VEGASPETE - AGREEMENT - 7🔞

 Sudah terhitung satu minggu sejak pernikahan kami. Pete masih menjauhiku. Tidak ada tanda tanda ingin pindah ke kamar kami. Dia hanya menyiapkan keperluanku seperti sarapan, makan siang ataupun makan malam. Kadang jika aku memberitahukan besok akan ada agenda dia akan menyiapkan pakaianku dan keperluan lainnya.

Oh ayolah, ini hari terakhirku cuti dan kami bahkan belum berbicara dengan baik. Seburuk apa memang salahku? Aku hanya mencoba bertanggung jawab disini. Bahkan hatiku tak pernah kuberikan pada orang lain. Harusnya dia paham itu.

Dan lagi Us. Dia selalu mendatangiku setiap hari. Catat. Setiap hari. Bahkan aku sampai hafal jam kedatangannya.

Dan kini aku tengah menemaninya untuk mencari makanan. Katanya baby ingin makan bakso dengan isi es krim. Hell, orang bodoh macam apa yang akan menjual makanan semacam itu. Bahkan ketika kau sudah selesai mengelilingi Thailand pun kau tak akan mendapatkannya.

"Ini sudah putaran ke 5 kita di mall ini. Yang kau inginkan memang tidak ada Us. Apa kau yakin ini keinginan anakmu? " delikku tak suka. Tanganku menyilang didepan dada dan menatap sinis kearah Us.

"Aku tidak mau tau. Kau sudah berjanji Vegas untuk menemaniku selama mengandung dan membesarkannya bersama sama. Hanya permintaan sekecil ini saja kau tidak mampu! Bagaimana nanti? Atau kau mau aku memberitahu kedua orang tuamu tentang anak ini huh? Supaya kau dipaksa menceraikan Pete dan menikahiku. " Us bersungut tak suka. Mata bulatnya menukik tajam serasi dengan alis matanya.

Lagi. Dia selalu mengancam seperti ini ketika aku mulai mengeluh. Aku terlalu malas berdebat dengannya. Dan tentu aku tak ingin kehilangan Pete pastinya. Tapi harus bagaimana? Dimana bakso dengan isian es krim itu dijual? Apakah otaknya ada atau tidak? Meminta makanan mustahil seperti ini.

"Baiklah baiklah. Ayo berkeliling lagi. Kuharap kau menemukan apa yang kau mau" aku berjalan mendahuluinya. Menatap lurus tanpa niatan mencari kedai yang mempunyai menu seperti yang diinginkannya. Bahkan aku yakin tidak akan ada kedai yang menjual menu itu.

"Oi Vegas! " telingaku menangkap suara teriakan dari arah sampingku. Tepatnya dari kedai ramen yang hanya berjarak 6 meter dari posisiku saat ini. Aku melihat Porsche melambaikan tangannya kearahku. Sial. Kenapa harus bertemu dengannya. Aku melangkahkan kakiku mendekat kearah kedai ramen tersebut. Membiarkan Us tertinggal dibelakangku.

"Hai Porsche! Sedang apa kau disini? " tanyaku basa basi. Setidaknya kesopanan adalah nomor satu dikamusku.

"Tentu saja makan. Memang apa lagi" Porsche memutar bola matanya malas.

"Duduklah disini. Ayo kita makan bersama. Kau sendirian? Atau bersama Pete? Siapa itu dibelakangmu? Teman? " Porsche menepuk bantalan kursi disampingnya beberapa kali. Memasang wajah bingung ketika mendapati seseorang dibelakangku namun bukan temannya, Pete.

"Vegas. Sepertinya mereka menjual bakso disini. Ayo terima ajakan temanmu. Aku tak apa hanya dengan bakso ini saja" Us menautkan tangannya dilenganku. Aku sedikit terkejut dengan aksi tersebut dan segera menghempaskan tangan Us. Aku tidak mau terjadi salah paham dengan Porsche.

"Apa kau yakin? Sebaiknya kita cari saj- "

"Sepertinya temanmu mau makan disini Vegas. Tak apa. Aku tak masalah. Menambah satu teman lagi tak akan menambah dosa" Us menarik tanganku dan mendudukkan diri kami di meja yang sama dengan Porsche dengan posisi kami yang berhadapan dengannya.

Us kemudian memanggil pelayan dan memesan yang dia inginkan. Us sempat bertanya padaku apakah aku ingin makan atau tidak tapi aku menggelengkan kepala. Aku tak minat makan apapun. Aku harus mengosongkan perut untuk memakan masakan Pete nanti. Masakan Pete jauh lebih enak dibandingkan makanan di restoran atau kedai, bahkan masakan mama kalah jauh.

"Oh iya. Kau sendirian Porsche? Tumben"

"Ya. Hari ini aku ada pertemuan dengan clientku. Membahas beberapa hal mengenai proyek yang akan launching bulan depan. Kemudian aku lapar dan memilih makan disini. Kau sendiri? Ada keperluan atau hanya menemani temanmu jalan jalan? " Porsche melirik Us yang sibuk memainkan ponsel. Terlihat tak terganggu dengan pembicaraan kami.

"Aku hanya menemani Us jalan jalan. Dia suntuk dirumahnya. Karena kebetulan cutiku belum habis, jadi ya waktu luangku cukup banyak. " balasku sekenanya.

"Oh begitu. Temanmu.. Lumayan cantik juga ya. Hei Us. Aku Porsche, sebenarnya aku teman Pete bukan Vegas. Senang berkenalan denganmu. " Porsche mengulurkan tangannya kehadapan Us dan disambut baik oleh Us.

"Aku Us. Teman dekat Vegas. Senang juga berkenalan denganmu, Porsche"

-----

Pete mendapati dirinya lagi lagi didalam kamar mandi. Memuntahkan cairan bening yang jumlahnya tak cukup banyak. Ini sudah ke empat kalinya dia berlari ke kamar mandi hari ini. Setelah menyiram cairan tersebut, Pete terduduk lemas disamping toilet. Menopang tubuhnya pada dinding dibelakangnya. Memejamkan mata dan mengatur laju pernapasannya. Dia ingin istirahat tapi tubuhnya menolak ketika perutnya mulai terasa di remas sedemikian rupa dan akhirnya kembali memuntahkan cairan lagi kedalam toilet.

-----

Pete mulai memasukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci. Memberikan deterjen dan air dan menyalakan mesin. Kepalanya tiba tiba berputar. Pandangannya kabur. Badannya lemas. Pete segera berpegangan pada sudut mesin cuci sekedar menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Matanya memejam erat. Berusaha fokus agar kesadarannya kembali. Buku buku jarinya terlihat memutih karena berpegangan erat pada mesin cuci.

Setelah beberapa menit akhirnya Pete mulai kembali normal. Segera ia tinggalkan cuciannya dan berjalan menuju kamarnya dilantai dua.

Pete mendudukan dirinya diatas kasur dengan menyenderkan kepalanya dikepala kasur. Mengambil tablet tambah darah dan meneguknya. Akhir akhir ini dia sering pusing, bagian dalam bawah matanya pun sedikit pucat. Sepertinya anemia. Jadi sudah terhitung 3 hari ini dia mengkonsumsi tablet zat besi tersebut.

Pete heran dengan tubuhnya akhir akhir ini. Dia seperti orang... Hamil? Tapi seingatnya dia bahkan hampir sebulan tidak berhubungan intim dengan Vegas. Apa mungkin pembuahan bisa dilakukan dari jarak jauh? Yang benar saja. Pete tidak bodoh.

Tapi rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Apakah benar dia hanya sakit biasa? Hanya mencoba tidak salah bukan? Pete pun yakin hasilnya akan negatif karena memang begitu seharusnya.

Pete kemudian beranjak mendekati laci nakasnya. Menarik gagang laci tersebut dan mengambil satu bungkus plastik yang masih tersegel rapi. Tangannya mulai membuka plastik pembungkusnya dan mengeluarkan alat yang mirip termometer tersebut.

Pete berjalan menuju toilet kamar mandinya. Mengeluarkan urin yang tidak bayak karena memang dia belum ingin. Hanya penasaran. Kemudian ia mencelupkan ujung benda tersebut ke cup yang sebenarnya penutup dari alat tersebut.

Lama kelamaan terbentuk satu garis merah. Benar dugaannya. Dia tak hamil. Sedikit lega dia tidak harus mengandung. Bukannya tak mau. Tapi ini akan menjadi masalah karena dia harus bercerai tiga minggu lagi. Dia tak ingin jika hamil nanti dan anaknya lahir akan kecewa mendapati orang tua seperti dirinya. Apalagi daddynya yang sudah tak bersama papanya.

Pete kemudian membersihkan sisa urinasinya. Dan mulai melangkah keluar kamar mandi. Ia meletakkan alat tersebut diatas meja nakasnya dan berniat kembali melihat cuciannya.

Saat kakinya mulai terangkat untuk berjalan. Ujung matanya menangkap hal yang ganjal. Pete mengurungkan niatnya untuk pergi dan mengambil alat testpack tadi. Matanya membola.

Dua garis merah.

Tiba tiba alat tersebut memberikan hasil dua garis merah. Padahal Pete yakin tadi hanya satu. Apa alatnya rusak?

Pete kembali membuka laci dan mengambil bungkus kedua. Melakukan hal yang sama seperti sebelumnya dan menunggu sedikit lebih lama. Cukup lama dia memandangi alat tersebut. Tak lama dari satu garis membentuk menjadi dua garis.

Tidak tidak. Ini belum akurat. Pete berpikir harus mencoba setidaknya tiga kali.

Pete berlari menuju lacinya dan mengambil bungkus ketiga. Memanjatkan doa penuh permohonan kepada Tuhan dan mengulangi hal yang sama.

Namun doanya tak dijabah. Hasil yang sama ditampilkan oleh alat tersebut. Pete terdiam. Matanya menjadi kosong. Seolah olah matanya menatap alat tersebut namun pikirannya sudah jauh terbang. Memikirkan hal hal buruk yang dapat terjadi jika mempertahankan kandungannya, bayinya.

Pete menyisir rambutnya kebelakang dengan frustasi. Kukunya ia gigiti dengan rakus untuk melampiaskan rasa cemas, takut dan sedih. Bagaimana. Bagaimana ia bisa hamil? Pete bahkan tak ingat suatu kejadian apapun.

Pete berusaha berkonsentrasi. Mengingat apa saja yang bisa dia ingat.

Gigitan kukunya terhenti. Napasnya tercekat.

Dia ingat.

Malam setelah membeli cincin pernikahan. Sial! Kenapa dia menyetujui pertanyaan Vegas waktu itu. Pete memukul kepalanya berkali kali memberikan hukuman pada dirinya sendiri yang bodoh.

Jadi dia harus apa sekarang. Jika saja dia tak mengandung, semuanya akan lancar. Dia bisa berpisah dengan Vegas tanpa hambatan.

Lalu sekarang apa? Bahkan dia ikut mengandung seperti Us. Bagaimana dengan anaknya nanti jika mereka berpisah. Mana yang lebih penting. Anaknya atau anak Us. Bagaimana cara memberitahu Vegas? Apa dia akan senang? Bahkan Vegas sudah tak mencintainya lagi sekarang. Vegas lebih mempedulikan Us dan bayi mereka.

Ugh! mata Pete memanas kembali. Kenapa dia menjadi cengeng seperti ini. Padahal dulu dia adalah orang yang sering tersenyum bahkan tertawa. Tapi untuk tersenyum saja sangat sulit rasanya sekarang.

Pete menekuk dirinya diatas kasur. Memeluk perutnya dengan kuat. Tangannya meremas sisi sisi bajunya untuk menyeimbangkan rasa sakit di dadanya. Mengingat Vegas tak lagi untuk dirinya. Tak apa jika hanya dia yang disakiti. Sungguh dia sudah mulai berdamai. Tapi bagaimana dengan anaknya? Dia tak boleh menderita. Bahkan mendapat tatapan benci saja tidak akan ia biarkan.

Sempat terlintas akan menggugurkan kandungannya. Tapi dia tak setega itu. Dia tak sanggup menjadi seorang pembunuh. Apalagi darah dagingnya sendiri. Oh Tuhan. Aku mohon. Hentikan semua ini. Aku menyerah. Aku tak sanggup.

Pete memukul dadanya. Membunuh rasa sesak yang terus menerus melingkupi dadanya. Air matanya mengalir melalui pelipis. Membasahi bantal sebagai alas kepalanya. Hidungnya memerah. Napasnya tersengal. Suaranya mulai serak karena menahan isakan tangisnya. Pete menangis dalam diam. Bahkan detik jam pun tak berani menyauti.

Kepalanya mulai pusing. Penglihatannya mengabur. Dan Pete mulai tak sadarkan diri dengan satu tangan yang masih memeluk perutnya.

-----

Vegas mulai mencumbu Us. Malahap rakus bibir merah yang berada didepannya. Menggigit bibir atas dan bawah Us. Lidahnya mulai bergerak vertikal mengabsen gigi rapi Us. Kemudian lidahnya menelusup masuk ke dalam rongga mulut dan mengajak lidah disana untuk bergumul. Menghisap dan melumat lidah tersebut seperti permen karet.

Vegas mulai diselubungi hawa nafsu. Birahinya sekarang sudah sangat tinggi. Dia menahan untuk melakukan ini dengan Pete selama seminggu. Namun pria mungil itu masih tetap saja dingin padanya. Sedikit bir yang ia sesap saat di super market tadi meningkatkan nafsunya. Ditambah dengan melihat Us menggunakan baju kerah lebar yang sesekali jatuh disalah satu bahunya dan menampakkan bahunya yang putih mulus.

Vegas kemudian membuka pintu rumahnya. Mendorong Us menuju tembok terdekat dan mulai melucuti pakaian atasnya. Menampilkan tubuh ramping dengan perut yang masih rata. Kehamilan Us belum cukup satu bulan sehingga baby bumpnya masih belum tampak.

Us kemudian membuka kancing kemeja Vegas satu persatu dan melemparnya asal. Memeluk leher sang dominant dan mulai menjilati telinganya. Sedikit melumat daun telinga tersebut sehingga mengeluarkan lenguhan dari bibir Vegas.

Vegas mengangkat tubuh Us. Membantunya melingkari kakinya ke pinggang sang dominat. Vegas kembali mencumbu bibir yang sudah membengkak tersebut. Kemudian beralih ke leher dan tulang selangkanya. Meninggalkan tanda merah dimana mana sambil berjalan kearah dapur.

Vegas mendudukkan Us diatas meja dapur dan mulai mengecupi lehernya, lalu turun ke pertengahan dada dan kemudian turun hingga kepusar. Lidahnya menjulur dan sedikit berputar si pusar Us. Menciptakan sensasi geli dan nikmat. Membuat Us mendesah hebat. Sama sekali tak menahan desahannya. Tak takut jika Pete akan mendengarnya.

Us kemudian mengangkat kepala Vegas. Meraba pipi vegas dan mengecup hidung tingginya.

"Ayo kita lanjutkan dikamar sayang" ucap Us seduktif. Vegas langsung menarik Us menaiki tangga menuju kamarnya.

"Apa kalian harus melakukannya dirumahku? Didepan mataku?! " Pete setengah berteriak. Matanya sudah sangat merah dan air matanya sudah deras. Tangannya mengepal disisinya. Dia melihat seluruh perbuatan para biadab ini. Dia tak sengaja mendengar bunyi pintu dibuka dan berjalan keluar. Dia berniat menyiapkan makan malam untuk Vegas. Namun dia mendapati hal lain. Melihat suaminya bercumbu dan berhungan intim dengan kekasihnya dengan mata kepalanya sendiri. Melihat wajah mereka yang saling menikmati satu sama lain.

Hatinya bukan batu. Dia manusia. Layakkah dia diperlakukan seperti ini? Bahkan dirumahnya sendiri dia di khianati. Dia paham jika posisinya tidak sepenting itu disisi suaminya. Bahkan dia tak lebih berharga dari seorang budak. Menyiapkan segala keperluan suami seperti atasan dan bawahan. Tapi pantaskah? Apa sebegitu tidak berharganya dirinya sekarang? Matanya terus basah dan mengeluarkan air mata. Dadanya seperti ditikam dengan benda tumpul dan menghujamnya hingga tembus kebelakang. Telah habis macam kata untuk menggambarkan rasa sakit yang dideritanya.

Vegas menatap marah kearah Pete. Rahangnya mengeras. Matanya menyipit tajam dan hidungnya berkerut tak senang. Tangannya mulai terangkat dan menampar wajah Pete. Pete yang tak siap dengan tamparan yang diberikan menjadi limbung dan jatuh ke lantai. Dahinya membentur pagar pembatas dan meninggalkan luka berdarah disana. Pete mulai meringis kesakitan ketika keringat mulai masuk keluka terbuka.

"Kau-" tunjuk Vegas kearah Pete "-Kau bahkan tak bisa melayani suamimu dengan baik. Jangan menyalahkan kami ketika dirimu yang menyebabkan hal ini terjadi. Jangan menjadi orang yang paling menderita dihubungan ini. Karena semua kesalahan ada padamu. Kau egois Pete" Vegas mengambil tangan Us dan menariknya kedalam kamar. Meninggalkan Pete yang berteriak kencang melepaskan beban didadanya. Tangannya menangkup wajahnya dan menangis sejadi jadinya. Meluapkan rasa kesal, amarah dan benci dari dadanya.

Napasnya mulai tersengal. Suaranya mulai melemah. Tangannya mulai turun membuka tangkupan diwajahnya. Matanya sangat bengkak. Bahkan matanya hampir terlihat segaris. Pipinya memerah. Baik karena menangis dan jejak tangan Vegas. Ada jejak darah yang mengalir di tepian wajahnya. Pete sangat kacau. Seluruh wajahnya basah. Bercampur air mata, darah dan keringat.

Pete bergegas kembali kedalam kamar. Mengambil kunci mobil, dan dompetnya. Berlari menuju luar rumah dan mulai mengendarai mobilnya membelah udara malam.

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞