FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞

Tubuh polos yang berada dibawah kungkungannya terkulai lemas. Selepas Fort melakukan marking pada omeganya, Peat mengalami kesakitan didalam tubuhnya berkepanjangan. Ini biasanya terjadi jika tubuh keduanya saling menolak dan berujung menyakiti omega yang di marking.

Fort tak ambil pusing. Nafsunya masih sangat tinggi dan ia sangat ingin menyetubuhi tubuh menggiurkan ini. Tangannya sibuk menggerayangi tubuh polos Peat yang sudah tak tertutupi apapun, hoodie putih yang Peat kenakan sudah lama terlepas karena ulah Fort yang tak sabaran. Begitu juga dengan Fort yang sudah siap dengan adik besarnya yang tampak mengacung tinggi. Sama sekali tak mempedulikan tubuh Peat yang semakin lama semakin panas.

Bibir penuh itu menghisap daging merah mudah yang berada didalam mulut Peat. Lenguhan kenikmatan dari Fort bercampur dengan rintihan lemah dari Peat. Mulut yang semakin panas itu membuat Fort semakin bergairah. Peat yang demam tampak seribu kali lebih menafsukan.

Bibir penuh itu kemudian turun kebawah dengan lidah yang terjulur mengabsen setiap inci kulit halus Peat. Gerakan itupun terhenti sesaat lidahnya mencapai titik yang ia cari. Puting kemerahan yang menonjol tegang. Fort melayangkan gigitan digunung rendah itu, menciptakan jejak jelas dari gigitannya dan kemudian menjilat bekas gigitan itu melingkar. Bibirnya kini berganti mengecup ringan puting tegang itu, melirik sesekali kearah wajah Peat yang tampak semakin merah namun bibirnya masih merintih rendah.

Bibirnya tanpa sadar menyunggingkan seringai. Lidahnya kembali terjulur guna menjilat puncak gunung rendah milik Peat. Mengulumnya brutal layaknya bayi kelaparan yang tak diberi susu. Jejak kemerahan tercetak jelas didada Peat, Fort melakukannya bergantian antara bagian kanan dan kiri. Membuat sebanyaknya tanda serta mengoleskan saliva tanda kepunyaannya diatas sana.

Tangan yang menganggur itu pun tergerak menyentuh bola kembar kemerahan milik Peat dibawah sana. Memainkannya dengan satu tangan hingga Peat melenguh nikmat. Suara yang ditimbulkan Peat semakin membuat Fort ingin melakukan lebih.

Wajahnya terangkat dan bergerak menuju penis kecil yang mengacung tegak sedari tadi. Precum sudah terlihat membasahi ujung kepala penis Peat. Membuatnya tampak mengkilap layaknya daging merah segar. Fort menaruh telunjuknya disana, bergerak halus dengan arah memutar berniat menggoda sang submisif.

Lebih bawah Fort melihat genangan cairan kental bening, slick milik Peat semakin menjadi dan merebakan aroma memabukan yang entah sejak kapan Fort sukai. Dua jari miliknya ia rendam disana dan memainkannya sebentar, sebelum mengangkatnya dan meneteskan slick lengket keatas kepala penisnya sendiri. Dengan cepat kini Fort meraup setadah slick dengan telapak tangannya dan membasahi seluruh batang penis miliknya. Memijatnya sebentar dan kemudian menyatukan penisnya dan penis kecil milik Peat.

Terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Penis Peat terlihat putih dengan kepalanya yang kemerahan, begitupun bola kembarnya yang juga berwarna kemerahan. Sedangkan penis Fort terlihat gelap dibandingkan milik Peat. Penis Peat pun hanya setengah dari milik Fort, serta diameter yang hanya setengah dari milik Fort. Secara keseluruhan kepunyaan Peat terlihat kecil dan menggemaskan sedangkan Fort cenderung menantang.

Fort mulai menggerakkan penis mereka. Menggesekan keduanya dalam tempo naik untuk mendapatkan sensasi panas yang ia inginkan. Dengan mata yang terpejam dan bibir bawah yang digigit kuat, Fort terus menaikan tempo gerakan naik turunnya. Adiknya terasa semakin panas dan besar, slick yang melumuri kedua penis itu benar benar membantunya untuk mencapai klimaks.

Fort yang merasakan penisnya semakin membesar, memilih memisahkan penis mereka dan ingin segera masuk kedalam lubang hangat yang akan lebih memanjakannya. Namun ketika ia berniat untuk merentangkan kaki panjang itu, matanya tak sengaja melirik wajah sang submisif yang tak mengeluarkan ekspresi apapun. Mata rusa cantik itu terpejam, bahkan tangannya yang sedari tadi bergerak meremas sprei kini terkulai lemas. Peat terlihat tak berdaya dan tak sadarkan diri.

Peat pingsan.

-----

Seseorang dengan selimut menutupi tubuh hingga leher tampak damai dengan mata terpejam. Disisi kasur besar itu tampak orang lain yang tengah menyilang tangan didepan dada, tubuhnya duduk diatas kursi dengan punggung yang bersandar penuh. Mata aquanya menatap lurus kerah pria yang terpejam diatas kasur.

Rasa frustasinya memuncak. Fort mengutuk Peat berkali kali dalam hati ketika pria kecil ini tak sadarkan diri ditengah permainan mereka. Permainan ranjang mereka benar-benar berhenti ditengah tengah dengan penisnya yang masih mengacung tegak.

Bukan hanya Peat, Fort juga mengutuk dirinya sendiri yang mempunyai harga diri terlalu tinggi. Seharusnya ia bisa saja menyerang Peat meskipun submisif ini berada dalam kondisi tidak sadarkan diri. Namun dirinya yang menolak menjadi seorang pengecut memilih untuk menunggu dan menyelesaikan urusannya dikamar mandi. Sendiri.

Bibir penuh itu menyeringai. Tak apa. Lagi pula heat seorang omega tak akan selesai dalam satu atau dua hari bukan? Setaunya heat akan berlangsung hingga satu minggu paling lama.

Jujur saja, tubuh omega ini benar benar menarik dan menggiurkan. Untuk pertama kalinya dalam hidup Fort melihat tubuh seindah ini. Bukan hanya tubuh, bahkan wajah omega ini sangat cantik bahkan beribu kali dari seorang selebriti papan atas. Tak ada kata lain dari sempurna untuk menggambarkannya.

Lagi pula omega ini dari awal memang miliknya. Fated pairnya. Hanya saja mereka baru saja bertemu dan ia baru menandainya. Moon goddes benar benar pintar untuk memberikan seorang omega sempurna untuk dirinya.

Meskipun tak ada perasaan sama sekali diantara mereka, membawa omega sesempurna ini ke hadapan masyarakat tak akan memalukan sama sekali. Fort yakin bisa memperkenalkan omega ini dengan bangga didepan rakyatnya kelak.

Drrtt

Drrtt

Ponsel yang berada dimeja nakas disamping ranjang bergetar cukup kuat. Membuat Fort meraihnya dan mengangkat panggilan yang ia terima.

"Katakan"

"..."

"Hm, katakan lima menit lagi aku turun"

"..."

Pip

Ponsel itu dimatikan dan ditaruh kembali ke meja nakas. Fort pun beranjak dari duduknya untuk masuk kedalam ruang walk in closet miliknya.

Fort melupakan jika siang ini ada rapat bersama para petinggi wilayah serta Raja dan Ratu. Ia harus bergegas mengganti pakaiannya ke pakaian yang lebih pantas dan sopan.

Omeganya pasti dapat menunggu. Ia hanya pergi sebentar dan akan kembali untuk mencicipinya.

Santapan lezat tak mungkin dilewatkan begitu saja.

-----

Hari beranjak malam. Sang surya mulai menyisir ke pelabuhan. Langit jingga mulai menjadi hitam. Burung pun pulang beriringan. Kamar luas yang sejak siang hanya diisi oleh seorang pria kecil yang terlelap mulai menunjukkan aktivitas.

Perlahan mata rusa itu terbuka dengan pusing dikepalanya. Tubuhnya terasa remuk dan lengket, membuatnya berinisiatif menyibak selinut tebal yang membalut tubuhnya.

Srettt

Sial!

Kemana semua pakaiannya?! Apa yang terjadi dengan dirinya? Peat merasa kehilangan ingatan karena memorinya berhenti ketika ia terjatuh limbung keatas tanah, tepat didepan perusahaan.

Mata rusa itu mulai beralih mengamati sekitar. Ruangan luas ini ditaksir lima kali lebih luas dari apartemennya. Semuanya berwarna merah dan hitam, baik cat maupun furnitur yang menghiasi. Pilar pilar tinggi yang menyangga plafon pun terlihat megah dengan ukiran khusus. Televisi layar datar dengan ukuran yang hampir memenuhi dinding dipajang tepat didepan ranjang yang ia tiduri. Sofa dengan sandaran menjulang tampak berjejer rapi disalah satu bagian ruangan yang dekat dengan jendela tinggi, tak lupa dengan perapian kuno yang menempel di dinding kamar.

Begitu banyak perlengkapan didalam kamar luas ini. Membuat Peat cukup takjub dengan apa yang ia lihat. Ini benar benar kamar milyarder, bukan orang sembarangan.

Tiba tiba tubuh kecil itu berlari menuruni ranjang, menuju cermin besar yang terpasang rapi disamping pintu yang terlihat seperti pintu kamar mandi. Peat menatap sekujur tubuhnya yang dipenuhi bekas kemerahan.

Shit!

Apa ia diperkosa?

Peat meraba bagian belakang tubuhnya, terutama rektum yang seharusnya sudah dimasuki jika memang ia diperkosa. Oh! Tak ada perih atau sakit. Peat memeriksanya sekali lagi dan hasilnya sama, tak ada rasa nyeri apapun dibagian belakangnya.

Tunggu. Apa mungkin..

Peat kembali berjalan menuju meja nakas yang berada disamping ranjang yang ia tiduri tadi. Harusnya orang dengan penyakit narsis seperti putera mahkota pasti memajang fotonya disuatu tempat. Perasaannya menjadi buruk akan hal ini.

Laci demi laci Peat buka dan teliti. Nihil. Tak ada foto atau petunjuk apapun tentang pemilik kamar.

Atau mungkin ini bukan perbuatan putera mahkota?

Peat melirik pintu yang sedikit terbuka. Perasaannya mengatakan jika disana ada bukti yang bisa ia cari. Perlahan kaki polos itu melangkah mendekati ruangan tersebut. Tangannya meraba sisi dinding dan mendapati saklar yang berada disana, jemarinya menekan tombol disana sehingga lampu dapat menerangi ruangan yang semula gelap.

Oh Tuhan!

Apa yang terjadi?!

Ini benar benar putera mahkota!

Lihatlah ruangan yang tampaknya dijadikan ruang kerja ini. Semua dindingnya dipenuhi foto pria besar itu.

Tiba tiba saja tubuh Peat kembali mengalami panas. Wajahnya memerah dan slick mulai kembali mengalir melalui paha dalamnya. Penisnya mulai menegang. Kakinya lemas. Napasnya memburu dan matanya kembali berkabut.

Heat sialan! Dan ini semua ulah putera mahkota! Jati dirinya sepertinya sudah terungkap dan maka dari itu ia dibawa kesini.

Dengan sisa kekuatan dan akal sehat yang ia miliki. Peat menegakkan punggung dan kakinya untuk berjalan cepat menuju pintu kamar. Mengunci pintu tersebut rapat dan melihat kesekitar. Matanya tertuju pada sofa yang berjejer rapi. Setidaknya ia harus mendorong satu sofa untuk membantu menahan gedoran pintu jika terjadi.

Peat menggelengkan kepalanya cepat untuk meningkatkan kesadarannya. Kakinya melangkah cepat kesisi ruangan dan mulai menarik sofa yang cukup besar dengan susah payah. Namun usahanya sia sia, kekuatannya tak cukup untuk menarik satu sofa.

Dengan napas tersengal, Peat beralih menuju pintu walk in closet yang masih terbuka. Mengambil sehelai baju milik Fort dan bergegas menuju kamar mandi. Peat tak mengerti reaksi tubuhnya kali ini, ia tak tahu kenapa tubuhnya ingin mengambil baju Fort.

Peat menutup rapat pintu kamar mandi, menguncinya dari dalam dan menyandarkan tubuh polosnya pada dinding keramik kamar mandi. Peat mencoba mengatur napasnya, tangannya yang memegang baju Fort terangkat naik dan mulai ia peluk. Wajahnya ia dekatkan pada baju yang ia dekap, dan kemudian membenamkan wajahnya disana dengan menghirup aroma cedar yang terasa sangat menenangkan.

Peat melangkahkan kakinya menuju bathub luas yang berada dikamar mandi. Tubuhnya yang melintasi cermin sedikit menarik minatnya untuk berkaca. Dari samping Peat melihat jejak darah ditengkuknya. Mata rusa itu membola dan berjalan cepat mendekati cermin untuk melihat jejak darah itu lebih jelas.

Shit!

Peat kemudian memutar tubuhnya agar bagian belakangnya dapat memantul kedalam cermin. Matanya menatap tanda pair yang sudah berubah warna.

Oh! Peat rasanya ingin menangis sekarang juga.

-----

Rapat panjang yang Fort hadiri membuat tubuhnya cukup lelah. Dengan langkah lesu ia berjalan melintasi halaman luas menuju mansion pribadinya. Sama sekali tak lupa dengan seseorang yang ia tinggalkan dikamarnya. Satu satunya tujuan yang ia idamkan sejak siang.

Sedikit heran karena tak ada laporan apapun dari penjaga yang ia tugaskan didepan kamarnya. Omega itu tak matikan? Mating tak semenyakitkan itu bukan? Baik, salahnya memang yang tak langsung berhenti ketika tahu omeganya mengalami demam tinggi setelah mating. Namun siapa yang bisa menolak suguhan lezat ketika sudah tersaji bebas dihadapannya? Fort hanya mengikuti instingnya untuk melanjutkan kegiatan mereka. Bukankah memang hal itu yang dibutuhkan omega ketika mereka mengalami heat?

Beberapa saat kemudian Fort mencapai pintu mansionnya. Hidungnya tanpa sengaja mencium aroma manis tipis yang ia sukai.

Thank's god!

Kau memberikan makanan disaat yang tepat Tuhan!

Fort segera berlari menuju lantai dua mansion miliknya. Dengan wajah sumringah dan senyum lebar, ia menghiraukan semua sapaan yang ditujukan padanya. Pikirannya kini tertuju pada omega yang tampaknya sudah kembali heat. Ini benar benar akan menjadi malam panjang bagi mereka.

Tangan besar itu meraih gagang pintu dan mendorongnya.

Tak

Oh! Apa pintunya sudah mulai bermasalah? Memang benar saran Boss jika ia harus mengganti pintu ini sesegara mungkin. Oh sial, aroma jasmine terasa semakin pekat dan menggoda. Fort merasakan celananya menggembung dibawah sana.

Tak

Tak

Tidak! Ini bukan salah pintunya. Ini dikunci dari dalam!

Tak

Tak

"Hei Peat! Buka pintunya! Cepat!"

Kini Fort beralih menggedor pintu kamarnya cukup kuat. Membuat pintu itu berdecit dan beradu menimbulkan bunyi nyaring. Tangannya sesekali juga mengetuk kuat daun pintu kayu itu. Ia bukan orang yang sabar asal kalian tau.

"Oi! Omega! Kau mendengarku? Cepat buka pintunya! Sial! "

Fort mengutuk dirinya sendiri yang memilih jenis pintu sesuai kemauannya. Pintu ini terlalu kuat, Fort cukup kesulitan mendobraknya.

"Nhh.. Ahh.. Alphahh.. Nghh.." Samar telinga Fort mendengar erangan dan rintihan dari dalam kamarnya. Namun suaranya terasa cukup jauh. Peat sepertinya berada diujung ruangan yang berlawanan arah dari pintu kamar. Oh! Desahan itu semakin membuat tubuhnya panas dan ingin segera mendominasi submisif itu.

"Hei omega! Jangan berani kau menyentuh tubuhmu sendiri! Aku tak menyukainya!" Teriak Fort lantang dan sangat pasti sampai ditelinga Peat.

Namun Peat mengabaikannya. Aroma yang masih menguar dari baju Fort lebih dari cukup untuk membantunya saat ini. Tubuhnya terus bergerak naik turun dilantai kamar mandi. Dibawah selangkangnya terdapat baju Fort yang tak lagi selembar, melainkan lebih dari sepuluh lembar berada dibawah rektum dan penisnya. Peat terus meracau keenakan ketika bagian intimnya terasa dimanjakan. Tubuh polos mengkilap itu terlihat menggoda karena keringat yang bercucuran.

Peat menaikan tempo naik turunnya. Penisnya berkedut dan mulai membesar. Ia akan mencapai klimaks yang entah untuk keberapakalinya malam ini. Seluruh baju yang berada dibawah tubuhnya pun sudah basah dan lengket. Peat semakin mempercepat laju tubuhnya.

"Nngg.. Ahh..." Tubuhnya melengkung bergetar ketika pelepasan terakhirnya sampai. Tubuhnya melepaskan seluruh panas yang menghantuinya sedari tadi. Tubuhnya melemas dan akhirnya terkulai diatas lantai kamar mandi. Mata rusa itu mulai terpejam dengan tangan yang menarik baju lengket dan basah Fort kedekapannya.

-----

Mata rusa itu menatap datar kearah pelayan yang baru saja masuk dengan nampan berisi makanan. Dengan tubuh yang bersandar pada kepala ranjang, Peat menunggu jawaban dari pertanyaan yang baru saja ia lemparkan sesaat setelah pelayan tersebut masuk.

"Mohon maaf atas kelancangan saya Khun. Saya sendiri yang membawa anda dan menggantikan pakaian anda. Maaf jika anda merasa tidak nyaman"

Desahan lega setelah mendengar ucapan sang pelayan membuat Peat meruntuhkan pertahanan kuat yang ia bangun untuk mengintimidasi sang pelayan. Kini raut wajahnya tak lagi tegang dan mampu melempar senyuman.

"Terimakasih- eum.."

"James Khun"

"Ah, ya. Terimakasih James. Hm, dimana putera mahkota?" Peat berdiri dari posisinya dan berjalan menuju meja yang dikelilingi sofa. Perutnya sudah meronta untuk segera diisi, apalagi melihat cokelat panas yang disuguhkan, Peat benar benar tak bisa menolaknya.

"Putera mahkota sedang mengurus beberapa pekerjaan di golden house bersama Raja." Peat yang sudah duduk diatas sofa sontak menoleh kearah James, kepalanya tiba tiba terisi ide bagus saat ini.

Tubuh kecil itu segera berdiri dan memposisikannya didepan James. Mengambil kedua tangan James dan menggenggamnya erat.

"Bantu aku pergi James. Aku harus segera menemui orangtuaku dirumah sakit" Peat menatap James penuh mohon, matanya berkaca kaca layaknya anak kucing yang meminta makanan.

"Maaf Khun, saya tak bisa melakukannya. Sebaiknya anda sampaikan pada putera mahkota" James dengan hati hati melepaskan tangan Peat dan menundukan kepalanya.

"Dia tak akan mengizinkanku-" Peat mengeluh dengan nada iba. Mencoba menarik simpati James yang bersikeras dengan prinsipnya.

"-ibuku sakit keras. Kanker stadium empat. Tak tahu sampai kapan umurnya. Apa aku bisa melihatnya untuk yang terakhir kali?" Peat berpura pura mengusap air mata yang sama sekali tak jatuh dari matanya. Menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan seolah olah ia benar benar terpuruk.

"Cih, pembohong! Keluarlah James, aku ingin berbicara dengan bocah pembohong ini"

"Permisi Khun" James memberikan hormat sebelum keluar dari ruang kamar putera mahkota. Tangannya menutup perlahan pintu yang terbuka, memberikan ruang pribadi untuk putera mahkota berbicara dengan calon Omega Agung.

Peat yang sudah tak lagi menangkup wajahnya menatap marah kearah Fort. Pandangan benci bercampur kesal terlihat jelas dimata rusa itu.

"Bajingan brengsek! " Peat mendesis sambil berjalan mendekat menuju Fort dengan kepala mendongak menatap tubuh menjulang itu.

"Tahukah kau seberapa benci diriku untuk menghirup udara yang sama dengan keluarga kerajaan? Dan tahukah kau betapa jijiknya diriku ketika mengetahui bahwa kau menandaiku hah? Bajingan! "

Plakk

Sebuah tamparan keras bersarang dipipi Fort. Membuat pemilik tubuh besar itu tak percaya dengan apa yang baru saja ia alami. Seumur hidupnya tak ada yang dengan sengaja berani untuk menamparnya!

Grep

Tangan besar itu kini beralih mencengkram kedua pipi Peat dengan kuat. Membuat lubang dalam karena jarinya yang menekan pipi halus itu kuat.

Dengan kedua tangannya Peat mencoba melepaskan cengkraman Fort dipipinya. Matanya memerah menatap Fort penuh benci.

"Jangan berlagak. Kau tak lebih dari seorang pemuas nafsuku. Statusmu sebagai pendampingku tak akan pernah menaikan derajat bawahmu. Kau seharusnya menjaga sikap karena diberikan gelar megah setelah ini. Bukan malah mencaciku ataupun kelurgaku. Dasar jalang tak tau terimakasih!"

Fort menghempaskan tubuh Peat hingga tubuh kecil itu terlempar menabrak lantai. Menghasilkan bunyi yang cukup kuat karena lemparan Fort yang tak bisa dibilang lemah. Peat menguji pria yang salah.

Peat yang tersungkur dilantai kini berusaha mengangkat tubuhnya. Dengan susah payah ia berpegangan dengan lengan sofa sebagai tumpuannya untuk berdiri. Peat merasakan separuh tubuhnya berubah kebas.

"Buang aku! Atau jika perlu utus sniper terbaikmu untuk membunuhku! Aku- sampai kapanpun tak akan pernah menghormati- akhhh" Peat segera memegangi lehernya yang terasa tercekik. Mata merahnya mulai berair karena rasa sakit dan sesak yang ia terima.

Fort mengeluarkan feromonnya untuk menekan Peat. Fort tak suka omega yang membangkang. Omega kasar ini harus dilatih agar tak menjadi bumerang.

"Dengar. Kau tak akan pernah keluar ataupun kabur dari sini. Seorang omega yang memiliki mate tak akan bisa kabur dari alphanya. Jika kau berani kabur, semua orang yang berhubungan denganmu akan aku lenyapkan tanpa jejak. Satu lagi, wajahmu sudah tersebar kepenjuru dunia, statusmu sebagai calon Omega Agung sudah disebar luaskan bahkan sebelum kau bangun pagi ini. Jadi jangan berpikir untuk kabur, karena disaat kau kembali, neraka akan menantimu disini"

Fort menghentikan feromonnya. Mata besar beriris aqua yang menatap Peat bengis kini beralih menuju pintu keluar. Menyisakan Peat yang terjatuh kelantai sambil meraup oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru parunya.

Peat merasa inilah akhir dari hidupnya.

Menjadi tawanan disebuah sangkar emas.

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞