiap hari seperti ini. Apalagi aku melihat kondisi perusahaanmu menjadi baik belakangan ini, kau pasti sangat sibuk"

"Saya baik baik saja Tuan muda. Lagipula saya hanya kembali ke Azea satu kali dalam tiga hari. Puji syukur, perusahaan anda mulai dikenal banyak orang Tuan muda. Akhir akhir ini banyak permintaan yang masuk dan membuat progresnya semakin membaik." Khun Tan berdiri dari posisinya dan mengambil Aom dari tangan Peat sebelum menidurkannya didalam boks bayi yang berisi dua kembar lainnya.

"Tidak Khun. Aku akan membicarakan ini pada Fort nanti malam. Jangan terlalu memaksakan dirimu, aku tak sekeras ayah dan ibu. Aku juga tak ingin berdebat mengenai perusahaan ini milik siapa, tapi aku ingin kau menikmati hidupmu lebih baik Khun. Kau itu sudah seperti pamanku, melihatmu bekerja terlalu keras membuatku sedih" Omega yang kini mengalungkan tangannya dileher sang pengawal itu terlihat mencebikkan bibirnya, mata indahnya berkaca kaca memohon kearah Khun Tan.

Pria dengan setelan formal itupun menganggukkan kepalanya kecil sambil mendudukan sang Tuan muda diatas kursi roda. Ia tak bisa menolak jika pria kecil yang tengah ia dorong ini sudah memohon dengan wajah seperti itu.

"Baik Tuan muda. Terimakasih."

Kedua orang dewasa itupun meninggalkan ruang inap tersebut dengan dua pengawal lain didepan pintu sebelum menuju lift untuk melaksanakan fisioterapi sang Tuan muda yang kesekian kalinya.

-----

Langkah demi langkah membuat segelintir orang yang masih terjaga malam itu menyapa pria dengan tubuh tegap yang masih menjinjing koper hitam ditangannya. Begitu pula Fort membalasnya dengan anggukan dan senyum tipis atas dasar sopan santun.

Terlihat beberapa gadis, perawat serta dokter yang menahan teriakan akibat senyuman dari sang Raja alpha. Jika saja pria tegap disana belum memiliki pasangan, bukan tak mungkin mereka akan melemparkan diri mereka kedepan pria itu dan menggodanya.

Psstt, terang saja, alpha ini dulu terkenal dengan nakalnya. Mudah bergaul dan bergonta ganti pasangan ranjang. Sebuah kebanggaan tersendiri jika berhasil memadu kasih dengan pria ini.

Baru saja kakinya masuk kedalam lorong menuju ruangan omeganya. Tubuh Fort membungkuk merosot. Hari ini sangat melelahkan dengan banyaknya rapat. Tenaganya serasa ditarik keluar hingga tak bersisa. Bahkan ia terpaksa lembur selama 2 jam karena pekerjaannya yang masih menumpuk. Dan buntutnya ia juga harus terlambat pulang ke'rumah'nya.

Sepertinya omega cantik itu sudah tidur.

Tangan besar itu memegang gagang pintu kamar 5290 didepannya. Kkk... Sedikit menggelikan tapi benar mereka sudah berpindah kamar. Insiden saat dirinya mengamuk saat itu benar benar menghancurkan sebuah kamar, hingga mereka terpaksa pindah karena kamar sebelumnya harus direnovasi.

Tangan Fort kemudian mendorong daun pintu tersebut sangat pelan agar tak membangunkan omeganya yang mungkin saja sudah tidur.

Kriettt

"Oh? O-oh? Peat?!"

"Ssstt... Kecilkan suaramu" Dengan telunjuk yang berada didepan bibir, Peat menolehkan kepalanya kebelakang, tepat kearah Fort yang baru saja masuk dan berdiri mematung disana.

Drap

Drap

Cup

Dalam sekejap pria besar yang masih berada dalam setelan formal merahnya itu berada dihadapan Peat dan meraup bibir tipis tersebut cepat. Tangannya menangkup penuh pipi putih tersebut agar menjaga agar tubuh sang omega tak jatuh.

"Apa ini? Jelaskan!" Pertanyaan yang sarat akan keterkejutan terdengar setelah Fort melepaskan pagutan bibir mereka. Rasa bahagia yang memenuhi dadanya memuncak ketika dengan matanya sendiri ia melihat Peat sudah mampu berdiri meskipun dibantu oleh walker.

"Hehe. Hari ini terapisku mengijinkan untuk mulai menggunakan walker, katanya otot otot kakiku mulai berprogres dengan baik. Akupun disarankan agar melatih kaki lebih sering, jadi sambil berlatih aku juga mengawasi anak anak tidur"

Mendengar pernyataan sang omega membuat Fort tersenyum sangat lebar dan menghambur mendekap Peat. Kecupan kecupan ia layangkan dibahu yang masih tertutupi seragam rumah sakit tersebut dengan bibir yang mengucap terimakasih.

"Hei, apa kau menangis? Apa kau sedih aku bisa berjalan lagi hm? Ck, kau jahat sayang" Peat tau jika alpha ini hanya terharu, namun menggodanya jelas opsi yang paling menggiurkna.

Srett

"Jangan menggodaku! Huks... Hei, terimakasih sayang sudah berjuang sampai saat ini. Aku sangat mencintaimu"

Cup

Fort kembali mengecup bibir merah Peat setelah melepas dekapannya dan beralih memegang sisi lengan sang omega. Peat menganggukan kepalanya dengan senyum manis yang ia suguhkan, merasa pegangan Fort cukup kuat, Peat mengangkat tangannya dan menyeka pipi basah sang alpha.

"Aku punya permintaan. Boleh?"

"Hm, all yours babe"

TBC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞