FORTPEAT - RARE SPECIES - 3

Bangunan megah dengan nuansa klasik kuno berdiri gagah ditanah seluas 20 hektar. Area luas itu turut dilengkapi dengan beberapa bangunan lain yang berfungsi sebagai rumah penjaga, rumah juru masak, rumah asisten rumah tangga, private pool, sport building dan gym area. Termasuk dua mansion megah yang diperuntukkan sebagai ruang pribadi bagi pangeran dan putra mahkota yang merupakan anak dari Raja dan Ratu.

Di area seluas itu juga terdapat waduk buatan dengan jembatan kayu yang menyambungkannya, berbagai tanaman dan tumbuhan yang dipenuhi sumber makanan, taman serta halaman luas. Ada begitu banyak fasilitas di area ini, hal ini dikarenakan segala sesuatu yang akan bersentuhan secara langsung dengan keluarga kerajaan harus diperhatikan dan diperhitungkan secara ketat. Tak boleh ada kesalahan sekecil apapun.

Kini seseorang tampak berdiri disalah satu balkon bangunan utama, Golden House. Tangannya mencengkram pinggiran pagar balkon yang terbuat dari batu bata dan dilapisi keramik keemasan. Pikirannya melayang pada kejadian siang tadi. Mata rusa itu benar benar menghipnotisnya, bahkan ia sampai tak sadar jika pria kecil itu sudah pergi meninggalkannya.

'Bisa bisanya kau memikirkan pria lain. Temukan fated pairku segera!'

Fort berdecih dengan senyum miring miliknya. Bibirnya mengeluarkan kekehan kecil penuh sarkas.

'Bajingan, kau pikir aku tidak tau kau bergetar dan menggeram didalam sana saat melihat pria kecil tadi?'

'Diam! Itu semua karena kau! Jika fated pairku ditemukan lebih cepat tentu aku tak akan berotak kotor sepertimu sekarang"

'Hei! Kenapa kau menyalahkanku?! Salahkan otak dan selangkanganmu bajingan!'

'Terserah'

Fort mengendikkan bahunya acuh. Ia kembali fokus menatap waduk buatan yang mengalir didepan matanya. Suara aliran air yang tenang membawanya kembali berkutat dengan pikiran awalnya.

Pria kecil yang sedari tadi mengganggu pikirannya benar benar menarik. Entah kenapa Fort merasakan ada penolakan keras dari pria itu padanya. Pria bernama Peat itu bahkan menolak bantuan yang ia tawarkan ketika semua orang memohon padanya.

Disaat semua orang menatap kagum kearahnya, hal yang sangat berbeda ditunjukkan oleh Peat. Bukannya ia tidak pandai membaca raut wajah dan situasi siang tadi, Fort hanya mengabaikannya karena tak mungkin seseorang akan menatapnya begitu tajam. Awalnya Fort berpikir jika ia hanya salah lihat karena terlalu pusing dengan pencarian fated pairnya. Namun akhirnya Fort menyadari jika Peat benar benar tak menyukainya, bahkan terlihat sangat membencinya.

Apa yang salah darinya?

Jelek? Sudah sangat jelas jika jawabannya tidak.

Miskin? Oh! Fort bisa membiyai seluruh hidup pria itu hingga cicit generasi ketujuhnya tanpa bekerja.

Pendek? Fort berani jamin jika tubuhnya hampir mencapai dua meter.

Kurus? Astaga! Ia tak akan diundang menjadi model sampul majalah ternama dunia jika tubuhnya tidak bagus. Dadanya tebal, bahunya lebar dan tentu adik kecil dibawah sana juga bugar. Tak satupun tubuhnya memiliki kekurangan.

Menurut Fort segala sesuatu yang diimpikan semua manusia berada dalam paket lengkap dirinya. Bahkan ketahanan ranjangnya pun tak perlu diragukan, para submisif yang pernah tidur dengannya selalu memuji bagaimana nikmatnya berada dibawah kendali seorang putera mahkota.

Lalu apalagi yang kurang sampai sampai pria kecil itu tak menyukainya? Ah! Atau pria itu mencoba menarik minatnya dengan berpura pura tak menginginkannya padahal begitu mendambanya?

Cih! Dasar rubah licik. Boleh juga permainannya.

'Judy!' Fort kembali mencoba menyambungkan mindlinknya pada serigala miliknya. Tiba tiba saja otaknya mengingat suatu hal dan harus menanyai serigala itu sekarang.

'Hm'

'Kenapa kau melakukan scenting pada pria kecil tadi? Dia itu manusia bodoh!'

'Aku?'

'Tentu kau, karena tentu aku tidak melakukannya'

'Apa maksudmu? Aku tak melakukan apapun. Aku hanya mengeluarkan feromon seperti biasa. Lagi pula untuk apa melakukan scenting pada manusia? Jangan bodoh!'

'Kau yakin?'

'Dasar bodoh!'

Fort mendesis ragu, membawa satu tangannya bersilang didepan dada dan satu tangan lagi ia bawa kearah dagu dan menggosoknya perlahan. Fort sangat ingat jika feromon mereka menyelimuti manusia tadi. Jika tak satupun antara dirinya dan Judy yang melakukannya, lalu siapa?

Warna feromon aqua benar benar menyelimuti pria kecil itu sebelum menghilang dari toilet, dan Fort memastikan itu dengan mata kepalanya sendiri.

'Judy'

'Apa lagi? Bisakah kau diam?!'

'Apa manusia bisa menahan aroma feromon ditubuhnya?'

'Hm, sepertinya bisa, tapi tidak lama, dan itu pun tidak berguna karena manusia tak bisa mencium aroma feromon'

Fort menganggukan kepalanya mengerti, sepertinya mereka hanya tak sengaja menscenting Peat dan feromon itu melekat sebentar pada tubuh kecil itu.

Tap

Tap

"Tidak perlu basa basi. Pergilah ke mansionnya, dia disana" suara kekehan ringan keluar dari seseorang yang baru saja menginjakan kakinya dibalkon yang sama dengan Fort. Tangan yang hanya ditutupi sampai tiga perempat kemeja mulai tersampir dibahu sang putera mahkota.

"Aku ingin menyapa Yang Mulia. Apa tidak boleh?" suara pria yang baru saja datang itu terdengar jenaka, seolah memperolok Fort dengan nadanya.

"Bajingan kau Boss. Pergilah, aku tau niatmu bukan bertemu denganku" Fort mengangkat bahunya sebagai tanda agar Boss melepaskan rangkulannya.

Tangan yang tersampir itu akhirnya turun dan masuk kedalam saku celana. Mata tajam itu turut menatap pemandangan yang terhampar didepannya.

"Kau masih mencarinya?"

"Hm"

"Kau sudah menanyakannya pada Ratu?"

"Setiap hari. Sampai sampai ibuku selalu mengatakan jawabannya sebelum aku bertanya"

Fort menghela napas panjang. Ia sudah menanyai ibunya dan selalu mendapatkan jawabannya yang sama. 'Moon Goddes hanya diam'. Yang artinya Moon Goddes tak mau membeberkan siapa dan dimana fated pairnya, Fort harus berusaha sendiri dan menemukannya sendiri.

"Sepertinya fated pairmu benar benar mencampakkanmu kawan. Mulailah mencari omega lain, baik alphanya yang mati ataupun belum mating. Kau harus memiliki omega sebelum kenaikan tahta." Fort hanya bergumam, ia tahu harus mulai mencari pendamping dari sekarang, tapi sedikitnya ia masih berharap fated pairnya akan bertemu walaupun dirinya tak diharapkan.

Akan berbeda jika seorang Raja mempersunting fated pair atau omega lain. Keberkahan dan kemahsyuran bagi wilayahnya tak akan terlimpah jika bukan omega seharusnya yang berada disampingnya.

Pun jika omega lain yang menduduki tahta, hubungan batin omega tersebut dengan Moon Goddes nantinya akan cukup sulit, media perantara yang sudah dimiliki khusus oleh seorang omega fated pair Raja dengan Moon Goddes tak mudah untuk diduplikasi. Omega biasa akan belajar begitu banyak teori dan praktik untuk dapat mencapai titik sebagai media perantara antara Moon Goddes dengan dirinya.

Oleh karena itu Fort sedikit bersikeras untuk mendapatkan fated pairnya ketimbang mencari omega lain. Selain karena sifatnya yang menyukai keuntungan, Fort ingin yang terbaik untuk rakyatnya. Meskipun ia terlihat bajingan, namun Fort bertekad jika kelak ia berada diatas tahta, ia akan memerintah dengan baik dan bijaksana. Kelimpahan berkah dan mahsyur untuk wilayah yang ia pimpin tentu menjadi faktor utama dalam kepemimpinannya.

"Oh iya, bagaimana persiapan pernikahanmu?" Fort menolehkan kepalanya kesamping, ia melihat Boss yang mulai mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya.

"Cukup berat, ingat adikmu yang sangat fashionable itu? Dia mengatur semuanya dengan standar tinggi dan mewah. Apalagi aku menikahi seseorang dari keluarga kerajaan, tentu hal ini tak sesederhana menikahi bangsawan kelas bawah. Semuanya benar benar harus matang dan dipikirkan" Boss kemudian menyesap ekor rokok tersebut sangat dalam, lalu menghembuskan asap tersebut dengan pelan sambil menikmati asam pahit yang mengitari rongga mulutnya.

"Yasudah, aku pergi dulu. Aku merindukan para bayiku, aku belum bertemu mereka seharian ini. Sampai jumpa" Boss menepuk pundak Fort beberapa kali dan berlalu dengan puntung rokok ditangannya.

-----

Hari demi hari pun berlalu. Sudah hampir seminggu terlewati dan tak ada hal yang istimewa terjadi. Setiap kali Fort mengunjungi perusahaan informasi dan telekomunikasi, ia tak pernah bertemu dengan pria kecil itu. Setiap kali ia bertanya pada Tonnam, pria itu akan mengatakan jika Peat sedang mengurus ini itu dan bahkan melakukan meeting diluar bersama atasan departemen lain.

Pria kecil ini benar benar lucu dan menggemaskan. Dia benar benar berusaha sekuat tenaga untuk menghindari Fort. Sangat tak mungkin ia harus pergi meeting dengan atasan departemen lain. Untuk apa? Bahkan seharusnya bocah itu membantu Tonnam yang notabenenya adalah atasan didepartemennya.

Entah ide dari mana, Fort meminta pada Tonnam jika ia membutuhkan asisten pribadi untuk mengawalnya selama mengunjungi perusahaan, dan Fort meminta agar Peat lah yang menemaninya untuk lima hari kedepan.

Ia sangat menginginkan pria kecil itu ada disampingnya bahkan setelah satu minggu tak berjumpa. Bayang wajah dan mata rusa itu selalu menghantuinya setiap hari. Tidak tau apakah ini sudah masuk tahap tergila gila atau belum, tapi ia sangat menginginkan pria kecil itu berada dibawah kendalinya.

Dan disinilah mereka sekarang, disebuah ruang meeting pribadi departemen sumber daya untuk meninjau beberapa dokumen yang berisikan profil para omega yang terdaftar di data base perusahaan.

Setelah mengusir Tonnam keluar dari ruangan, kini Fort dapat dengan leluasa memperhatikan pria kecil disampingnya. Tumpukan dokumen yang harusnya ia tinjau sendiri tergeletak begitu saja tak tersentuh. Kursi putarnya ia hadapkan sepenuhnya kearah Peat yang tengah serius mengecek dokumen dihadapannya. Bahkan Fort tak lagi menutupi jika ia tengah memandangi pria cantik ini. Dengan terang terangan ia menumpukan kepalanya dengan kepalan tangan yang bertumpu pada lengan kursi dan fokus menatap kearah Peat.

Mata beriris aqua itu mulai mengamati sisi samping wajah Peat yang terlihat serius. Dahi bersih dengan alis yang tidak tipis juga tidak tebal, bulu matanya lentik, matanya membulat indah layaknya mata rusa yang beriris cokelat terang cantik, hidungnya tinggi dengan ujung yang mengecil dan kemerahan, bibir tipis merah menggoda yang terlihat kenyal, pipi putihnya terlihat halus, serta dagu runcing dengan sedikit kemerahan diujungnya.

Mata Fort pun mulai menjalar turun untuk menatap lebih jauh. Tanpa sadar Fort menengguk ludahnya kasar saat melihat leher jenjang putih halus milik Peat, belum lagi tulang selangka yang mengintip malu malu dari balik kerah baju Peat juga tampak halus dan sangat cocok untuk ditandai. Jemarinha pun terlihat indah, panjang dan lentik.

Tak ada kata cacat untuk ciptaan satu ini. Sungguh sangat sempurna. Fort berani bertaruh jika para dominan maupun perempuan akan mengejar pria ini hanya untuk satu kecupan ataupun satu malam.

"Berhentilah melihatku dan baca kembali dokumen anda Yang Mulia"

Ah! Memang benar, tak ada ciptaan yang sempurna. Pria cantik ini ternyata memiliki kekurangan. Lidah berbisa dan sifat dinginnya.

"Peat" Fort mendorong kursi putarnya mendekati Peat yang masih serius dengan dokumen didepannya. Memandang wajah itu dengan lembut sambil menaruh telapak tangan besarnya pada pipi halus Peat.

Harusnya cara ini berhasil.

Peat yang merasakan sentuhan dipipi kirinya memutar kepalanya menghadap Fort. Mata rusa itu menatap wajah Fort dan melemparkan pandangannya kearah telapak tangan Fort sebelum kembali menatap wajah itu, seakan menyuruh pemilik tangan untuk melepaskan sentuhan dipipinya.

"Apa kau sibuk malam ini?" layaknya seseorang yang sudah sering melakukan hal ini, tak ada getaran takut bahkan gugup dari suara Fort. Ia mengucapkan pertanyaan itu dengan percaya diri, disertai senyum manis yang biasa ia gunakan untuk memikat para submisif. Tangannya pun turut bergerak lembut mengusap pipi halus itu.

Plakk

Tangan putih pucat itu menepis kasar tangan yang memegang wajahnya. Menjauhkan kursinya sedikit kebelakang dan segera berdiri sambil mengambil dokumen bagiannya untuk ia dekap kearah dada.

"Jika anda mencari pemuas nafsu silahkan pergi ke bar atau tempat lain, karena saya tak tertarik sedikit pun pada Yang Mulia. Jika anda membutuhkan saya untuk masalah pe-ker-ja-an, silahkan panggil saja. Saya permisi" Peat menekankan perkataannya pada kata pekerjaan dan membungkukkan kepalanya cepat. Peat tersenyum sekilas sebelum membalikan tubuhnya dan berniat keluar dari ruangan.

Grep

Buk

Sebuah tangan kekar dengan cepat menarik pinggang Peat dan menghempaskan tubuhnya keatas sebuah pangkuan. Kedua tangan Fort pun membelit tubuh kecil itu untuk menahannya tak pergi.

Seperti dugaannya, sekeras apapun pria kecil ini mencoba lepas dari dekapannya tetap tak akan mampu mengalahkan kekuatannya. Terang saja, ia adalah Alpha terkuat saat ini dengan status sebagai seorang calon Raja.

"Hei manusia, jangan terlalu jual mahal. Bukankah seharusnya kau merasa terhormat karena dapat merasakan pergumulan dengan seorang putra mahkota?" dengan seringaian Fort menatap pria cantik didepannya, menghiraukan tatapan marah yang dilayangkan sang submisif.

"Cih, murahan. Sudah berapa banyak hah pemuda atau wanita yang telah kau gagahi? Apa kau tak malu dengan statusmu? Ingat! Kau itu calon Raja!" Peat menggeram marah, tak terima direndahkan sedemikian rupa oleh alpha didepannya. Ia bukan pelacur! Ia punya harga diri untuk dilindungi.

"Apa?! Lancang sekali kau mengajari seorang calon Raja! Aku bisa saja membunuhmu saat ini jika aku mau!" tatapan tajam dari iris aqua itu menunjukkan betapa marahnya ia saat ini. Ia sangat tak suka didikte atau diajari kaum lemah, apalagi oleh seorang manusia yang statusnya terletak dipiramid terbawah.

Aroma feromon pekat pun mulai menyebar memenuhi ruangan. Mengisi setiap sudut ruangan meskipun tak akan ada satupun manusia yang terpengaruh. Fort hanya ingin mencoba menekan pria cantik didepannya meskipun tak akan memiliki efek apa apa. Ia ingin pria cantik didepannya tahu jika ia marah dan marahnya seorang calon Raja sangat amat menakutkan.

Feromon memang tak akan mempengaruhi manusia sekuat apapun dikeluarkan. Namun feromon yang terlalu kuat akan memengaruhi kinerja semua alat yang memancarkan gelombang elektromagnetik. Gelombang feromon akan memutus gelombang elektromagnetik dan menyebabkan kelumpuhan pada alat elektronik yang terkena jangkauannya.

Dan itulah yang terjadi sekarang, semua benda elektronik yang berada diruangan meeting tersebut mulai mengalami kelumpuhan. Lampu yang menyala terang pun padam.

Iris aqua itu tampak menyala terang, memperlihatkan marahnya dengan seksama. Mengintimidasi pria cantik didepannya agar tunduk kepadanya.

Rasa sesak dan tertekan mulai Peat rasakan. Dadanya terasa sakit dan napasnya tersengal. Jelas ia amat merasakan tekanan yang diberikan putra mahkota, ia bukanlah manusia biasa, ia merupakan salah satu dari golongan yang sama dengan putera mahkota. Wajah Peat mulai memerah, putih matanya pun ikut memerah. Tubuhnya menjadi sangat panas dengan rasa terbakar hebat.

Perlahan tubuh yang berada diatas pangkuan itu pun mulai melemah, tubuh yang awalnya ringan kini terasa berat.

Putera mahkota menyadari, sang submisif akhirnya tak sadarkan diri.

-----

Disebuah ruangan terbentang dua buah meja yang menyatu dan diisi oleh seseorang yang tak sadarkan diri. Satu orang dengan buku tipis tampak mengipasi Peat yang masih memejamkan matanya. Satu orang lagi juga tampak memainkan botol balsem yang terbuka tepat didepan hidung Peat. Dan satu orang terakhir kini tampak berlari mengitari ruangan untuk membuka semua jendela dengan lebar.

Kini departemen sumber daya tampak sangat sibuk. Bukan karena pekerjaan melainkan karena ada yang pingsan. Tepatnya lima menit lalu dari ruang meeting pribadi departemen sumber daya putera mahkota keluar dengan seseorang yang terkulai lemas ditangannya. Membuat semua orang yang melihat tersebut panik dan segera mendorong dan menarik meja untuk dijadikan alas, tak ingin merepotkan putera mahkota yang menggendong Peat terlalu lama.

Dengan peralatan seadanya, ruangan yang hanya diisi oleh Ja, Theme dan First mencoba membangunkan Peat. Berharap semoga rekannya segera bangun dan dalam keadaam baik baik saja.

Namun berbeda dengan putera mahkota yang menatap Peat dengan tatapan aneh. Mata beriris aqua itu menatap Peat dengan beribu pertanyaan dikepalanya. Namun satu hal yang wajib ia ketahui untuk saat ini.

Siapa Peat sebenarnya?

-----

Derasnya hujan mulai membasahi seluruh penjuru negri. Hujaman kasar dari bulir hujan menghantam setiap aspal. Peat yang kini berdiri diambang pintu lobi mendesah berat melihat derasnya hujan yang turun.

Tubuhnya terasa sangat sakit saat ini. Bagaikan melewati peperangan hebat, seluruh tubuhnya terasa sangat sakit bagai ditusuk pedang.

Tak salah jika label bajingan melekat erat di nama putera mahkota, karena menyeruakan feromon penuh tekanan hanya untuk manusia lemah seperti dirinya. Apa ini calon pemimpin bijaksana yang akan memerintah negri kedepannya? Hah.. Tugas berat benar benar akan dipikul oleh Ratu atau Omega Agung nantinya.

Untung saja ia bisa melewati masa kritis, pekatnya feromon bertekanan yang dikeluarkan putera mahkota bukan main dahsyatnya bagi seorang omega sepertinya. Peat pernah membaca feromon bertekanan seorang alpa akan dapat merusak syaraf hingga membunuh lawannya. Apalagi untuk seorang omega sepertinya, sedikit saja ia diterjang oleh feromon bertekanan itu akan berakibat buruk bagi tubuhnya.

Peat tak tahu berapa besar skala yang dikeluarkan putera mahkota pagi ini, namun yang jelas dengan skala sebesar itu hampir saja membuatnya meregang nyawa. Beruntungnya ia hanya berakhir pingsan dan bangun dua jam setelahnya seperti yang dikatakan oleh rekannya. Serta efek sakit pun masih ia rasakan hingga sekarang.

Dan sialnya sore hari ini pun hujan turun sangat deras. Ia tak mungkin menerjang hujan untuk menghindari konsekuensi. Peat akan menunggu hujan reda apapun yang terjadi.

Ckittt

Brakkk

Suara melengking dari rem motor merambat membelah hujan hingga mencapai pendengaran Peat. Bunyi tabrakan antara motor tersebut dengan puing bangunan tua didepannya juga tak kalah nyaring. Orang yang mengendarai motor tersebut terlempar dan terseret beberapa meter dari motornya. Orang itu terkapar disertai aliran darah dari arah kakinya yang patah.

Sepi.

Tak satupun orang berlalu lalang dijalan depan perusahaan. Posisi perusahaan yang memang berada diujung perbatasan, membuat hanya masyarakat yang memiliki keperluan saja yang mau melewati jalan ini. Semua pegawai pun sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.

Mata rusa itu bergerak acak. Melirik kedalam perusahaan berkali kali berharap seseorang akan muncul dan menggantikannya menyelamatkan orang yang terkapar diatas jalan. Wajah cemasnya terlihat kentara ketika beberapa menit ia menunggu tak seorang pun terlihat dari dalam perusahaan.

Mata rusa itu terpejam, mencoba mengambil keputusan berat apakah akan menerjang hujan demi menyelamatkan orang didepannya atau menunggu dan memanggil ambulance datang. Namun jika membiarkan orang itu disana dan kehabisan darah, sama saja dirinya dengan seorang pembunuh nantinya.

Dengan berat hati akhirnya Peat menerjang hujan dengan meninggalkan tasnya terlebih dahulu disudut teras lobi. Selain takut dicap sebagai pembunuh, Peat juga tak melihat siapapun disekitarnya jadi sepertinya tak masalah jika feromonnya menyeruak.

Dalam keadaan basah kuyup, Peat membuka kaca helm dari orang tersebut dan mendapati seorang wanita yang meringis kesakitan. Dengan sigap Peat menaruh tangannya diperpotongan leher dan dibawah lutut wanita itu. Menggendongnya ala bridal style dan membawanya keteras lobi untuk dibaringkan.

Peat melangkah mendekati tasnya dan merogoh ponselnya. Tangan putih basah itu kemudian bergerak dan mengetikkan nomor telpon salah satu rumah sakit. Tubuhnya kembali mendekati tubuh wanita itu dengan ponsel yang menempel ditelinganya.

Pikirannya kini tertuju pada keselamatan wanita didepannya. Tanpa tahu seseorang yang tersenyum licik dibalik bangunan tinggi tak jauh dari posisinya.

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞