FORTPEAT - RARE SPECIES - 4
Barisan panjang yang bergerak maju disalah satu gedung pencakar langit mengundang semua orang untuk memberi hormat dengan menundukkan kepala. Raja yang berada diujung depan barisan tampak asik mengobrol dengan dengan seseorang yang diketahui sebagai pemilik gedung pencakar langit tersebut.
Pagi ini keluarga kerajaan diundang dalam peresmian pusat penelitian utama wilayah Azea. Pusat penelitian ini sengaja dibangun dalam rangka meningkatkan kualitas dari wilayah Azea sendiri. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, wilayah Azea pun mulai meningkatkan kemampuan dibidang penelitian, baik dalam bidang science maupun non-science.
Setelah melakukan pemotongan pita tepat satu jam yang lalu, terlihat para petinggi negara disibukan dengan kegiatan sosial yang berguna untuk menjaga dan membangun relasi. Begitu juga dengan pihak kerajaan yang menjadi sasaran favorit dalam membangun relasi.
Seperti sekarang, setelah memilih berjalan menjauh mengikuti barisan, beberapa orang tetap saja memilih menghampiri pihak kerajaan sekedar untuk bertukar pikiran. Beberapa dari mereka tampak berkelakar mengenai pernikahan pangeran dan calon yang sudah digembar gemborkan akan dilaksanakan dalam waktu dekat, ataupun sekedar menawarkan anak atau kenalan mereka yang berstatus omega pada keluarga kerajaan, berharap semoga putera mahkota tertarik dan mereka dapat berbesan dengan keluarga kerajaan.
Putera mahkota yang sering dijadikan dalam topik pembahasan tampak tak menunjukkan minat pada hal yang dibincangkan. Ia lebih fokus menatap arlojinya yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Wajahnya terlihat kusut, seperti ingin cepat cepat beranjak dari acara tersebut.
"Phi, tersenyumlah, kau menakuti banyak orang" Noeul yang berada disamping Fort terlihat menarik ujung vest Fort, ia berbisik pelan dengan senyum lebar yang masih ia pajang diwajahnya. Kepalanya mengangguk sesekali menjawab salam hormat beberapa orang.
Fort mendengus, sejujurnya ia tak berniat sama sekali untuk menghadiri acara peresmian kali ini, namun ayahnya memaksa karena ia merupakan penerus tahta. Tapi hingga detik ini pikirannya masih belum membersamainya disini, pikirannya sudah terbang ke perusahaan informasi dan telekomunikasi. Buruannya disana dan ia harus segera menangkapnya.
Ugh, sial! Berapa lama lagi ia harus menunggu agar bisa pergi?!
-----
Seorang pria bertubuh kecil lengkap dengan masker, kaca mata hitam dan hoodie putih tampak mengintip ruang departemen sumber daya dari balik pintu masuk. Tangan putihnya memegangi kunsen pintu dengan kepala yang hanya menyembul setengah. Mata rusa yang tersembunyi dibalik kaca mata hitam itu kemudian mengitari seluruh ruangan secermat mungkin.
Puk
"Masuklah dan jangan membuang waktu Peat. Pekerjaan kita masih banyak" Tepukan dibahu membuat Peat sedikit terhenyak dan menarik tubuhnya kebelakang, ia menatap tak percaya kearah Tonnam yang sudah mendahuluinya masuk.
"Kau mengenaliku phi?" Heran Peat dengan mengikuti langkah Tonnam kedalam ruangan. Matanya tak lepas dari kepala bagian belakang milik Tonnam.
"Siapa lagi yang memiliki tubuh kerdil dan kulit putih pucat selain dirimu heh? Jangan aneh Peat, bagaimana hasil kunjunganmu? Apa semua penduduk disana sudah mendapatkan kartu pengenalnya?" Tonnam mendudukan dirinya didepan meja kerjanya, tangannya mengambil beberapa dokumen untuk ia tinjau. Tugas dari putera mahkota sama sekali belum ada kemajuan, bahkan waktunya hanya tersisa satu minggu lagi.
"Belum phi, seperti biasa, pemotongan ilegal disana sini membuat kartu pengenal menjadi terhambat untuk disebar luaskan. Namun aku sudah memberikan peringatan dengan tenggat waktu satu bulan kedepan untuk mereka mendistribusikannya, jika tidak maka kita akan mengeluarkan surat peringatan pertama sesuai aturan yang berlaku"
"Kerja bagus. Silahkan kembali, tugasmu lebih menumpuk dari dugaan"
"Phi, ini serius. Bagaimana kau bisa melihatku dengan hoodie sebesar ini?" Tonnam memutar bola matanya jengah, apa sekarang tugasnya bertambah dengan harus menjawab semua pertanyaan bocah pendek ini?
"Hah.. Apa menurutmu tanganmu tertutupi dengan baik? Apa menurutmu wajahmu tertutupi dengan baik? Oh, Peat! Jangan menambah beban pikiranku dengan harus menjawab pertanyaan bodohmu"
"Maaf, hehe. Oh ya phi, apa aku boleh menyelesaikan pekerjaanku dikafetaria saja? Aku akan kembali setelah jam kerja dan lembur untuk melanjutkannya, bagaimana?"
"Kau bertengkar dengan salah satu diantara mereka?" Tonnam menunjuk seluruh staffnya yang tengah serius menggunakan bibirnya sambil melirik Peat dengan ekor matanya.
"Bukan begitu, hanya saja.. Eum.. Bagaimana mengatakannya? Kau tau jika tugasku sangat banyak dan menumpuk. Aku takut jika putera mahkota datang akan-"
"Dia tak datang"
"Oh! Benarkah?! Kau serius phi?"
"Apa aku terlihat seperti orang yang berbohong?" Tonnam menatap Peat lelah, wajahnya datar dengan dengusan dibelakang kalimat. Benar benar terlihat seperti orang yang muak.
Peat melambaikan tangannya cepat didepan dada, menyatakan seolah ia paham jika Tonnam benar benar serius dengan jawabannya. Peat kemudian membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat dan dengan cepat mengangkat tubuhnya kembali sambil memberi hormat layaknya seorang perwira.
Peat buru buru meninggalkan meja kerja Tonnam menuju meja kerjanya. Melepaskan masker dan kaca mata hitamnya untuk disimpan kedalam laci. Tangannya kemudian mengambil botol spray yang tampak seperti parfum, menyemprotkannya dengan cepat kearea scent gland miliknya seperti leher, tengkuk dan dibeberapa tempat yang berdekatan dengan nadi. Benar, Peat menyemprotkan scent blocker untuk menghindari bocornya feromon miliknya karena masa heatnya yang akan terjadi sekitar dua minggu lagi. Ini hanya sebagai antisipasi karena belakangan terlalu banyak bangsawan yang berkeliaran disekitarnya.
Peat mulai mendudukan dirinya diatas kursi, menyalakan komputer dan mengambil setumpuk dokumen yang berada diatas mejanya. Membolak balikan halaman dokumen tersebut dan kemudian mengangguk ringan. Sambil menunggu komputernya menyala, Peat mulai menyambungkan ponselnya dengan earbud miliknya. Menyalakan musik kesukaannya dan memasangkan earbud tersebut ketelinga. Peat kemudian menarik kursi sedikit lebih maju hingga diafragmanya menempel pada sisi meja. Setelah merasa semua keadaan sesuai dengan standar nyaman, Peat mulai bekerja dengan komputer menyala miliknya.
-----
Pria kecil pucat yang masih menduduki kursi kerjanya hingga pukul delapan malam tersebut tampak tak terganggu dengan sunyinya malam. Sendirian disebuah ruangan dan hanya ditemani musik dari ponselnya membuat Peat kian nyaman dengan pekerjaannya.
Jam berputar, detik berganti menit dan menit berganti jam. Tak terasa malam semakin larut dan menunjukkan pukul sepuluh malam. Meskipun pekerjaannya tersisa satu pertiga dari bagian awal, Peat memilih untuk menyudahinya. Ia tak bisa lagi bekerja lewat dari jam sepuluh malam. Matanya mulai mengantuk dan ia harus segera pulang untuk tidur.
Tiga puluh menit lamanya Peat membereskan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang. Kakinya melangkah menuju pintu ruangan. Sebelum benar benar pergi, Peat kembali mengecek keadaan sekitar. Memastikan semua arus listrik tak ada lagi yang menyala atau tersambung. Peat mengangguk, ia pun bergerak maju meninggalkan ruangan departemen sumber daya.
Kini lorong hanya diiringi bunyi tapak serta gumaman rendah. Dengan kedua tangan yang berada didalam saku, Peat berjalan gontai melewati tangga darurat. Lebih aman pikirnya, apalagi malam semakin larut dan Peat tak mau terjebak jika saja lift tiba tiba mati.
Setelah mencapai lobi kantor, Peat mematikan earbudnya yang masih menyala sedari tadi. Perasaannya entah kenapa menjadi tak enak. Dilobi cukup ramai dibandingkan ruangan departemennya yang berada dilantai dua, namun Peat merasakan jika seseorang mengawasinya sejak kakinya menapak dilantai lobi.
Mata rusa itu berkeliling menyusuri setiap sisi lobi yang mampu ditangkap matanya. Tak ada yang mencurigakan. Hanya ada dua petugas keamanan, satu orang petugas kebersihan dan tiga orang karyawan yang sibuk dengan laptopnya dikursi lobi yang memanjang.
Jantungnya semakin berdebar kencang. Lagi lagi ada rasa sesak seperti tempo lalu, tak separah itu namun cukup membuat Peat berkeringat dingin. Peat terus berjalan keluar, dengan napas yang sedikit sesak Peat akhirnya mencapai udara luar. Paru parunya ia paksa untuk meraup banyak oksigen. Tangannya bertumpu pada salah satu tiang penyangga.
Panas kini menjalar diseluruh tubuhnya. Peat merasa seperti sesuatu akan keluar dari tubuhnya. Matanya mulai berkabut, namun Peat segera menggelengkan kepalanya berharap matanya dapat kembali jernih.
'Mate..' suara yang sangat lirih pun terdengar, dengan susah payah Peat menoleh kesamping dan tak menemukan siapapun. Napasnya makin tersengal, keringat dinginnya mengucur deras.
'Mate..' lagi, suara lirih itu terdengar semakin jelas. Peat kembali menoleh cepat kesekitarnya namun tetap tak menemukan apapun.
'Mateku..' bagaikan musik yang terputar, suara itu terdengar sangat jelas kini diotaknya. Dada yang sesak, jantung yang terpompa cepat dan napas yang tersengal, kini Peat merasa terserang panik karena suara yang ia dengar.
Suara apa ini? Siapa? Peat membenci sesuatu yang berbau magis. Apalagi sesuatu yang disebut dengan makhluk halus atau astral.
Grep
Sebuah tubuh dengan cepat menerjang tubuh Peat yang tampak lemas. Tubuh besar dan tinggi itu memeluk tubuh Peat erat. Tanpa sadar Peat pun menjatuhkan tubuhnya sepenuhnya pada pria didepannya. Tak tau kenapa tapi sesaat setelah pria ini memeluknya, semua kesakitannya terangkat seketika. Tubuhnya terasa nyaman dan ringan, bagian terdalam tubuhnya terasa ditenangkan.
"Kau tak apa?"
Degg
Peat segera menjauhkan tubuhnya dari pelukan orang didepannya. Matanya terbuka lebar ketika menyadari putera mahkota yang ia hindari sepanjang hari kini berada didepannya dan telah memeluknya.
"Ya-Yang Mulia.." Lirih Peat dengan mata yang masih menatap Fort dengan keterkejutan.
Bagaimana bisa? Kenapa ia tak mencium aroma apapun bahkan ketika tubuh mereka sedekat ini? Seharusnya Peat menyadari putera mahkota dari jarak jauh karena kebiasaannya yang suka menebar feromon dengan sangat kuat. Tapi ini berbeda! Bahkan tubuh mereka menempel dan Peat tak tahu jika pria yang memeluknya adalah Fort, sang putera mahkota.
"Kenapa seterkejut itu, hm? Tak menyangka jika aku akan datang selarut ini? "
"A-ah, maafkan saya lancang memeluk anda, saya tak bermaksud, saya tak mengetahui jika anda yang berada disisi saya" Peat membungkukkan kepalanya dalam hingga Fort dapat melihat ubun ubun Peat. Pria besar itu terkekeh kecil, kemudian berdeham dan kembali memasang wajah yang cukup serius.
"Benar. Memang manusia sepertimu terlalu lancang memeluk putera mahkota sepertiku. Tapi wajar saja jika kau tak mengetahui jika aku berada disini, bukankah manusia biasa selayaknya begitu?" Fort dengan senyum remehnya menatap angkuh kearah Peat yang kini sudah kembali berada dalam posisi tegak namun dengan pandangan yang masih menunduk.
Bangsawan kelas atas dan merupakan penerus tahta. Begitu banyak hal yang ia kuasai termasuk menahan feromonnya untuk tak keluar. Sejak mengetahui rahasia dibalik pria kecil ini, Fort merasa harus memberi hukuman setimpal untuknya. Menarik perhatian serigala milik pria kecil ini tanpa memancing dengan feromon merupakan perkara mudah.
Ya, saat ia berniat untuk menakuti Peat tempo hari, tiba tiba saja serigala milik Peat mengambil alih tubuh itu. Mata yang semula tertutup tak sadarkan diri tiba tiba terbuka dengan kilauan terang dari iris cokelat tersebut. Awalnya Fort mengira jika Peat bangun kembali, namun tindakan seduktif yang dilakukan membuat Fort ragu. Karakter yang jauh berbeda dengan Peat muncul dan itu cukup mengejutkan. Versi lain dari Peat itu memperkenalkan dirinya sebagai Nick, dengan jemari lentik yang menyusuri rahang tegas Fort, serigala bernama Nick itu mengecup bibir Fort singkat sebelum tubuhnya kembali terkulai lemas.
"Benar, maafkan saya sekali lagi Yang Mulia"
"Ya sudah, aku hanya tak sengaja lewat dan melihatmu. Aku berencana menanyai bagaimana perkembangan tugas dariku tapi tampaknya kau tak cukup baik. Pulanglah.. Mengan... Mobil..."
Peat kembali merasakan kepalanya berputar, dadanya kembali sesak dan telinganya berdenging. Ia tak mendengar lagi apa yang dikatakan putera mahkota. Sepertinya putera mahkota tanpa sadar mengeluarkan feromonnya dalam jumlah banyak.
Tubuhnya kini terasa sangat panas bahkan hampir mendidih. Bagian belakangnya terasa mulai bekerja menghasilkan slick, celana dalamnya terasa menempel dan basah. Matanya kembali mengabut, pancaran nafsu terlihat ketika mata rusa itu memandang pria besar didepannya.
Ugh, sial!
Peta menggelengkan kepalanya kuat, menggigit bibir bawahnya kuat dan merapatkan kakinya yang tampak basah.
Srett
Dengan sisa kekuatan, Peat menyingkirkan Fort yang berada didepannya dan berlari sejauh mungkin yang ia bisa. Kakinya yang terbuka lebar ketika berlari membuat slick kian membanjiri kaki dan celananya.
Peat berusaha mengembalikan kesadarannya. Tubuh panasnya seakan menariknya untuk kembali menuju Fort, nafsunya yang menggunung serasa ingin melakukan persetubuhan dengan putera mahkota sekarang juga.
Tapi itu tak boleh terjadi, akal sehatnya yang masih berfungsi walaupun hanya sedikit berkata jika ia harus menghindari masalah.
Jarak perusahaan dengan apartemennya berjarak sekitar lima belas menit jika berjalan kaki dan ia harus mencapai itu secepat mungkin. Belum sampai kakinya menghabiskan langkah sepuluh meter, tubuhnya limbung. Kakinya bergoyang dan tak bisa lagi menopang berat tubuhnya.
Bukk
Bunyi keras karena hantaman tubuh keatas tanah membuat Fort beralih melihat sumber suara. Ternyata bukan hanya Peat yang berjuang, Fort sedari tadi mencoba menahan diri untuk tak menarik Peat pergi bersamanya. Ini konsekuensinya, ia memilih menebar banyak feromon untuk menyiksa pria kecil itu karena berani mengabaikannya. Namun bak senjata makan tuan, feromon manis milik Peat ternyata ikut merebak karena terpancing feromonnya, membuat tubuhnya bereaksi panas dan ingin segera membawa pria kecil itu keatas ranjang.
Fort segera menghampiri Peat yang jatuh tergeletak diatas tanah. Menahan napasnya sekuat mungkin agar feromon Peat tak mengambil alih akal sehatnya. Dengan cepat tangannya bergerak menyelinap pada perpotongan leher dan lutut Peat. Mengangkat tubuh kecil itu dan segera berlari menuju mobilnya yang tak terparkir jauh.
-----
"Segera masuk dan pulang" Suara berat milik Fort tiba tiba mengejutkan pengawalnya yang berdiri disisi mobil. Serempak dengan angin yang berhembus cukup kuat, feromon manis milik Peat yang masih menguar menyentuh penciuman sang pengawal.
BLAM
Bunyi hempasan dari pintu mobil membuat sang pengawal yang terlena kembali sadar. Mengambil buru buru masker yang seingatnya pernah ia kenakan dari dalam sakunya dan segera memakainya. Ia tak mungkin membiarkan dirinya mengikuti insting binatangnya, apalagi menyerang seseorang yang dibawa putera mahkota. Bisa bisa dirinya hanya tinggal nama setelah ini.
Sang pengawal pun segera masuk kedalam mobil dan memposisikan dirinya dibelakang kemudi. Dengan masker cukup tebal yang ia miliki, hawa jasmine masih tercium walaupun sedikit. Namun dengan kadar sedemikian masih membuatnya berkeringat dingin ditengah cuaca malam yang cukup dingin. Tak mau berlama, sang pengawal pun segera menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya menuju istana kerajaan.
Dibagian belakang mobil terlihat Fort tengah menatap salah satu lengannya yang basah karena banjir slick dari Peat. Bak magnet, lengan yang dipenuhi slick itu pun bergerak mendekat kearah wajah disertai aroma feromon yang semakin kuat. Akal sehat yang mulai menghilang membuat Fort tanpa sadar menjilati lengannya dengan sensual untuk menikmati cairan slick yang tertinggal. Jilatan demi jilatan, dan tetes demi tetes slick mulai melewati kerongkongannya. Sensasi lengket yang diberikan membuat libido Fort semakin naik melewati ambang batas.
Mata aqua itu menatap Peat dengan ekor matanya. Kabut nafsu yang menutupi mata indah itu membuat Fort berbalik dan menerjang tubuh Peat. Kini tubuh Fort berada dipangkuan Peat dengan kedua tangannya yang mengukung pria kecil itu posesif. Napas hangat yang memburu menerpa wajah tenang Peat yang tak sadarkan diri. Fort sama sekali tak mempedulikan hadir dari orang lain bersamanya, iris aqua itu hanya memantulkan wajah Peat yang terlihat sangat menggoda.
Fort menjilat bibirnya yang terasa sangat kering, sisa slick yang masih tertempel dibibirnya membuat ia tak sabar untuk menerkam buruannya sekarang juga.
Wajah tampan itu mulai bergerak mendekat, dengan mata yang tak lepas menatap wajah cantik itu Fort ingin segera menyatukan bibir mereka dan nenyesapnya kuat.
Nafsunya sudah diujung tanduk.
Ia akan menikmati tubuh ini bagaimanapun caranya.
-----
Tengah malam di istana kerajaan terlihat sangat gaduh. Orang orang tampak berkumpul namun dengan jarak yang cukup jauh dari sebuah mobil hitam. Kegaduhan yang timbul cukup membuat Raja dan Ratu turun dari kamarnya dan melihat apa yang terjadi.
Laporan dari seorang pengawal mengatakan saat ini putera mahkota berada dalam kondisi ekstrim yang tak dapat diganggu. Pengawal yang melapor tersebut bukanlah pengawal yang mengemudikan mobil, melainkan pengawal lain yang membantu pengawal sebelumnya yang terkena cakaran dalam dari putera mahkota.
Saat mobil putera mahkota yang mengangkut tiga orang didalamnya sampai dipelataran istana, sang pengawal segera memarkirkan mobil tersebut dan bergegas keluar. Selain bergerak untuk membukakan pintu untuk putera mahkota, ia juga harus secepatnya mencari udara segar karena pusing hebat yang melandanya. Namun naas, saat ia membukakan pintu mobil untuk putera mahkota, sang putera mahkota yang tampak sudah berubah menjadi setengah serigala mencakar tubuh pengawal itu hingga menyebabkan luka yang cukup dalam.
Tak tahu apa yang terjadi selama perjalanan, putera mahkota melakukan separuh shifting dengan Judy sang serigala. Dengan posesif tubuh besar itu meringkuk diatas tubuh Peat yang masih tak sadarkan diri. Tangan yang dipenuhi bulu itu memeluk posesif tubuh Peat, gigi taring itu menyeringai keluar disertai geraman rendah menakutkan setiap kali seseorang mencoba mendekat. Iris aqua itu berkilau marah, menatap bengis setiap orang yang tampak ingin memisahkannya dengan kepunyaannya.
Yang menakjubkan ialah tubuh Peat yang terlihat baik baik saja. Pakaian yang rapi dan wajah yang damai, serta tak ada luka sama sekali ditubuhnya. Hanya ada percikan darah dibahu hoodie putih yang ia kenakan. Fort benar benar melindungi Peat, tunggu- bisakah kita bilang.. Judy?
Serigala hitam besar itu tampaknya terusik dengan lolongan serigala yang berada didalam tubuh Peat ketika Fort berniat menyerangnya. Membuatnya memaksa melakukan shifting untuk menghindari kejadian buruk jika saja Fort benar benar menyetubuhi Peat selama diperjalanan. Serigala dalam tubuh Peat tampak begitu ketakutan, aura gelap dari tubuh Fort terlihat sangat mengancam.
Pergolakan batin terjadi sangat hebat dalam tubuh Fort. Fort tak membiarkan Judy mengambil alih tubuhnya begitu saja, dengan kekuatannya ia menahan Judy agar tak mengambil alih dirinya. Judy pun tak mengalah, ia memaksa Fort mundur dengan mulai melakukan shifting. Keduanya saling beradu, sampai dimana Judy menggigit lengannya kuat dan menancapkan taringnya pada lengannya sendiri. Darah mengucur mengotori hoodie yang Peat gunakan. Gigitan itu berlangsung lama sampai dimana keduanya berhenti ditengah, sehingga membuat jiwa mereka mendiami tubuh itu secara setengah setengah.
Kini orang orang yang berkumpul itu tampak dibubarkan oleh Raja. Memerintahkan semua bawahannya untuk kembali masuk kedalam ruangan masing masing. Sedikit kebingungan memang karena ini pertama kalinya terjadi separuh shifting. Namun sang Ratu yang tak lain adalah istrinya menjelaskan situasi setenang mungkin.
Tepat satu jam sebelum kedatangan Fort bersama Peat dan sang pengawal. Di alam batinnya, Ratu diberi kabar oleh Moon Goddes akan adanya kejadian ini, dan ia diperintahkan untuk diam dan tak mencampuri. Berbekal informasi dari Moon Goddes, Ratu membawa kembali suaminya kedalam Golden House dan membiarkan puteranya berdua dengan fated pairnya dipelataran istana.
-----
Cermin beruap itu diusap diagonal sehingga mampu memantulkan wajah tampan dari pria besar dengan kulit kecokelatan. Iris aqua itu menatap datar kearah wajahnya. Matanya kemudian melirik lengan kanannya yang terbalut perban. Jejak obat merah tampak jelas diperban itu setelah ia menggantinya beberapa saat yang lalu.
Judy benar benar gila. Demi fated pair yang membuang mereka, serigala bodoh itu berani menggigit tubuh mereka sendiri. Bahkan salah seorang pengawalnya terluka dan tengah dirawat disalah satu rumah sakit.
Fort mendengus kasar, dengan handuk kecil yang berada ditangannya ia berjalan keluar sambil mengusap rambutnya yang basah. Handuk yang tersampir sepinggang itu pun tampak sedikit longgar dan menampakan perut bawahnya yang berbatasan langsung dengan adiknya.
Damn it!
Aroma jasmine kembali menusuk penciumannya sesaat keluar dari kamar mandi. Reflek Fort menutup hidungnya dan melirik pria kecil yang kini duduk diatas kasurnya. Kaki pria kecil itu tampak bersimpuh dengan tungkai yang terbuka berlawanan arah. Hoodie kebesaran itu ditarik ujungnya untuk menutupi bagian vital karena celana Peat yang sudah lepas dan dilempar entah kemana. Wajah itu memerah dengan tatapan sayu, salah satu bahunya terekspos karena hoodienya yang ditarik kebawah.
Buk
Handuk kecil yang berada ditangan Fort jatuh seketika. Mata aqua itu membulat besar, takjub dengan pemandangan yang berada dihadapannya. Peat benar benar terlihat seksi dan sangat menggiurkan. Kulit putih pucat itu kini tampak kemerahan dan berkilau karena slick yang mengalir serta keringat yang mengucur. Bibir yang separuh terbuka dan tatapan sayu yang diberikan membuat Fort tanpa sadar menengguk ludahnya kasar.
"Ngghh.. Anghh.."
"Fuck!"
Fort berlari secepat kilat kearah pria kecil yang tampak menggoda. Menerjang tubuh itu hingga keduanya saling tumpang tindih diatas kasur. Fort menarik kepala brunette itu keatas dan memutarnya kesamping, sehingga tengkuk bersih itu terekspos dengan baik.
Aroma jasmine semakin menguar dengan kuat saat hidungnya bersentuhan langsung dengan scent gland itu. Menghirup aroma memabukkan itu dalam dan mengganti seluruh oksigen diparu parunya dengan aroma yang mendamba.
Tanpa sadar taring serigala mulai mencuat dibalik bibir penuh itu. Mata lapar Fort memandang penuh area bersih yang siap ia tandai.
Kraukk.
"Anghh.. Sssttt.." Desahan panjang keluar dari bibir Peat saat taring besar itu menancap ditengkuknya.
Rasa panas dan kesakitan kini menjalar disekujur tubuh Peat. Tangan putihnya mencengkram sisi pinggang Fort kuat, melampiaskan semua yang ia rasakan tanpa peduli jika cengkramannya meninggalkan goresan luka disana.
Tanda pair yang mereka miliki ditubuh masing masing kini bersinar sangat terang. Sinar merah itu perlahan redup seiring dengan taring yang ditarik perlahan.
Tanda itu kini berganti warna menjadi cokelat.
Menandakan jika mating berhasil dan keduanya resmi berubah status menjadi sepasang mate.
TBC
Komentar
Posting Komentar