FORTPEAT - RARE SPECIES - 2

Peat memutar tubuhnya membelakangi cermin tinggi yang terdapat dikamar mandi. Menatap pada tanda pairnya yang berada tepat diujung belahan pipi pantatnya.

Mendengus kesal ketika mengingat hasil rapat dua hari lalu bersama putra mahkota yang merupakan ancaman besar bagi dirinya. Putra mahkota memberikan tugas pada departemen sumber daya untuk menemukan fated pairnya dalam waktu kurang dari dua minggu. Jika sampai saat itu fated pairnya belum juga ditemukan, putra mahkota akan beralih mencari omega lain yang dapat ia persunting untuk dijadikan seorang istri.

Sebenarnya ini adalah informasi sangat penting bagi Peat. Jika dalam dua minggu ia berhasil menghindari hal ini, tentu saja hidupnya akan menjadi merdeka dengan sempurna. Meskipun konsekuensinya sangat menyakitkan, Peat dapat menanggungnya.

Banyak aturan yang tersirat dalam dunia werewolf. Termasuk dengan aturan reject yang hanya bisa dilakukan oleh seorang alpha. Pada umumnya jika sepasang alpha dan omega yang merupakan fated pair akan melakulan reject, maka mereka akan berunding terlebih dahulu. Biasanya masing masing mereka harus bisa menemukan pair baru mereka sebelum melakulan reject. Karena apa? Karena bagi omega fated pair yang telah dikenai reject jika tidak langsung melakukan mating dengan pair baru akan mengalami penyiksaan secara lahir dan batin. Kehampaan dan kesedihan akan menggerogoti omega tersebut dari dalam, bahkan beberapa omega sampai mengalami gangguan psikis karena tak kuat menahan rasa hampa dan kosong dihati mereka. Perlahan namun pasti tubuh omega pun dipastikan akan mengalami penurunan hingga kasus terparah akan menyebabkan kematian. Makanya perkara reject bukanlah hal main main, semuanya harus dipikirkan matang matang karena menyangkut keselamatan nyawa seorang omega.

Namun konsekuensi itu semua Peat lebih dari bersedia untuk menerimanya. Bahkan ia sudah merelakan nyawanya jika memang perlu. Tapi tetap saja ia harus ekstra hati hati dalam dua minggu kedepan. Berdasarkan kabar dari ruang obrolan departemen sumber daya, intensitas putera mahkota untuk mengunjungi kantornya akan meningkat, dan itu sangat membahayakannya. Apalagi ketika tanda pair yang akan bersinar jika terkena hujan atau ketika alpha fated pair merangsang heat omeganya.

Peat harus menghindari itu. Pada cuaca ekstrim seperti akhir akhir ini, dapat dipastikan hujan akan turun tak menentu dan bisa saja ia kembali terjebak seperti tempo lalu. Jadi Peat akan melapisi tanda pairnya dengan perban yang lebih tebal dari sebelumnya dan plester berlapis kali ini. Peat tak akan membiarkan dirinya tertangkap dalam dua minggu ini.

-----

Mata besar dengan iris aqua itu menatap jalan sunyi yang dilalui oleh mobilnya. Garis tegas rahang miliknya tampak semakin jelas ketika cahaya matahari mencoba memantulkan cahaya kebalik kaca mobil yang transparan.

Wajah serius itu terlihat frustasi. Baru saja pagi dimulai tapi sang ayah sudah kembali membahas mengenai fated pairnya yang sampai sekarang masih belum ditemukan. Ia tahu dan ia paham jika sang ayah sudah sangat ingin menanggalkan jabatannya sebagai seorang Raja. Ayahnya sudah memerintah negeri hampir setengah abad dan ia sudah cukup tua untuk bisa menikmati masa tuanya. Kakeknya meninggal karena suatu penyakit sehingga menyebabkan ayahnya terpaksa naik tahta diumur belia, sekitar 15 tahun. Dan saat itu baiknya fated pair ayah atau ibu sudah diketahui dan dilatih sedemikian rupa menjadi seorang Ratu. Sehingga sebelum pernikahan mereka sudah terlebih dahulu memerintah negeri.

Dan sekarang saat dirinya akan memasuki umur 30 tahun, dirinya masih belum menemukan fated pair yang dibutuhkan untuk naik tahta. Ia sudah berusaha, mencari kesegala sudut dan penjuru, namun tetap saja ia belum mendapatkannya.

Sial!

Bahkan akhir akhir ini tak ada lagi waktu untuk bersantai di club malam atau bercumbu dengan para submisif. Ia terlalu fokus mencari omeganya sampai sampai melupakan kebutuhannya sebagai seorang pria. Omega ini benar benar membuatnya sakit kepala.

"Cih! Jangan berharap bahagia jika aku berhasil mendapatkanmu nanti"

-----

"Peat, bisa kau bawakan ini pada departemen media? Mereka meminta beberapa kotak ini untuk penyimpanan berkas" Tonnam menunjuk satu tumpukan kotak berwarna cokelat yang cukup tinggi di sudut ruangan sambil menatap Peat yang sedang asik bergelut dengan komputer miliknya.

"Tapi pekerjaanku belum selesai phi. Minta tolong pada Theme saja phi, sepertinya pekerjaannya selesai lebih awal" balas Peat tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer miliknya. Pekerjaannya sangat menumpuk dari kemarin. Banyak data baru yang harus ia input dan ia sortir kembali.

"Ayolah, aku tak melihat orang lain selain dirimu diruangan ini sekarang. Aku cukup sibuk dengan tugas putra mahkota yang mencari fated pairnya, dan sebentar lagi ia akan sampai disini untuk-"

Brakk

"Okey! Aku bisa mengantarnya" tanpa sengaja Peat menggebrak mejanya dan melemparkan senyum lebarnya pada Tonnam. Sedikit mendorong kursinya dengan betisnya dan segera berjalan menuju tumpukan kotak disudut ruangan.

"Ah, phi! Sepertinya aku akan terlambat kembali, aku harus ke toilet karena perutku sedikit sakit" ujar Peat sambil mengangkat tumpukan kotak yang sekarang sudah menutupi seluruh wajahnya.

Dengan hati hati ia berjalan, mengandalkan penglihatannya untuk melangkah yang hanya mampu menangkap sedikit gambaran jalan. Peat memposisikan sikunya pada gagang pintu dan menariknya kedalam, ujung sepatunya pun segera menyelip diantara pintu yang terbuka dan menggesernya agar pintu terbuka lebih lebar.

Kakinya berjalan ringan, disamping kotak yang ia bawa memang tak berat, hatinya turut bahagia karena berhasil menghindari putra mahkota. Jika saja ia tetap bersikeras untuk menyelesaikan pekerjaannya, sudah pasti ia akan bertemu dengan alpha itu sekarang. Lebih baik menghindar bukan?

Srettt

Tiba tiba separuh dari tumpukan yang berada ditangan Peat diambil begitu saja oleh sebuah tangan besar. Membuat Peat terpaksa memberhentikan langkahnya dan menoleh pada orang yang sudah berdiri disampingnya.

Deggg

Mata Peat melebar ketika melihat putra mahkota yang sedang tersenyum lebar dan mengedipkan sebelah matanya padanya.

Sial! Kenapa harus bertemu sekarang?!

"Se-selamat siang Yang Mulia" Peat sedikit menundukkan kepalanya untuk menyapa Fort dan dibalas anggukan dari pria tampan itu.

"Maaf jika saya lancang, tapi saya akan sangat berterimakasih jika Yang Mulia mau mengembalikan kotak itu pada saya" Peat tersenyum kaku, matanya hanya mampu menatap lurus searah bahu bidang Fort.

"Tak apa, aku ingin membantumu. Kau terlihat kesusahan dengan benda ini" sahut Fort tetap dengan senyumannya.

Mungkin saja ini karena dirinya yang sudah lama tak bermain dengan para submisif. Jadi saat dirinya hendak masuk kedalam ruangan yang bertuliskan departemen sumber daya, matanya tak sengaja melihat seorang pria dengan perawakan kecil dan kulit putih pucat berjalan menjauh dengan tumpukan kotak yang melebihi kepalanya. Entah apa yang terjadi, tapi hatinya sedikit tergerak untuk mengenali pria itu. Apalagi setelah melihat wajah cantik yang tadinya tertutupi tumpukan kotak, jantungnya sedikit berdegup lebih cepat.

Mata besar beriris aqua itu kembali menatap pria kecil itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah cantik dengan bibir kemerahan menggoda, bahu sempit dengan sudut 90 derajat, dadanya sedikit busung berisi dengan pinggang ramping, bokongnya terlihat sintal dan cukup besar serta kaki ramping yang terbalut jeans hitam.

Jackpot!

Pria ini sangat lebih dari cukup untuk memuaskannya malam ini. Membayangkan tubuh kecil ini mengulum adiknya dan mendesahkan namanya pasti terasa sangat nikmat. Tanpa sadar Fort menjilat bibirnya sendiri.

"Saya ucapkan terimakasih atas kebaikan Yang Mulia. Tapi saya sungguh tak apa dan tak kesusahan. Saya akan lebih berterimakasih lagi jika Yang Mulia dapat mengembalikannya keatas tangan saya" kini Peat tak lagi menatap lurus, ia mendongakan kepalanya untuk menatap pemilik mata aqua itu. Senyum tipis terpaksa miliknya ia layangkan pada putra mahkota, berharap sang putra mahkota mengerti jika ia tak butuh bantuan sama sekali.

Tap

Tap

"Ayo, tunggu apalagi. Aku ada urusan setelah ini jadi tidak bisa berlama lama" Fort yang sudah lebih dulu berjalan kembali menoleh melihat Peat yang terlihat menahan rasa kesal.

Bibir tebal itu terlihat menyeringai menang ketika Peat mulai berjalan dan memimpin jalan menuju departemen media. Mata aqua itu tak lepas dari bokong sintal yang bergerak naik turun ketika Peat berjalan. Bukan salahnya ketika melihat pemandangan sebagus ini dan tak ia sia siakan bukan? Pria kecil inilah yang menggodanya, mengenakan jeans ketat saat bekerja sama saja dengan memberi umpan pada serigala sepertinya.

Pikiran Fort penuh dengan bayangan yang akan terjadi diatas ranjang. Bagaimana tangan besarnya berada dipinggang pria kecil itu dan membantunya untuk menaik turunkan tubuhnya. Bagaimana rasanya mengecupi seluruh kulit putih pucat itu dan meninggalkan bekas kemerahan yang tak akan hilang dalam beberapa hari. Bagaimana rasanya meraba dan meremas dua bongkahan sintal itu. Bagaimana-

"Yang Mulia kita sudah- Aw!"

"Astaga! Maafkan aku, aku sedikit melamun" Fort segera menjauhkan tubuhnya ketika tanpa sengaja menabrak Peat yang berhenti didepannya, membuat kotak yang berada didalam pegangannya sedikit rusak karena terhimpit tubuhnya dan tubuh Peat.

Peat memejamkan matanya untuk menelan emosi dikepalanya. Putera mahkota benar benar seseorang yang menyebalkan! Setelah pertemuan pertama mereka saat rapat tidak memberikan kesan baik sama sekali, hari ini bahkan lebih buruk. Dengan sifat keras kepala dan ceroboh yang ia perlihatkan hari ini benar benar membuat Peat geram melihatnya. Namun ia harus menahan emosinya, ia tak mungkin memaki atau memarahi seorang putra mahkota. Bisa bisa kepalanya yang sudah dipenggal akan dipajang di pusat kota untuk dipermalukan. Setidaknya ia harus mati dengan tubuh utuh dan dikenang karena kebaikan.

"Tak apa Yang Mulia, silahkan kembalikan kotak tersebut. Biar saya yang membawanya kedalam" Peat memutar tubuhnya dan memberikan senyum tipis formal. Ia benar benar hanya ingin cepat cepat selesai berurusan dengan putera mahkota.

Pakk

Fort dengan cepat menghempaskan tumpukan kotak ditangannya keatas tumpukan kotak ditangan Peat. Cukup kuat sehingga tubuh Peat sedikit terhuyung kebelakang. Untung saja tubuhnya tidak jatuh dan dapat berdiri sempurna kembali.

Dasar putra mahkota bajingan!

Peat meniup poninya yang sedikit terjatuh didepan matanya, menatap tajam kearah putra mahkota yang terhalang oleh tumpukan kotak. Untung saja pria didepannya ini terlahir dari kalangan bangsawan, jika tidak Peat pastikan ia sudah menendang bokong pria ini dengan brutal saat ini juga.

"Terimakasih Yang Mulia, maaf merepotkan"

Peat kemudian memutar tubuhnya dan berlalu masuk kedalam departemen media bersama tumpukan kotak ditangannya.

-----

Setelah mengantar tumpukan kotak dan sedikit berbincang dengan rekan kerjanya disana, Peat segera berjalan keluar dan berencana untuk pergi ke toilet. Menghabiskan waktu dengan menghisap beberapa batang rokok sepertinya cukup menyenangkan dibanding kembali ke dapartemen sumber daya dan bertemu orang gila.

Dengan gontai Peat mengayunkan kakinya melewati pintu ruang departemen media sambil terus mengotak atik ponselnya. Ia tengah berkirim pesan dengam teman onlinenya dari salah satu aplikasi. Anaknya menarik dan cukup ramah, sudah beberapa minggu ini mereka saling bertukar kabar dan mencurahkan perasaan. Sangat jarang Peat temui teman online yang satu frekuensi, dan hanya orang ini satu satunya yang benar benar menjalin komunikasi lancar dengannya.

Ia memperkenalkan dirinya sebagai Lee dengan umur yang sama dengan Peat, 27 tahun. Jika dilihat dari display fotonya ia merupakan pria manis dengan perawakan yang cukup kecil, karena postur tubuhnya yang saat berdiri didepan pintu tak sampai tiga perempat dari tinggi pintu tersebut. Peat harap suatu saat nanti ia dapat bertemu dengan Lee dan bercerita panjang dengannya. Karena setahu Peat, Lee tengah menetap diluar negeri untuk urusan keluarganya, jadi Peat tak bisa mengajak Lee untuk bertemu dalam waktu dekat.

Tangan kurus itu meraih gagang pintu toilet dan mendorongnya. Mencari bilik kosong dengan sedikit menundukkan tubuhnya kecelah bawah pintu. Namun ekor matanya menangkap hal lain, ada seseorang dibelakang tubuhnya. Jantungnya terpompa lebih cepat, pelan pelan ia kembali melihat kaki yang berdiri dibelakangnya.

Uh! Menapak!

Sedikit lega jika yang berdiri dibelakangnya bukanlah setan atau hantu. Peat kembali menegakan tubuhnya dan menoleh cepat kebelakang.

Fuck!

"Siang Yang Mulia" dengan berat hati Peat memberikan senyum paksanya dan menangkupkan kedua telapak tangannya didepan dada.

Lagi lagi ia harus menyapa putera mahkota yang entah sejak kapan juga berada di toilet bersamanya. Fort membalas sapaan dengan anggukan dan tersenyum miring.

Drap

Drap

Perlahan kaki panjang itu melangkah mendekati Peat. Dengan satu tangan berada disaku dan tangan lain yang terayun ringan. Bak adegan di film, Peat terpaksa memundurkan tubuhnya kebelakang hingga membentur dinding pembatas bilik toilet.

Wajah tegas itu semakin mendekat, mengikis jarak diantara mereka hingga sedekat mungkin. Peat mulai merasakan terpaan napas hangat diwajahnya, membuat matanya reflek terpejam dan memicing erat. Tangannya mengepal erat disisi tubuhnya, mematung layaknya mannequin dipusat perbelanjaan.

"Bantuanku tak pernah gratis" belaian lembut dipipi kirinya membuat bulu halus Peat meremang, jemari itu begitu hangat sekaligus menggelitik.

Perlahan jemari panjang itu turun hingga berakhir meraih ujung dagu runcing milik Peat, menaikkan sang ibu jari untuk meraba bibir bawah kemerahan milik Peat.

Sangat kenyal dan lembut.

Persis dugaannya.

Fort semakin mendekatkan wajahnya, perlahan mencoba menggapai bibir yang berada dalam genggamannya dengan bibir penuhnya. Bercumbu saja bisa dipastikan sangat nikmat, apalagi menghabiskan malam diatas ranjang.

"Tapi aku tidak meminta!" seru Peat dengan menurunkan tubuhnya cepat. Membuat bibir penuh Fort hanya dapat menyentuh rambut Peat yang memenuhi dahinya.

Decihan terdengar dari bibir penuh itu, bersamaan dengan tubuhnya yang ia mundurkan untuk memberi sedikit jarak diantara mereka.

Peat yang merasa tubuh didepannya sedikit mundur mulai kembali menegapkan tubuhnya dan menghembuskan napas lega. Seharusnya ia tak ketakutan seperti ini! Peat yang biasa adalah Peat yang berani dan mampu menantang mata lawan. Namun karena pada dasarnya orang yang berdiri didepannya adalah seorang alpha, membuat nyalinya seketika ciut. Jika saja orang didepannya ini adalah manusia biasa, Peat pasti akan dengan mudah mengakhiri perdebatan tak penting seperti ini.

"Cih, dasar manusia. Kau seharusnya berterimakasih padaku setelah apa yang kulakukan. Kau itu sudah membuat seorang putera mahkota membawa barang tak berguna, kau tau?" Fort memandang sinis kearah pria kecil dihadapannya. Meraih id card yang menggantung dileher pria itu dan mengangkatnya untuk dibaca.

"Peat Wasuthorn Chaijinda. Staff departemen sumber daya."

Srett

Dengan cepat tangan Peat menarik tali id cardnya. Fort sedikit melonggarkan pegangannya pada id card tersebut namun membalasnya dengan menarik lebih kuat. Membuat tubuh Peat yang awalnya sedikit mundur karena menarik paksa id card tersebut menjadi tertarik kearah tubuh Fort hingga membentur tubuh besar itu.

Grep

"Ouch!"

Tangan besar itu dengan cepat melingkari pinggang Peat. Menyeringai senang karena buruannya masuk kedalam perangkapnya.

"Maaf, tapi anda tidak sopan Yang Mulia" Peat mendongakkan kepalanya dengan wajah kesal. Menatap tajam kearah iris aqua milik putera mahkota. Menghiraukan wajah mereka yang berjarak kurang dari lima sentimeter.

Degg

Seketika tubuh besar itu terpaku. Jantung Fort seperti berhenti berdetak. Pertama kali dalam hidupnya melihat sepasang mata yang begitu cantik dan menarik. Seperti tersihir kedalam iris cokelat terang berkilauan. Mata itu seperti menghipnotisnya sehingga ia tak bisa melakukan apapun. Bahkan kini pria kecil yang sesaat lalu berada dipelukannya telah mendorong tubuhnya dan pergi meninggalkannya sendiri didalam toilet.

Fort benar benar terpesona pada mata rusa cantik itu.

-----

Setelah menghabiskan waktunya diatap perusahaan dengan beberapa batang rokok. Peat akhirnya turun karena melihat langit yang mulai membiaskan warna jingga. Mendesah berat ketika teringat pekerjaannya yang masih menumpuk dan harus ia selesaikan hari ini juga. Membayangkan dirinya lembur untuk yang entah keberapa kalinya dalam minggu ini membuat kakinya semakin lemas dan tak ingin bertemu atasannya didepartemennya.

Dan semua lembur yang ia lalui itu disebabkan oleh satu pria bajingan! Putera mahkota sialan! Jika saja pria itu tak merangsang heatnya tiba tiba saat itu, ia tak akan mengajukan cuti selama beberapa hari dan membuatnya harus menunda banyak pekerjaan. Dan jika saja hari ini pria itu tak datang, ia tak harus menunggu diatas atap sampai jam kantor berakhir.

Cklek

Blam

Dengan lesu tubuh kecil itu berjalan masuk menuju meja kerjanya. Kepalanya menunduk tak bersemangat. Hidupnya sangat melelahkan akhir akhir ini.

"Ugh! Apa kau baru kembali dari toko parfum Peat? Kenapa baumu seperti ini?!" keluh Ja yang tengah membersihkan barangnya diatas meja. Ia tampak bersiap siap untuk pulang.

"Hah? Apa maksudmu?" Peat mengerutkan dahinya tak mengerti, mengangkat kepalanya dan menatap Ja dengan tatapan bingung.

"Kau berbau seperti- cedar? Aku tak tahu, kau tercium seperti kayu atau hutan? Ugh! Aku tak tau! Jangan tanyakan padaku!" Ja menggeram kesal, mulutnya tak bisa menjelaskan aroma yang ditangkap oleh hidungnya. Ia benar benar memiliki pengetahuan nihil tentang aroma.

Peat mulai mengangkat kerah bajunya dan mengendus bagian itu, mengangkat lengannya dan juga mulai mengendus bagian itu. Tubuh kecil itu bergerak acak, mencoba membaui seluruh tubuhnya.

Nihil

Peat tak mencium apapun dari tubuhnya. Matanya kembali menatap bingung kearah Ja yang mulai tampak tak peduli.

Apa ini? Kenapa ia tak bisa mencium aroma yang disebutkan oleh Ja? Atau itu bukan dari tubuhnya

Brakkk

"Ini sung- Oh! Bau apa ini?" Tonnam yang baru saja masuk berniat mengeluh pada anggotanya kini beralih mengendus udara kosong disekelilingnya. Kakinya terus melangkah mengikuti aroma yang semakin tercium kuat.

Tap

Kakinya berhenti ketika tubuh kecil menghalau langkahnya. Ia kembali mengendus dan mendapati aroma kuat dari tubuh Peat.

"Kau mandi parfum atau bagaimana? Cukup semprot dibeberapa titik saja, kasihani hidung orang lain" gerutu Tonnam meninggalkan Peat yang menatap tak percaya padanya.

Apa?

Apa dia sungguh berbau cedar?

Bukankah manusia biasa tidak dapat mencium aroma feromon?

Ugh! Putera mahkota sialan!

TBC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞