VEGASPETE - AGREEMENT - EXTRA CHAP C 🔞
Venice
Setelah terbang hampir 10 jam dari Bangkok. Vegas dan Pete akhirnya menginjakkan kakinya di Bandara Venice Marco Polo. Keduanya berjalan keluar bandara untuk mencari taksi air yang akan membawa mereka ke jantung kota Venice, distrik San Marco.
Diatas taksi air yang mereka tumpangi tak henti hentinya mulut mereka berdecak kagum. Taksi air tersebut membelah kanal kanal yang diapit oleh bangunan bangunan tua, pemandangan tembok batu bata yang beberapa bagiannya sudah ditumbuhi lumut menjadikannya semakin estetik dan tak mengurangi nilai keindahan. Sisi belakang bangunan yang mereka lihat kadang tak lepas dari susunan tanaman atau bunga yang berada didalam pot dengan berbagai macam bentuk.
Cuaca saat ini sedikit dingin karena mereka sedang berada dipertengahan musim gugur. Pete mengeratkan jaket padding putihnya untuk menghalangi udara masuk. Tak lama sebuah tangan menelusup dicelah lengan dan tubuhnya, Vegas melingkari tangannya ketubuh Pete agar semakin hangat. Pete menatap Vegas dari samping dan tersenyum manis, ia mengusakkan kepalanya kedada Vegas untuk mencari kehangatan yang lebih. Tangannya akhirnya ikut terulur memeluk tubuh Vegas dan berbagi kehangatan.
Selama 40 menit berada diatas taksi air, Vegas dan Pete akhirnya sampai di pusat kota, distrik San Marco. Keduanya berjalan bersisian dengan satu tangan yang saling melingkari tubuh satu sama lain dan satu tangan lainnya yang menarik pegangan koper. Mereka berjalan sekitar 5 menit untuk mencapai hotel yang sudah dipesan dari jauh jauh hari.
Segera setelah memasuki kamar, mereka merebahkan tubuh diatas kasur besar yang terletak ditengah ruangan. Di kota Venice tak menyediakan jasa transportasi darat, jadi mau tak mau mereka harus berjalan kaki untuk sampai ketempat tujuan mereka. Meskipun hanya 5 menit, berjalan kaki setelah turun dari pesawat tetap saja melelahkan. Kaki Pete serasa hampir lepas karena terlalu lelah.
Pete merasakan orang lain yang juga berada diatas kasur berguling mendekat kearahnya. Kaki dan tangan Vegas melilit tubuh Pete yang masih terkapar karena kelelahan.
"Vegas, menjauhlah. Aku lelah" Pete tak bergeming dengan tingkah Vegas yang semakin mengeratkan lilitannya.
"Ayolah Vegas, kita harus beristirahat dulu setidak dua jam sebelum pergi nanti sore" Pete menghela napas saat Vegas mulai mengecupi seluruh sisi kiri wajahnya.
Vegas kemudian berdiri setelah puas menciumi Pete. Ia melepaskan sepatu dan jaket paddingnya kemudian menyimpannya disalah satu sudut yang berisikan rak penyimpanan. Vegas kembali kearah Pete dan mulai melepaskan jaket paddingnya serta sepatu yang Pete gunakan. Pete masih tak bergeming, ia terlalu lelah untuk menggerakkan badannya bahkan untuk sekedar mengangkat tubuhnya agar Vegas lebih mudah melepaskan jaketnya.
"Apa selelah itu hm? " tanya Vegas sambil menyimpan jaket padding dan sepatu Pete ditempat yang sama seperti punyanya.
"Eum. Ayo tidur Vegas"
"Hm, ayo tidur sayang" Vegas kemudian mengangkat tubuh Pete ala bridal style dan memposisikan tubuh istrinya lebih nyaman diatas kasur. Vegas kemudian mengambil posisi disebelah Pete dan mulai menarik selimut hingga menutupi leher Pete. Pete beringsut mendekatkan dirinya pada Vegas dan memeluk pinggang Vegas dengan posesif, mengusakkan kepalanya lebih dalam kearah dada Vegas dan meletakkan satu tangannya diatas dada Vegas. Terasa sangat hangat dan nyaman. Bagaimana telapak tangannya yang juga ikut merasakan detakan jantung Vegas yang sangat cepat seperti miliknya. Membuat Pete tersenyum ditengah tengah suasana yang mereka ciptakan dan mulai memejamkan mata untuk tertidur.
Tak berbeda jauh dengan Vegas yang juga membalas pelukan Pete. Satu tangannya sudah melingkari pinggang Pete dan tangan lainnya membelai surai hitam halus tersebut. Vegas mengecup puncak kepala Pete berkali kali dengan mata yang mulai terpejam. Rasa hangat menjalari keduanya ditengah dinginnya cuaca kota Venice hingga membuat mereka terlelap.
-----
Dua pasang kaki melangkah menyusuri tepian distrik San Marco. Tangan keduanya bertaut dengan langkah yang seirama. Musim gugur memang sangat cocok untuk menikmati indahnya kota Venice karena tak ramai oleh turis.
Setelah mengisi perut disalah satu restoran lokal mereka kembali menyusuri jalan yang mulai diterangi lampu jalan. Sore kali ini tampak sedikit lebih gelap dibanding biasanya.
"Vegas, ayo naik gondola, aku ingin kesuatu tempat" Pete sedikit menarik tangan Vegas agar Vegas melihat kearahnya.
"Eum, ayo " Vegas mengangguk dan tersenyum menyetujui keinginan Pete. Pete membalas senyuman tersebut dan menarik Vegas untuk menuruni tangga yang berada tak jauh dari posisi mereka.
Mereka akhirnya sampai disalah satu pemberhentian gondola. Vegas naik terlebih dahulu dan kemudian mengulurkan tangannya untuk menjadi pegangan oleh Pete.
Hap
Pete meloncat keatas gondola dan menyebabkan gondola tersebut sedikit bergoyang. Vegas dengan sigap memegangi pinggang Pete agar tidak oleng dan jatuh. Pete tertawa mendapati wajah khawatir Vegas karena perbuatannya.
"Kau mengejutkanku sayang. Jangan seperti itu lagi, kau bisa jatuh" Vegas mengeluh melihat tawa Pete yang lebar sehabis mengerjainya.
"Kkk, maafkan aku, ayo kita duduk " Pete memegangi pundak Vegas dan mendorongnya kebawah agar dapat duduk.
Tangan Vegas yang masih memegangi pinggang Pete berubah menjadi memeluk Pete. Pete menyandarkan kepalanya dibahu Vegas dan menikmati udara sore yang menerpa wajahnya. Matanya memandangi hamparan air Grand kanal yang terbentang dihadapannya. Tepian kanal juga sudah dihiasi lampu temaram berwarna jingga. Membuat suasana disekitar mereka semakin romantis.
"Vegas, 6 tahun yang lalu saat kali pertama aku menginjakan kakiku disini, aku mengingatmu. Berharap impian pertama kita saat pertama menjalin hubungan terwujud. Saat itu hatiku sangat berantakan. Aku memilih Venice sebagai pelarian yang merupakan tujuan utama bulan madu kita setelah menikah saat kita merencanakannya ditahun pertama kita menjadi sepasang kekasih. Tapi akhirnya aku hanya sendiri hari itu tanpa dirimu. Saat itu aku tak mengetahui aku mengandung Venice. Aku masih berada diposisi mental yang masih terguncang. Dua bulan setelah itu aku melihat perutku semakin membesar, aku pikir aku terlalu banyak makan. Kkk... Setelah itu aku mencoba diet, namun sebulan kemudian aku melihat perutku semakin membesar. Akhirnya aku memberitahu Pavel mengenai kondisiku, karena saat itu hanya dia satu satunya tempatku bergantung. Pavel tak langsung menjawabku. Ia memilih terbang ke Venice dari Bangkok dan menemaniku ke rumah sakit. Saat pertama kali aku mendengar aku kembali hamil, mentalku kembali drop, kesehatanku menurun. Tapi tidak lama, ketika aku sadar bahwa ini adalah hadiah terakhir darimu dan aku memilih menjaganya. Ternyata saat itu aku masih sangat mencintaimu." Pete menceritakan memori pertamanya saat berada di Venice pada Vegas.
Vegas menatap Pete dengan rasa penuh bersalah. Pete ternyata menjalani hidup yang pahit karena dirinya.
"Aku sangat menyukai kota ini. Selain aku yang pernah tinggal dan menetap disini, juga karena memoriku yang terus terhubung padamu. Apa karena kota ini adalah tujuan pertama kita atau memang karena aku masih mencintaimu, aku tak tau jawabannya. Aku sempat bersyukur melihat Venice yang lebih mirip denganku dibandingkan dirimu, kkk.. Jadi aku tak perlu mengingatmu setiap hari, maafkan aku-" Pete mengusap pipi Vegas yang sudah dilelehi air mata sambil tersenyum menatap Vegas. Vegas menggeleng dan menangkup tangan Pete yang ada dipipinya. Mengecup telapak tangan itu berkali kali dengan bibir yang mulai bergetar, dia merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri.
"Jangan menangis, kau terlihat jelek jika menangis. Dan jangan meminta maaf, aku tidak suka. Kau hanya perlu mendengarkanku kali ini. Okey? " Vegas mengangguk menjawab perintah dari Pete. Air matanya masih terus mengalir, isakannya masih ia coba tahan semampunya.
Pete kemudian melepaskan tangannya dipipi Vegas dan beralih mendekap tubuh suaminya itu. Tangannya mengelus punggung Vegas dengan perlahan untuk menenangkan Vegas dari tangisannya.
"Pete, apa kau ingat janji yang kita buat sebelum kau menyetujui menikah denganku untuk pertama kalinya? " Vegas mengeluarkan suaranya ketika ia sudah mampu mengendalikan tangisannya.
Vegas kemudian merasakan anggukan dari Pete sebagai jawaban. Vegas semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Pete.
"Aku bersumpah Pete, tak satu detikpun hatiku bergetar untuk yang lain. Meski perjalanan yang kita tempuh setelah itu sangat menyakitkan serta dipenuhi tangisan dan darah. Aku bersumpah, aku hanya merasakan debaran ini hanya denganmu Pete. Aku hanya mencintaimu. Aku sangat mencintaimu"
Pete menarik dirinya menjauh dari pelukan Vegas tanpa melepaskan tangannya dari tubuh Vegas.
"Aku tau, terimakasih sudah menjaga janjimu padaku selama ini Vegas" Pete tersenyum sambil menyisir rambut Vegas kebelakang.
Pete menarik kerah t-shirt putih Vegas yang mencuat dari jaket yang ia gunakan kearah tubuhnya. Pete memiringkan wajahnya dan mulai mendekati wajah Vegas. Tepat ketika mereka berada dibawah Ponte dei Sospiri (Bridge of Sighs) pada saat matahari terbenam yang juga diiringi dentangan lonceng dari St. Mark Campanille, Pete mencium Vegas. Kedua pasang mata itu terpejam menikmati ciuman mereka yang terasa sangat hikmat. Tanpa sadar senyuman terukir dibibir keduanya. Menghiraukan pria yang mendayung gondola dibelakang mereka.
Konon jika sepasang kekasih atau suami istri yang berciuman dibawah Ponte dei Sospiri pada saat matahari terbenam dan lonceng dari St. Mark Campanille berdentang, maka cinta mereka akan diberkati dan bertahan lama.
-----
Bunyi kecipak khas peraduan dua bibir memenuhi salah satu kamar penginapan di distrik San Marco. Keduanya tampak saling melumat dan menghisap bibir satu sama lain. Menghiraukan letih tubuh mereka telah berjalan cukup jauh mengelilingi sebagian kecil distrik San Marco.
Tangan Pete melingkar dileher Vegas dengan jari jarinya yang sudah meremas bahu dan rambut Vegas untuk menyalurkan rasa nikmat dari ciuman yang mereka lakukan.
Vegas membawa tubuh mereka berdua hingga bersandar pada belakang pintu dan kemudian mengangkat satu kaki Pete agar melingkar dipinggangnya. Pete kemudian melingkarkan kedua kakinya dipinggang Vegas dan melepaskan ciuman mereka.
Mata mereka saling menatap penuh nafsu dengan hembusan napas yang saling beradu dan memberi terpaan hangat diwajah masing masing. Sesaat kemudian bibir mereka kembali menyatu dan mulai melumat benda lunak itu. Vegas memegangi pinggang Pete dengan satu tangannya dan yang lainnya menahan kepala Pete agar semakin mendekat pada wajahnya.
Vegas membawa tubuh mereka kembali secara perlahan kearah jendela besar yang hanya tertutup tirai putih yang menggelepar karena udara malam yang semakin dingin berhembus masuk kedalam kamar. Vegas kemudian mendudukan tubuh Pete di tepian jendela sambil mencoba menerobos masuk kedalam rongga mulut Pete. Lidahnya mengajak lidah Pete beradu sangat ganas. Lenguhan demi lenguhan terdengar disela sela ciuman panas mereka. Lidah Vegas kemudian berputar mengabsen setiap inci rongga mulut Pete seakan banyak gula yang tersembunyi disana dan harus ia dapatkan. Vegas menghisap lidah Pete keluar dan melumatnya seperti permen karet.
Pete terus melenguh menikmati perlakuan Vegas pada lidah dan bibirnya. Pete melepaskan lumatan Vegas pada lidahnya dan beralih menjilati seluruh wajah Vegas seduktif. Telinga Vegas pun tak terlewat dari jangkauan Pete, mulutnya mengulum dan menggigit daun telinga Vegas yang lebar, membuat desahan berat Vegas menggema karena terlalu nikmat.
Vegas menurunkan kepalanya kearah leher Pete dan tanpa sengaja melepaskan pagutan bibir Pete pada daun telinganya. Bibir Pete mendesah kecewa saat melepaskan mainannya, namun cepat berganti menjadi desahan nikmat saat lehernya dicumbu oleh Vegas. Gigitan dan jilatan bergantian menghujami leher Pete. Vegas juga tak meninggali rahang tajam milik Pete untuk diberikan tanda kepemilikan.
Tubuh mereka menjadi sangat gerah ditengah hawa dingin yang menusuk dari luar. Tubuh mereka seakan meninggalkan kota Venice yang sedang bersuhu 5 derjat selsius.
Keduanya saling membuka pakaian masing masing dengan terburu buru tanpa meninggalkan sehelai benangpun ditubuh mereka. Tangan Vegas sesigap mungkin membawa Pete keatas ranjang yang berada ditengah ruangan dan menghempaskannya. Pete mengerang ketika merasakan tubuhnya terpental karena Vegas yang melemparkannya dengan kuat.
"Akh.. Pelan pelan sayang.. " Vegas hanya menyeringai dan mengedipkan sebelah matanya kearah Pete sebagai jawaban.
Vegas kemudian berjongkok dibalik kasur. Pete sedikit penasaran melihat Vegas yang berjongkok dibawah kasur langsung bertumpu dengan sikunya agar dapat melihat Vegas.
Grep
Pete merasakan pergelangan kakinya digenggam oleh tangan Vegas. Pete melihat kepala Vegas yang menyembul dibalik kasur dan mulai mengecupi ujung ibu jari kakinya dengan sedikit jilatan disana. Pete mendesah nikmat menerima perlakuan dari Vegas.
Vegas yang masih memegangi pergelangan kaki Pete perlahan merangkak keatas kasur sambil mengecupi punggung kaki tersebut. Setelah itu Vegas menjilati betis Pete hingga paha dalam. Vegas membuat banyak tanda kepemilikannya disana dengan menghisap dan menggigit paha dalam yang sedikit berlemak itu. Membuat Pete menutup mulutnya dengan punggung tangan untuk menahan desahan yang siap untuk keluar.
"Ahh.. Vegh-Umh.. Jangh-nganh.. Dish.. Mhh.. " Pete mendesah dengan meremas rambut Vegas yang dapat dijangkaunya ketika lidah Vegas sudah mulai bermain dengan buah zakarnya. Mulutnya mengulum dua bola kembar itu bergantian. Kecapan Vegas silih berganti memenuhi ruangan dengan suara desahan Pete yang tak kalah keras. Lidah Vegas kemudian berpindah menjilati lubang rektum yang sudah memerah dan berkedut. Lidah Vegas berputar mengelilingi kerutan merah tepat dimulut rektum Pete.
"Ukhh.. Vegh.. " desahan Pete dengan menyebut namanya membuat hasrat Vegas semakin melambung tinggi. Lidah Vegas akhirnya mulai memasuki lubang rektum tersebut. Membuat gerakan memutar untuk mengelilingi dinding dari lubang kenikmatan yang akan memijatnya nanti. Vegas kemudian membuat gerakan keluar masuk dengan lidahnya, semakin lama temponya semakin cepat, membuat gesekan panas antara lidah dengan dinding rektum tersebut. Pete menggila, badannya menggelinjang hebat ketika merasakan tusukan lidah Vegas. Tangannya meremas ujung bantal yang terjangkau oleh tangannya , tangannya yang lain mencoba melampiaskannya pada rambut Vegas yang berada dibawahnya.
"Ouhh.. Vegh-ahh.. Ak-akuh.. Umhh.. Ahhh... " Pete tak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika orgasme pertamanya keluar sehingga tanpa sengaja spermanya membasahi perutnya dan rambut Vegas.
Vegas mengangkat kepalanya dan menatap tetesan sperma dari ujung rambutnya yang menggantung didepan wajah.
"Astaga! Maafkan aku" Pete terkejut melihat penampakan Vegas yang bermandikan sperma miliknya, kemudian Pete segera bangun dari tidurnya dan menyeka sperma yang menggantung dengan telapak tangannya.
Vegas memegang pergelangan tangan Pete yang berada didepan wajahnya dan menatapnya dengan seduktif.
"I'ts okey sayang. Aku menyukainya" Vegas menarik tangan Pete dan mengecup jari jari Pete yang dipenuhi sperma kemudian menjilatinya. Satu persatu jari Pete dikulum oleh Vegas. Matanya setengah tertutup sambil menikmati sperma yang mejalari lidahnya. Libido Pete kembali naik melihat wajah Vegas yang tampak sangat erotis, mata yang tak tertutup sempurna, rambut yang basah karena keringat bercampur spermanya dan lidahnya yang terjulur menjilati jari jarinya. Pete menggigit bibir bawahnya ketika tak tahan dengan nikmatnya lidah Vegas yang mencumbu jarinya.
Pete membalikan tubuh Vegas dan mendorongnya hingga terbaring diatas kasur. Pete mulai mengecup rahang tegas Vegas dam turun ke jakunnya. Bibir Pete mengecup, menjilat dan terakhir mengulum jakun yang bergerak karena desahan Vegas. Pete selanjutnya menggosokan hidungnya disepanjang tulang selangka bahu Vegas sambil menghirup aroma tubuh itu kuat kuat. Tak lama Pete mulai menandai seluruh bahu Vegas dan mulai turun menyusuri dadanya. Lidah Pete bergerak kesebelah kanan dan membuat gerakan memutar dengan lidahnya di puting Vegas yang menegang. Satu tangannya yang lain bergerak keatas puncak puting Vegas yang lain dan menekannya sangat keras kedalam sehingga Vegas melenguh hebat dengan sensasi panas yang ia rasakan.
Vegas mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Pete yang mulai memelintir putingnya dengan lidah dan jarinya. Desahan keluar bersamaan dengan senyum dari bibir Vegas. Pete benar benar lihai untuk memanjakan dirinya. Vegas kali ini merasakan pusarnya sudah dibasahi oleh saliva Pete yang ia biarkan menetes melalui bibir bawahnya. Rasa dingin menelusup masuk jauh ketubuh Vegas melalui lubang pusarnya sehingga membuat Vegas mendesah tertahan.
Pete kembali menjilat pusar Vegas sambil mengeluarkan saliva yang ia teteskan tadi. Gigi Pete mulai membuat tanda kemerahan disekitar pusar Vegas dan mulai turun kebawah menuju Penis yang sudah berdiri sempurna dan sedari tadi menusuk dagunya ketika bermain dipusar Vegas.
"Hai adik besar. Kita berjumpa lagi" Pete tersenyum sambil mengelus sangat tipis ujung kepala penis Vegas, membuat seluruh bulu halus Vegas meremang hebat. Pete terkekeh melihat Vegas yang menggelinjang karena sentuhan tipis dari ujung telunjuknya.
"Ouh Pete! Jangan menggodaku! " erang Vegas
Pete kemudian menggenggam penis panjang dan besar milik Vegas dengan kedua tangannya. Memijitnya naik turun dalam tempo pelan. Sejalan dengan tangannya, Pete mulai membasahi kepala penis Vegas dengan salivanya, kemudian menggelitik ujung lobang kepala penis itu dengan lidahnya.
"Aghh.. Masukkanhh.. Mulhh..luthh.. Eumhh.. " Vegas mengerang dengan tangannya yang mencoba menggapai kepala Pete dan mendorongnya kebawah.
Akhirnya penis panjang dan besar itu pun bersarang dimulut Pete. Pete mengulum penis besar dengan kepala yang naik turun seirama dengan kedua tangannya. Pete sesekali menusukkan penis Vegas ke pipi dalamnya sehingga pipinya terlihat menggembung karena cetakan kepala penis. Semakin lama tempo pijatan dipenis Vegas semakin cepat. Vegas terus meracau kesetanan karena kenikmatan. Vegas yang sudah berada dipuncak menjadi sangat tidak sabar, tangannya meraih bagian kepala Pete kembali dan mendorongnya dalam keadaan cepat. Tanpa sengaja Pete melepaskan tangannya dari batang penis Vegas karena kuatnya dorongan Vegas pada kepalanya. Pangkal tenggorokan Pete sudah ditubruk habis habisan oleh penis Vegas. Pete merasa dia akan muntah sebentar lagi jika saja sperma Vegas tak duluan menyembur dan memenuhi mulutnya.
Pete terbatuk setelah Vegas melepaskan penisnya dari mulut Pete. Wajahnya menjadi sangat merah, lelehan sperma yang tak tertelan keluar dari sudut bibir Pete bersamaan dengan beberapa saliva yang juga ikut menetes. Vegas melakukan deepthroat padanya, dan untuk pertama kalinya dia merasakan hal ini.
Setelah pelepasan pertama Vegas, ia membawa Pete untuk berbaring disampingnya dan memeluk pinggang itu erat. Wajah mereka saling berhadapan dengan mata yang saling bertatapan selama beberapa waktu.
"You look so amazing babe" Vegas mulai menjilati ujung dagu Pete. Perlahan suasana panas kembali terbangun. Vegas mulai menciumi, menjilat dan menghisap setiap jengkal kulit yang bisa ia gapai. Hingga leher, bahu dan dada bagian atas Pete sudah tampak dipenuhi tanda kemerahan.
Vegas dengan cepat membalikkan tubuh Pete menghadap kasur kemudian menghimpitnya. Vegas memberikan perlakuan yang sama pada tengkuk dan punggung bagian atas Pete, memberikan jejak kemerahan sebagai tanda kepemilikannya disana.
Vegas menelusupkan tangannya diantara kasur dan tubuh Pete. Mencari dada busung dengan puting tegang dan kemerahan itu. Tangannya kemudian bergerilya dengan memelintir, menarik dan mencubit kedua puting itu sambil mengulum daun telinga Pete.
"Ouhh.. Ahh... Vegash.. Hmmh.. " Pete terus mendesahkan nama Vegas saat dirinya dipermainkan oleh Vegas. Tangannya menjangkau tengkuk Vegas dan menariknya untuk berciuman. Lidah mereka bertemu dan saling menghisap kembali. Seperti tak habis habisnya madu dari mulut satu sama lain.
Vegas kemudian menjauhkan dirinya dan mulai mengangkangi Pete. Matanya melihat tubuh indah itu yang sudah dipenuhi karyanya. Tak sadar Vegas menjilat bibirnya sendiri karena merasa sangat lapar dengan pemandangan didepannya.
Plakk
Vegas menampar pipi pantat Pete sedikit keras hingga meninggalkan jejak tangan kemeraham disana.
"Angkat pinggulmu sayang"
Plakk
Vegas kembali memukul pipi pantat Pete yang sudah terangkat menantang dirinya. Lubang kenikmatan yang memerahpun tampaknya meraung untuk segera dicabuli.
Pete menggoyangkan pantatnya memutar, kepalanya ia tolehkan kebelakang menghadap Vegas dan mengedipkan sebelah matanya.
"Fuck me dad" ucap Pete sensual. Wajah yang memerah, rambut yang berantakan dengan jejak sperma mengering didagunya membuat Pete berkali lipat lebih seksi dan sukses menaikan libido Vegas ke puncak tertinggi.
"Kau tak akan bisa menikmati Venice beberapa hari kedepan jika seperti ini Pete" Pete terkekeh melihat reaksi Vegas yang semakin bernafsu. Tangannya memegang dua bongkah sintal dihadapannya dan meregangkannya. Membuat lubang rektum itu terbuka dan sedikit memberikan celah lebih besar dibanding sebelumnya.
Vegas meludahi lubang rektum Pete, kemudian menyebarkan salivanya itu dengan tangan disekitar lubang itu. Vegas memasukkan satu jarinya dan mulai menggerakkannya. Gerakan naik turun jarinya mengundang Pete untuk kembali memulai desahannya. Tak lama jari kedua dan ketiga masuk hingga jari keempat, membuat Pete merintih sakit karena hampir menerima sekepalan tangan dilubangnya.
Vegas menggerakkan jarinya keluar masuk dalam tempo sedang sambil membuat gerakan menggunting. Pete meracau nikmat dibawah sana dengan meremas ujung kepala ranjang yang terbuat dari kayu. Mata Pete tertutup setengah dengan mulut yang terbuka, Pete sudah tak peduli dengan tampilannya, tubuhnya sangat dimanjakan dibawah sana, bagaimana bisa ia tidak mendesah sehebat ini.
Saat Pete sudah berada diambang batasnya yang dengan beberapa sentuhan saja pasti akan melepaskan pelepasan keduanya. Namun Vegas malah mengeluarkan tangannya dan membalikkan tubuh Pete menghadap atas.
Vegas menyeringai, wajahnya tampak puas saat melihat wajah Pete yang tersiksa karena gagal melakukan pelepasannya.
"Jangan mendahuluiku sayang. Waktu kita masih panjang" Vegas menarik kaki Pete hingga pantatnya beradu dengan kejantanan Vegas. Pete melenguh saat merasakan kulit mereka yang masih panas bersentuhan.
Vegas mengangkat kedua kaki Pete keatas dan meletakkannya diatas pundaknya. Tangannya sibuk memposisikan kepala penisnya agar dapat mudah untuk masuk ke lubang rektum tersebut.
"Akhh.. Shh.. " Vegas merasakan ujung kepala penisnya yang sudah masuk setengah diremas oleh mulut rektum dan membuat penis Vegas kembali terdorong keluar.
"Relaks sayang.. Jangan tegang" Vegas mendekatkan wajahnya untuk menciumi wajah Pete agar relaks. Pete mengangguk dan memejamkan matanya erat ketika Vegas dengan sedikit paksaan mendorong kepala penisnya hingga masuk keseluruhan. Setetes air mata jatuh dari ekor mata Pete. Pete selalu merasakan lubangnya akan robek setiap bercinta dengan Vegas, apalagi ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sekian lama. Pete meremas pundak Vegas sangat kuat saat Vegas semakin memasukan kejantanannya semakin dalam, sehingga meninggalkan jejak kemerahan dan sedikit luka karena cengkraman Pete yang kuat.
"I'ts okey, kau bisa mencakarku sepuasmu. I'm okay" bisik Vegas saat melihat wajah Pete yang merasa bersalah karena luka yang ia buat.
Mereka terdiam beberapa saat, mencoba menyesuaikan diri masing masing sebelum lanjut kelangkah selanjutnya. Deru napas memburu keduanya saling bersautan seperti alunan musik.
"Sayang, aku bergerak ya? " Vegas menatap wajah Pete dengan lembut. Pete mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya dari pundak Vegas.
Vegas mulai bekerja menaik turunkan tubuhnya dalam tempo lambat. Membuat erangan nikmat dari bibir keduanya keluar sangat erotis. Pete yang merasa erangannya yang terlampau kuat memutuskan untuk menutup mulutnya dengan punggung tangan kanannya untuk meredam suaranya. Wajahnya ia palingkan kesamping kiri searah dengan tangan kirinya yang meremas sprei berwarna putih bersih itu.
Decitan ranjang kayu itu semakin lama semakin kuat beriringan dengan tempo hentakan Vegas yang semakin lama semakin cepat. Membuat tubuh Pete bergerak naik turun dengan cepat namun berlawanan arah dengan Vegas. Pete merasakan perut ratanya sedikit menonjol karena hentakan Vegas yang terlalu dalam. Pete sudah tak tahan, tangannya tak sanggup lagi menutupi desahannya. Pete menjangkau apa saja yang bisa ia gapai kemudian meremasnya. Ia harus melampiaskan rasa nikmat yang bertubi tubi menghajarnya.
Vegas mencondongkan tubuhnya kebawah dan mulai melumat bibir bawah Pete yang bengkak dan memerah. Vegas menggigitnya dan menghisapnya. Kemudian ia kembali menjauhkan wajahnya dan kembali fokus dengan hentakannya.
Vegas membalik tubuh Pete dengan cepat. Tangannya ia bawa memegangi pinggul Pete dan mengangkatnya keatas agar Pete dapat menungging. Vegas melanjutkan kegiatannya sambil membantu pinggul Pete agar bergerak berlawanan arah dengannya. Tempo itu semakin cepat. Beberapa tamparan di pipi pantat Pete ikut menambah panasnya suasana. Desahan keduanya saling beradu. Pete merasakan penisnya mulai berkedut. Satu tangannya mencoba menjangkau Vegas yang berada dibelakanganya. Menarik tengkuk Vegas untuk berciuman. Semuanya terlalu nikmat. Hujaman pada lubang Pete semakin keras dan cepat. Pete akhirnya mendahului Vegas melakukan pelepasan keduanya.
Tubuh Pete terkulai lemas, namun Vegas belum sampai. Vegas kembali mengangkat pinggul Pete agar menungging kembali. Menghujami rektum itu kembali sangat cepat. Dinding rektum Pete menjadi sangat panas dari sebelumnya. Otot otot dinding tersebut bereaksi semakin cepat dan memijat penis Vegas semakin kuat. Pete yang sudah terkulai lemas terpaksa kembali bangun karena si adik besar yang belum menyelesaikan tugasnya. Pete kembali menegang saat Vegas berkali kali menumbuk prostatnya dengan tempo cepat. Vegas mulai merasakan penisnya berkedut cepat. Dia akan orgasme untuk kedua kalinya.
Vegas menghajar rektum Pete lebih cepat lagi. Membuat tubuh Pete yang tak siap terhuyung huyung karena kekuatan Vegas. Vegas kemudian mengeratkan pegangannya pada pinggul Pete.
"Ahhh... " Vegas mengerang sambil menusuk rektum Pete lebih dalam dan menyemprotkan spermanya kedalam perut Pete. Sperma tersebut meleleh antara mulut rektum Pete dan batang penis Vegas karena perut Pete yang tak sanggup menampung semua muntahan sperma yang Vegas berikan. Pete menggelinjang hebat saat penisnya kembali memuntahkan sperma untuk ketiga kalinya. Tubuh mereka ambruk diatas kasur dengan posisi Vegas yang masih menghimpit tubuh Pete.
Pete merasakan perutnya menjadi hangat setelah menerima sperma Vegas. Napas keduanya bersautan. Pantulan cahaya lampu mengenai tubuh keduanya yang sudah penuh keringat sehingga tampak mengkilap.
Vegas memutar tubuhnya kesamping dan memeluk Pete. Menghirup dalam dalam bahu Pete untuk menikmati aroma yang menguar dari tubuh Pete.
"Aku mencintaimu sayang" Vegas mengecup bahu tersebut setelah mengutarakan perasaanya.
"Hm, aku juga mencintaimu" Pete menyamankan dirinya diatas lengan Vegas. Matanya menjadi berat setelah pergumulan panas mereka.
Namun Pete merasakan sesuatu masih mengganjal dibawah sana. Pete menghela napasnya mengingat Vegas yang selalu tak mau melepaskan penisnya dari tubuh Pete setelah bercinta.
"Vegas, lepaskan penismu dan ayo tidur"
"Kau pikir hanya sampai disini sayang? Itu tidak cukup. Aku sudah menahannya bertahun tahun. Aku tak akan menyia nyiakan kesempatanku"
"Oh yang benar saja! Tubuhku sudah remuk. Kita tidak muda lagi Vegas. Ayo tidur! Kumohon" Pete merengek melihat Vegas yang mulai mengukungnya kembali dengan tubuhnya. Vegas menggelengkan kepalanya dan menyeringai.
"Tidak semudah itu sayang"
Vegas kembali memulai pergumulan itu. Malam semakin larut dan panjang. Vegas terus menggerayangi tubuh Pete. Libidonya belum turun meskipun sudah memasuki ronde ke 5. Suara erangan, desahan dan rintihan terus bersautan dari kamar tersebut.
Mereka menikmati malam panas dihari pertama mereka di Venice. Perasaan senang yang membuncah dan senyum yang tak pernah luntur dari bibir keduanya.
Setelah semua yang terjadi, mereka memilih akhir yang bahagia. Mereka yakin, langit tak akan selamanya mendung, hujan tak selamanya badai dan pelangi tak selamanya ada. Setiap hidup akan ada naik turun dan banyak lika liku yang harus mereka hadapi. Kadang jurang pun tak terelekan, mereka harus terjun kedalam jurang untuk bisa mendaki kearah cerah yang lebih baik. Rintangan akan selalu ada, tak terlepas siapa dirimu, apa jabatanmu ataupun seberapa banyak hartamu.
Kehidupan memang selalu begitu. Hari ini boleh saja menang, tapi besok bisa saja berubah. Semuanya tergantung dari sudut mana melihat permasalahannya.
Begitu juga dengan Vegas dan Pete. Mereka telah mengalami bagaimana kejamnya kehidupan. Tapi tak masalah, itu semua sudah berlalu. Mereka akan menyusun rumah tangga dan masa depan mereka menjadi lebih baik. Masalah akan selalu ada dan tak akan pernah hilang. Tinggal bagaimana cara mereka menghadapi situasinya.
END
Komentar
Posting Komentar