VEGASPETE - AGREEMENT - 3🔞
Obsidian coklat itu menatap berbagai cincin yang sudah disiapkan oleh pelayan toko. Sudah hampir 15 menit tapi ia masih belum bisa memutuskan mana yang harus dipilih untuk pernikahannya nanti. Cincin yang diperlihatkan itu terlihat begitu mewah, dengan taburan taburan berlian hingga swarovski disekelilingnya. Tapi itu bukan seleranya. Ini selera pria disebelahnya. Vegas. Segala sesuatu bagi Vegas harus terlihat mewah dan sempurna. Tidak diizinkan barang cacat sedikitpun. Oh ayolah, cincin sederhana dengan dua atau tiga butir berlian bukan cacat. Hanya sederhana. Seperti keinginan Pete.
"Beib, bisakah kita memilih yang lebih sederhana? Ini terlalu berlebihan untukku" keluh Pete dengan sedikit mencebikkan bibirnya lucu. Siapa tahu Vegas luluh dengan tingkah imutnya.
"No Darl, kau tau aku tidak suka sesuatu yang sederhana. Ini cuma terjadi satu kali seumur hidup. Aku tak mau menyia nyiakannya. Ini harus menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Aku ingin memastikan kalau pernikahan kita akan menjadi momen yang tak terlupakan. Bukan hanya kita, tapi semua yang datang nantinya" Vegas melingkarkan lengan kirinya kebahu Pete dengan sedikit usapan disana. Vegas langsung mencuri kecupan kecil dibibir yang mencebik lucu itu dan menatap gemas pada makhluk cantik disampingya. Aksi mendadak Vegas menimbulkan guratan merah muda dikedua pipi Pete.
"Jangan tiba tiba menciumku seperti itu didepan umum sayang. Aku malu" Pete membuat gerakan seperti ingin mencubit di pinggang Vegas. Sedikit kesal dengan kekasihnya yang tak tau malu.
"Itu kecupan, bukan ciuman sayang. Jika kau mau, aku bisa menunjukkan bagaimana itu ciuman sekarang" kekehan Vegas semakin besar ketika wajah Pete mulai memerah dari sebelumnya. Sangat suka sekali menggoda calonnya.
"Ah, sudahlah. Aku tak akan bisa kalah darimu dalam berdebat. Aku pusing memilih cincin ini. Kau saja yang pilihkan. Aku terima apa saja"
"Kau serius sayang? Kau yakin tidak akan menyesal? "
"Ya aku serius"
Vegas kemudian menunjuk salah satu cincin yang memiliki 5 butir berlian dengan ukuran yang lumayan besar dibanding cincin yang lain dan disekeliling cincin tersebut dipenuhi dengan taburan swarovski. Mata Pete yang melihat itu seketika membola terkejut.
"Hey jangan bercanda sayang, kenapa kau memilih yang itu. Itu terlalu berlebihan. Sudah. Biar aku saja yang memilih. Aku tak percaya diriku mempercayaimu dalam memilih. Aku tak mau tanganku tak bisa terangkat ketika pernikahan nanti" ucap Pete kesal. Oh.. Membayangkan memakai itu pada saat pernikahan saja Pete kesal, apalagi cincin ini akan ia pakai seumur hidup.
"Hahaha, kau sendiri yang memintaku sayang. Jangan salahkan aku"
"Yang ini saja nona. Tolong sesuaikan dengan ukuran jari tadi. Tolong antarkan ke alamat ketika sudah selesai ya" Pete menunjuk cincin yang paling sederhana diantara semuanya. Cincin dengam dua berlian merah dan beberapa swarovski disekeliling cincinnya.
"Baik Tuan"
Dari balik pintu toko perhiasan tampak seorang pemuda dengan masker dan kaca mata hitamnya. Tangan kurusnya meremas erat berlian pada kalung yang terpasang dilehernya. Pemuda ini tampak menahan amarah karena urat mulai timbul dipelipisnya.
"Dasar pembohong"
-----
Diruang tamu apartemen terdengar bunyi kecipak antara dua bibir yang saling menyesap satu sama lain. Tak ada satupun yang terlihat ingin melepaskan pagutan mereka. Mata mereka saling terpejam menikmati manisnya bibir dari pasangan masing masing. Sudah hampir 3 menit mereka asik bercumbu mempertarungkan lidah siapa yang menang dengan saling mendorong satu sama lain. Hisapan kuat yang dilakukan sang dominat mengeluarkan lenguhan tertahan dari submissive. Akhirnya Pete mulai kehabisan napas dan memukul dada Vegas agar menghentikan ciuman panas mereka.
Vegas tak mau selesai sampai disini. Setelah tau Pete kehabisan napas, Vegas beralih kedagu Pete dan mulai menjilatinya hingga mencapai tulang bahu Pete. Menggigit dan menghisap kulit halus tersebut seakan dapat mengeluarkan madu yang diincarnya. Ah.. Begitu manis, bahkan madu jauh dibawah. Tak hanya sampai disitu, Vegas terus menghujani Pete dengan kissmark diseluruh kulit yang dapat dijangkaunya dengan sedikit demi sedikit menidurkan Pete di sofa. Sampai terakhir ia menjilat, menggigit dan menghisap tepat dibawah dan belakang telinga Pete. Tak ingin meninggalkan space apapun dileher sang kekasih. Pete hanya bisa mendongakan kepalanya sesuai gerakan Vegas, tak lupa tangannya yang mulai bermain dileher dan rambut Vegas. Memberikan sentuhan seduktif agar sang dominat makin menikmati "hidangan"nya. Jari lentiknya mulai meremas rambut Vegas kala setiap kecupan dan hisapan yang diberikan memberikan rasa sakit yang entah mengapa memberikan rasa nikmat padanya. Perutnya mulai bergemuruh seperti memiliki kupu kupu yang terbang tidak beraturan.
Vegas mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang Pete gunakan dan hanya memperlihatkan bahu dan dadanya sebelah kiri. Vegas terpana dengan keindahan yang disuguhkan dihadapannya sekarang. Kulit putih bersih-awalnya kini telah dihiasi bercak bercak merah disekitar leher. Bahu 90 derajat dan dada sedikit bulat disertai puting kemerahan yang sudah tampak tegang. Lengan kanan Pete yang menutupi kedua matanya dan mulut yang sedikit terbuka sekedar meraup oksigen disekitarnya. Terdapat jejak air liur yang entah punya siapa yang mulai mengering disudut bibir Pete. Aw, Pete terlihat begitu seksi di mata Vegas.
"Wah.. sayang. Apa apaan dengan dirimu. Kau mengundangku kedalam apartemen hanya untuk menggodaku hm? Kau tau seberapa seksi dirimu saat ini? Jangan salahkan aku kalau kau pingsan ditengah pertempuran kita nanti"
"Kau yang mesum Vegas. Bahkan aku belum sempat menutup pintu kau sudah menyerangku" sungut Pete tak terima disalahkan. Dia ingat ketika baru masuk kedalam apartemen Vegas segera mendorongnya ke dinding dan menyerbu bibir kemerahannya. Dengan segera kaki jenjang Vegas menendang pintu agar tak diganggu aktivitasnya oleh tetangga atau siapapun yang lewat nantinya.
"Salahkan dirimu sayang. Dengan kau hanya berjalan saja sangat mengundangku untuk melakukan lebih" Vegas mulai mengecup dada pete yang terekspos. Menjilat puting kemerahan itu dan memutarinya dengan lidah. Tangannya yang lain mulai menelusup masuk kebawah kemeja yang masih setia bertengger diatas dada lainnya. Menekan dan menarik puting tersebut hingga terdengar lenguhan dari bibir mungil Pete. Perut Pete mulai tegang bersamaan dengan adiknya di bawah sana.
Vegas mulai menyibakkan kemeja yang menutupi dada Pete yang lain. Tidak sampai mengekspos semuanya hanya menyibak sampai terlihat puting kemerahan yang sudah mulai membengkak. Tangannya mulai menggesekan tepian kemeja Pete yang berada dekat dengan putingnya. Memberikan sensasi yang panas pada tubuh Pete. Pete mengerang tertahan. Tak mampu mengimbangi kenikmatan yang diberikan Vegas. Apalagi putingnya satu lagi berganti dimanjakan dengan tangan lainnya.
Pete kemudian mendorong Vegas dengan sisa tenaga yang ia punya sehingga Vegas tertidur diatas sofa.
"Ugh, aku tak tahan Vegas" jari lentik Pete mulai memaksa membuka celana jeans yang tengah Vegas gunakan. Menariknya kebawah terburu buru hingga mencapai bagian bawah pantat Vegas. Pete kemudian menurunkan celana dalam yang Vegas gunakan sampai mempertemukan manik matanya dengan yang di carinya. "Adik" Vegas yang panjang dan besar. Tanpa aba aba Pete langsung memegang bagian panjang kejantanan Vegas dengan kedua tangannya dan mulai menaik turunkan tangannya seperti gerakan memijat. Ujung kepala kejantanan Vegas yang memerah dijilati Pete dengan ujung lidahnya, kemudian memutari kepala penis tersebut dengan lidah basahnya.
"Ahh.. Pete.. " racau Vegas keenakan. Pete mulai memasukkan penis Vegas kemulutnya sampai menyentung bagian belakang lidahnya. Kemudian menaik turunkan kepalanya secara perlahan. Bagian penis yang tak dapat masuk, Pete bantu menggunakan tangannya. Vegas mulai mendesah, dadanya tampak naik turun mencoba menyeimbangkan oksigen paru paru dan lingkungan sekitarnya tangannya mulai menyentuh kepala belakang Pete. Menekan dan menarik kepala tersebut dengan tempo yang lebih cepat.
"Ahh.. Ahh.. Pete.. Uhmm" setelah berkali kali mulut Pete dihujami kepala penis Vegas yang hampir menyentuh bagian belakang kepalanya sehingga membuat Pete nyaris tersedak dan muntah, Vegas akhirnya memuntahkan spermanya dalam mulut Pete.
Vegas segera menarik penisnya dari dalam mulut Pete, dan menatap lelehan sperma yang mulai berlomba lomba keluar dari mulut Pete dan meleleh hingga melewati dagunya. Begitu cantik.
Pete mulai membuka celananya hingga tak sehelaipun kini yang menutupi bagian bawahnya. Vegas menjilat bibirnya rakus melihat pemandangan didepannya. Pete yang terlihat begitu indah dengan salah satu bahu dan dadanya yang terekspos karena kemejanya yang jatuh sampai perpotangan lengannya, bagian bawah yang sudah telanjang dan penisnya yang tegak kemerahan. Ditambah aksi Pete yang mulai duduk diatas penis Vegas dan mulai menggesekkannya diantara selangkangannya. Vegas menggeram kenikmatan menikmati Pete yang memanjakan tubuhnya. Merasa penis Vegas sudah kembali menegang dengan sempurna, Pete segera memposisikan lubangnya diatas kepala penis Vegas. Namun hal itu digagalkan Vegas dengan menarik Pete kearahnya dan memeluknya.
"Mau apa hm? "
"Vegas, please. Aku sudah tidak tahan" Pete memelas menatap Vegas dibawahnya. Memberikan tatapan dikasihani dengan harapan sang dominant mau memberikan yang dia inginkan.
"Aku belum mendengar jawabanku sayang"
"Aku.. Aku mau itu.. Hmm" Pete malu melanjutkan permintaannya.
"Mau?" goda Vegas.
"Mau itu Vegas didalam"
"Itu apa? Didalam apa? "
Pete tampak menarik napasnya dalam dan menatap sayu ke arah Vegas
"Mau penis Vegas didalam tubuhku"
"Fuck! "
Vegas segera membalikkan posisi mereka. Vegas memposisikan tubuh Pete menghadap sofa. Menaikkan pinggul Pete hingga bertemu dengan lubang kemerahan yang sudah berkedut. Vegas melucuti celananya dan melempar jauh entah kemana.
Vegas mulai memasukkan satu jarinya yang sudah dilumuri air ludahnya kedalam lubang tersebut dan menggerakkannya maju mundur. Pete mulai mendesah dengan menyebut nama Vegas. Vegas melanjutkan foreplay hingga 3 jari sudah bersarang di lubang Pete. Membuay gerakan zig zag untuk memperluas lebar rektum yang akan dimasukinya.
"Pete, aku tak membawa kondomku. Apa tak apa? " basa basi Vegas sambil menarik jarinya dari lubang Pete. Wajahnya sudah memerah menahan nafsu untuk menghujam lubang didepannya.
"Ahh.. mas-masukh kanh.. saj-"
Belum sempat Pete menuntaskannya kalimatnya. Vegas sudah memasukkan setengah kepala penisnya dilubang Pete. Pete melenguh tertahan dengan melampiaskannya dengan meremas bantalan tangan sofa. Matanya terlihat memejam dan menitikkan air mata. Meskipun baru 3 hari yang lalu mereka bercinta. Tapi tetap saja rasa sakit tetap ada. Pete serasa terbelah dua.
Vegas meludahi kejantanannnya yang belum masuk dan melumuri aor ludahnya kesemua bagian. Kemudian dengan satu kali hentakkan memasukkan semua penisnya kedalam lubang Pete.
"Aa.. Ss-sakkith.. Vegash.. "
Seperti tak mendengarkan keluhan Pete, Vegas segera menghujam lubang Pete dengan brutal. Menaik turunkan tubuhnya mencari kenikmatan dalam tubuh Pete. Vegas ingin menikmati wajah menggoda Pete saat ini. Tanpa pikir panjang, Vegas memutar tubuh Pete menghadap dirinya. Mencoba meraih bibir yang bengkak dan menciumnya dengan ganas. Tangan bebasnya memelintir puting Pete yang masih tegang dan mencuat, mengundang minta menyusu. Tangan lain memegang kejantanan Pete dan ikut menaik turunkan tangannya. Tubuhnya masih bergerak menemukan titik nikmat disana diiringi dengam desahan nikmat dari keduanya.
Vegas melepaskan pagutan bibir mereka dan menatap wajah Pete yang penuh dengan kenikmatan. Matanya yang sayu setengah tertutup. Pipinya yang memerah dan bibirnya yang sudah sangat bengkak. Sungguh seksi
Vegas menghujami Pete dengan brutal setelah menemukan titik nikmatnya. Tangannya pindah berfokus memegang pinggang Pete dan menaik turunkannya. Tubuh Pete bergetar hebat setelah pelepasannya mendahului Vegas. Spermanya mengotori perut Vegas dan dirinya.
"Kauh.. Nak-kal Peteh.. Ahh.. "
Vegas semakin mempercepat temponya karna penisnya sudah makin membesar dibawah sana dan sesak. Dinding rektum Pete memijat penis Vegas dengan maksimal sehingga akhirnya menyemburkan sperma hangatnya ke rahim Pete. Membiarkan tubuhnya jatuh keatas tubuh Pete dan menunggu semua spermanya keluar.
Ring.. Ring.. Ring..
Deringan telfon memecah suasana intim mereka. Vegas melirik saku celananya bergetar dari kejauhan.
"Sebentar sayang. Aku belum selesai denganmu" Vegas melepaskan penisnya dari lubang Pete dan mengedipkan salah satu matanya kearah Pete. Vegas melangkah maju menuju celananya yang sudah terbang sampai ke sudut ruangan dan mengangkat telfonnya. Pete yang sibuk menata nafasnya hanya mampu menggelengkan kepala. Memang satu ronde tidak akan pernah cukup bagi mereka. Pete mendudukan dirinya dan melihat genangan sperma disofanya, dan itu belum semuanya. Pete masih merasakan lelehan dari bokongnya. Waa, sebanyak apa sperma Vegas kali ini? Dia yakin akan hamil dengan segini banyak yang dimasukkan kerahimnya. Tak apa, toh terhitung dua minggu lagi mereka akan menikah. Mencuri start dari sekarang tidak ada salahnya bukan.
"Hmm- Dimana? - Aku kesana" Vegas mematikan sambungan telfonnya. Vegas berjalan kembali kearah Pete dengan mulai memakai bajunya.
"Maaf sayang. Aku ada meeting mendadak sore ini. Jadi aku harus segera kesana. Ingat. Aku akan kembali malam ini dan meneruskan kegiatan kita. Jangan coba coba tidur ketika aku pulang" Vegas mengusak rambut Pete dan mengecup lesung pipi Pete. Pete hanya mengangguk lemah dan mulai mengemasi pakaiannya yang berceceran ketika Vegas sudah berjalan keluar dan menutup pintu.
-----
Aku bergegas menuju lobi apartemen Pete. Aku tak menyangka Us senekat itu datang kemari. Apa yang ada dipikirannya? Dia mau mengacaukan hubunganku dengan Pete yang sudah sangat jauh lebih baik atau bagaimana?
"Hei sweet, kenapa kau kesini hm? " tanyaku ketika sudah duduk disampingnya. Menyampirkan anak rambutnya kebelakang telinga. Kuraih dagunya untuk menatapku.
"Kau berbohong Vegas. Kau mengatakan akan melakukan perjalanan bisnis selama dua bulan. Tapi ini apa hah?! Kenapa kau ada dihadapanku? Kenapa kau ada di apartemen ini?! Kau bahkan mengabaikan telfon dan pesanku belakangan ini" Us menaikkan suaranya padaku. Matanya mulai memerah menahan marah. Ah, mata cantiknya mulai meneteskan air mata. Kuusap air matanya dengan lembut dan kuteruskan dengan mengusap pipinya dengan ibu jariku.
"Hei hei. Sweet. Dengarkan aku. Bisnisku ternyata selesai lebih cepat dari perkiraan. Aku baru kembali kemarin. Maaf tak sempat mengabarimu" kutatap mata Us untuk meyakinkannya. Kuharap dia percaya dengan perkataanku. Yup, sudah sebulan lebih aku menghindarinya. Aku tak melakukan perjalanan bisnis apapun. Aku hanya sibuk kesana kemari menemani Pete mempersiapkan pernikahan kami atau bekerja. Aku tak mau hal apapun mengganggu hubunganku dan Pete hingga pernikahan kami. Aku harus memastikan aku mendapatkan Pete terlebih dahulu.
"Temani aku Vegas. Aku rindu" Us menatapku rindu. Tangannya menangkup tanganku pada pipinya dan mengecup telapak tanganku. Aku tak menahan seringaianku keluar. Kutarik tubuhnya berjalan menuju parkiran apartemen. Kuposisikan tanganku dibongkahan pantatnya dan meremasnya nafsu.
"Let's go baby, aku tak sabar memakanmu"
TBC
Komentar
Posting Komentar