VEGASPETE - AGREEMENT - 4
Matahari cukup kuat bersinar sore hari ini. Silauan cahayanya langsung menerjang mataku. Membuat pandangan sedikit memburam, tak kuat menahan silauannya. Kuturunkan sunvisor mobilku agar tak mengganggu pandanganku dalam menyetir. Tak lucu jika aku mengalami kecelakaan padahal 3 hari lagi aku akan menikah.
Mobilku akhirnya memasuki basement mall dan mencari parkiran kosong terdekat. Ponselku mulai berdering. Aku melihat nama Pol dilayar. Tanganku segera menyambar ponsel yang terletak dikursi penumpang. Maklum, jika aku hanya sendiri didalam mobil aku lumayan berantakan. Haha
"Ya Pol? Aku baru sampai"
"Baiklah. Kami sudah disini. Hanya kau yang belum"
"Okay, aku kesana" aku segera menyentuh ikon merah dan memasukkannya ke dalam tasku. Sudah lama aku tak bertemu mereka. Biasanya kami akan bertemu seminggu dua kali sekedar melepas penat karena rutinitas harian kami. Namun belakangan ini aku tak dapat ikut karena persiapan pernikahanku. Hei, mempersiapkan pernikahan dalam waktu dua bulan bukanlah hal yang mudah. Dua bulan relatif sempit untuk pesta pernikahan mewah dan megah seperti keinginan Vegas. Banyak detail yang harus diperhatikan dan kami sama sekali tak ingin ada yang miss pada hari spesial itu.
Aku, Pol, Arm dan Porsche memilih berkumpul di kafe langganan kami. Mereka bilang setidaknya aku harus meminta izin mereka dulu sebelum menikah, jika aku melewatkannya, mereka berjanji akan mengutuk pernikahanku menjadi jelek. Ugh, tentu aku tidak mau. Meski tau itu hanya gurauan, tak ada salahnya aku ikut bermain dalam gurauan mereka bukan?
Aku mendorong pintu kaca sambil menelisik isi ruangan mencari para perusuh itu. Mataku menangkap sekumpulan pemuda yang saling memukul kepala dan wajah yang saling tegang. Hah.. Apalagi yang mereka perdebatkan. Jangan bilang mengenai peradaban kuno yang masih tersembunyi atau perkampungan kanibal yang berada diperbatasan thailand. Aku memutar bola mataku jengah dan mulai melangkah mendekati mereka.
"Perkampungan kanibal itu memang ada, nanti kalian ku ajak kesana. " sela ku sesampainya dimeja mereka.
"Hei, kenapa kau tau kami sedang membahas perkampungan kanibal? Kau menyadap ponselku ya? " Porsche mengambil ponselnya yang terletak diatas meja dan mengutak atiknya. Siapa tau menemukan aplikasi mencurigakan.
"Jangan bodoh! Kalian selalu membahas ini sampai sampai telingaku berdarah setelah berkumpul bersama kalian" aku memukul kepala belakang Porsche asal.
"Aw. Kenapa kau hanya memukulku. Kau pilih kasih Pete" Porsche mencebikan bibirnya tak terima. Dia pikir dia lucu apa, huh. Aku hanya mengangkat bahu menanggapi protes Porsche.
Aku menarik minuman dan makanan yang sudah ku mintai tolong pesankan pada Pol. Melihat saus merah yang tersaji didepanku membuat nafsu makanku semakin naik. Aku sangat suka pedas. Bahkan aku sudah mencoba challenge memakan ramen kuah level tertinggi di kafe ini. Dan aku sama sekali tidak berkeringat, hanya sedikit panas di mulut.
"Kau yakin Pete akan menikah? Dan dengan Vegas? " Arm menatap kearahku dengan menumpukan kepalanya di atas kepalan tangan yang sudah bertengger diatas meja. Menunggu jawaban dariku karena aku tak tahu harus menjawab apa. Kami sudah sejauh ini dan seharusnya aku bisa dengan lantang menyebutkan aku yakin. Tapi, Hah.. aku tak tahu diriku dan bagaimana yang ku mau.
"Kami sudah sejauh ini Arm. " hanya itu yang mampu ku balas. Hanya 3 hari lagi aku menikah. Tapi menjawab yakin atau tidak saja aku tak bisa.
"Pete, pernikahan bukan hal main main. Jika kau belum yakin, kau masih bisa membatalkannya sekarang. Ak - maksudku kami tak mau kau menderita Pete. " Arm meraih tanganku yang berada diatas meja. Menyalurkan kekuatan dan kepeduliannya.
"Kami sudah sejauh ini Arm. Aku berniat percaya pada Vegas kali ini. Akhir akhir inipun aku tak melihat gelagat aneh dari Vegas. Aku yakin dia bersungguh sungguh kali ini Arm" kutarik tanganku dari genggaman Arm dan menatap matanya. Meyakinkannya dengan pilihanku saat ini. Aku tau mereka sangat peduli padaku terlebih Arm. Dia memang sedikit overprotective padaku. Aku bahkan selalu bercerita kepada mereka ketika menemukan jalan buntu dalam hubunganku dan Vegas.
"Pete. Kuharap kau benar. Ayo lanjutkan makanmu" Arm mengelus kepalaku kemudian permisi ke toilet.
Aku melanjutkan makanku dan sesekali bergumam keenakan. Aku tak tau apa yang salah, namun akhir akhir ini nafsu makanku semakin meningkat. Bahkan ketika aku menimbang berat badanku sudah naik 3 kilogram dari seminggu yang lalu. Mungkin aku stres dan gugup karena 3 hari lagi akan menjadi pasangan Vegas, hehe.
Tiba tiba aku teringat sesuatu. Aku sudah dari lama ingin menanyakan ini.
"Oi Pol. Bagaimana kencan kalian malam itu? Apakah berhasil? " aku menatap Pol dan hanya mendapatkan ekspresi sedih dengan gelengan.
"Hah... Pete. Kau tau, dia menangis dua hari tiga malam karena ditolak Arm" Porsche memegang bahuku. Bibirnya menipis dan matanya memancarkan aura -pura pura- sedih.
"Sial. Aku tak sampai separah itu brengsek! "Pol memukul kepala belakang Porsche cukup keras.
"O oih. Lama lama aku bisa bodoh berteman dengan kalian" gerutu Porsche sambil mengusap kepala belakangnya.
"Kau sudah lama bodoh Porsche. Sadarlah kawan"
"Kukira kau malaikat Pete. Ternyata kalian sama sama iblis. "
"Aku gagal mengajaknya kencan Pete. Sepertinya dia tau aku akan menyatakan perasaanku. " ucap Pol mengabaikan rengutan Porsche.
"Tapi kau tidak akan menyerahkan? " selidikku
"Tentu tidak, aku akan membuka google ataupun youtube dan mencari trik trik pendekatan dan menyatakan cinta" Pol menaikkan kepalan tangannya dan menerawang jauh sambil tersenyum tipis. Benar benar gigih. Aku tak paham dengan Arm. Pol sudah sangat sangat jelas memberikan perhatian namun belum juga digubris. Dan bahkan sudah 5 tahun. Tuhan, kumohon restui temanku.
-----
"Vegas, sebaiknya kau berhenti menemui Us. Besok sudah hari pernikahanmu" Kinn melemparkan buah apel ke arah Vegas. Dan ditangkap baik oleh Vegas.
"Aku sudah mencoba Kinn. Tapi dia selalu menempel kepadaku. Dia merajuk dan merayuku. Kau tau, sangat sayang membuang barang bagus sepertinya. Apa salahnya jika ku manfaatkan sampai aku bosan" Vegas kemudian menggigit apelnya. Sedikit menyeringit ketika rasa masam apel mencapai indra perasanya.
"Lalu bagaimana dengan Big? "
"Oh dia. Sudah lama aku mengabaikannya. Aku bosan. Dia sudah terlalu longgar. Sepertinya dia mencari banyak pria lain. Aku tak suka berbagi makanan. "
"What the hell! Bagaimana dengan Pete kalau begitu? Dasar bajingan egois. Kau pikir dia suka? " Kinn tak habis pikir dengan jalan pikiran sepupunya ini. Dia tidak ingin berbagi lubang. Namun dia memasuki semua lubang.
"Hahaha. Aku tak bisa melepaskannya Kinn. Aku terlalu mencintainya. Membayangkan dia hilang dari hidupku saja sudah membuatku kalap. Bahkan aku bisa mengurungnya dikamar hanya untukku sendiri. " Vegas mulai menyelipkan sebatang rokok kesela sela jarinya. Mengambil korek dan mulai membakar ujungnya. Kepulan asap memenuhi ruangan merah temaram itu. Vegas sekarang berada di bar milik Kinn, tepatnya disalah satu ruang VVIP.
"Kau jangan terlalu munafik Kinn. Kulihat setiap malam pria dan wanita bergantian memanjakanmu. Kau tidak beda jauh dariku"
"Setidaknya aku tidak menyakiti orang yang kucintai brengsek" Kinn mulai berjalan keluar. Banyak perkerjaan yang menunggunya untuk dijamah. Berlama lama dengan Vegas disini akan membuat otaknya semakin bodoh.
"Kinn!!! Kirim satu "anak"mu untuk menemaniku disini!! "
"Kau besok akan menikah brengsek. Dan kau masih mau bermain dengan jalang disini? Sungguh aku tak mengerti jalan pikiranmu! "
"Hahaha. Terimakasih Kinn"
-----
Langit sudah mulai tampak gelap. Setelah pulang dari spa, aku hanya berguling guling diatas kasurku. Aku semakin gugup dan cemas. Besok adalah hari pernikahan kami! Dan aku gugup! Huft, apakah benar besok akan menjadi istri seseorang? Aku jadi semangat sendiri. Membayangkan akan berada disisi Vegas selama hidupku. Vegas bagaimana ya? Apa dia juga gugup sepertiku? Aku ingin tau. Tapi aku malu menelfonnya sekarang. Bagaimana jika malah aku yang digoda? Aku tak mau! Tapi aku penasaran. Jadi aku harus bagaimana?
Ting tong
Kudengar bel pintu apartemenku berbunyi. Seingatku tak ada kabar dari temanku atau ayah ibu yang akan datang kesini. Apa mungkin Vegas? Dia terlalu sering mengejutkanku. Kkk..
Aku segera loncat dari kasurku dan bergegas membuka pintu apartemenku. Senyumku mengembang karna tau Vegas datang ke apartemenku. Sudah 3 atau 4 hari? Entahlah, dia akhir akhir ini sibuk mengurus pekerjaannya untuk cuti pernikahan selama seminggu kedepan. Jadi aku merindukannya tentu saja.
Seketika senyumku hilang ketika mendapati pemuda dengan kulit putih dan tubuh kecil yang berdiri dihadapanku.
"Maaf, anda siapa? "
Pemuda itu mengulurkan tangannya berniat menyalamiku. Aku sedikit ragu namun tetap kubalas uluran tangannya.
"Aku Us. Ada yang perlu aku bicarakan denganmu Pete" wajah cantiknya terlihat serius.
"Oh baiklah. Silakan masuk dulu" aku mempersilahkan Us masuk kedalam. Aku sebenarnya takut mengizinkan orang asing masuk ke apartemenku. Tapi entah kenapa aku merasa harus mendengarkan pemuda ini dengan seksama.
Us berjalan masuk mendahuluiku. Dia duduk disofa dan menarik napas panjang. Aku mengikutinya dan duduk disebelahnya.
"Ah, maaf. Kau mau minum sesuatu? Aku ambilkan" aku kembali berdiri dan berjalan menuju kulkas.
"Air putih saja. Terimakasih"
Tanganku mengambil botol air putih didinding kulkas dan membawanya ke hadapan Us. Aku membuka tutupnya dan meletakkan tutupnya tanpa menguncinya.
"Silakan Us" aku meletakkan botol tersebut dimeja tepat dihadapan Us.
"Apa yang ingin kau bicarakan Us? Sepertinya penting " aku mulai membuka obrolan. Penasaran lebih tepatnya.
Us mengambil kedua tanganku dan menggenggamnya. Aku sedikit bingung dengan gerakan tiba tiba Us. Perasaanku tidak enak.
"Pete. Maafkan aku" matanya menatapku sedih.
"Maaf? Kenapa? "
"Aku- aku hamil Pete. Hamil anak Vegas"
Seolah sensor ditubuhku berhenti mendadak setelah mendengar ucapan Us. Telingaku berdenging. Tubuhku kaku. Mataku kosong. Aku tak mampu mencerna perkataan Us dengan baik.
"...-te Pete Pete? Kau mende-"
"Kau apa? "
"Hh... Aku hamil anak Vegas, Pete" Us menundukkan pandangannya. Apa aku salah dengar? Tidak. Tidak mungkin. Vegas tak berhubungan dengan siapapun akhir akhir ini. Aku betul betul tak melihat pesan dan telfon aneh dari ponsel Vegas. Dia juga selalu menemaniku kemana mana bahkan mengabariku kalau sedang jauh dariku. Dia pasti salah. Aku tak boleh percaya orang asing ini.
"Haha, jangan bercanda Us. Aku baru bertemu denganmu beberapa menit yang lalu dan kau mau mencoba menipuku?! " Suaraku sedikit meninggi di akhir kalimat.
"Aku serius Pete. Aku hamil anak Vegas. Dan sudah terhitung dua minggu. Aku- aku tak mau kehilangan Vegas, Pete. Aku mencin-"
Plak
Aku menampar Us keras. Aku marah. Aku sakit hati. Berani beraninya dia menipuku seperti ini! Dimana dia menaruh hatinya ha?! Sangat jelas dia ingin menghancurkan perasaanku.
Us memegang pipinya yang memerah. Ujung bibirnya sedikit berdarah dan matanya menitikkan air mata. Mataku beralih kearah pintu apartemen yang tiba tiba terbuka.
Degg
Hatiku mencelos sakit. Melihat Vegas disana dengan keringat dan nafas memburu. Runtuh sudah pertahananku. Runtuh sudah kepercayaanku. Aku melihatnya berlari menghampiri kami. Mata sayunya menatapku dan beralih menatap Us
"Apa yang terjadi padamu Us? " Hah, dia bahkan menanyai pemuda lain terlebih dahulu. Tangannya terangkat menangkup wajah Us dan mengusap darah diujung bibir Us.
Apa yang terjadi disini? Apakah aku orang ketiga disini? Kenapa aku diperlakukan seperti ini! Bahkan anjingpun lebih baik menjaga pasangannya.
Aku menarik botol air yang berada diatas meja dan melepas tutupnya. Kusiram kedua manusia dihadapanku bergantian.
"Kalian, keluar dari rumahku!!! " kuarahkan jariku kearah pintu. Napasku memburu menahan sesak. Aku mendorong mereka berdua dari hadapanku. Sebuah alat testpack jatuh tepat dikakiku. Ini milik Us. Argghh!!! Aku berteriak kencang. Tak mampu menahan emosi. Dadaku sakit. Tubuhku nyeri. Aku terduduk dengan meremas rambutku kuat. Aku frustasi. Cobaan apa ini. Kenapa aku tak mampu menanggungnya. Aku ingin mati!
"Besok, kita batalkan saja pernikahan kita Vegas" aku berusaha berbicara senormal mungkin. Mata merahku menatap Vegas yang membantu Us berjalan menuju pintu keluar.
"Tidak ada yang batal. Besok pagi pagi sekali ada yang menjemputmu" Vegas berlalu dan menutup pintu tersebut. Menyisakan aku dengan kekacauan yang mereka buat.
TBC
Komentar
Posting Komentar