VEGASPETE - AGREEMENT - 21🔞
Attention! Tulisan cetak tebal itu dari video ya. Hepi riding ✌
-----
Vegas membuka matanya perlahan ketika tubuhnya merasakan guyuran air dingin dengan beberapa balok batu es didalamnya. Sontak saja membuat beberapa luka ditubuhnya terasa sakit seperti tersengat aliran listrik. Vegas meringis kesakitan merasakan luka pada betisnya yang terbuka lebar dan menampakkan sedikit tulangnya yang menampung air dari siraman yang ia peroleh. Vegas menggerakkan kakinya sedikit tergesa karena tidak tahan dengan perih diluka itu.
Mata Vegas mulai berpendar berkeliling ruangan. Matanya menangkap beberapa orang dengan tubuh besar mengitarinya diruang temaram dengan pencahayaan minim dari matahari yang tak sengaja masuk melalui celah ventilasi disatu sudut ruangan.
Vegas merasa saat ini dia m berada di ruang bawah tanah ketika indranya merasakan hawa lembab dan basah disekelilingnya. Ruangan ini pun memiliki kadar oksigen yang rendah. Jadi jika sebanyak 5 orang saja hidup disini selama 7 jam bisa mati karena kehabisan oksigen.
Tubuh penuh lukanya beringsut menuju salah satu sudut dengan sangat pelan. Lukanya tak main main. Bahkan semua sangat basah sehingga beberapa bagian tanah menempel dan bahkan ada yang bercampur dengan luka yang ternganga lebar. Juga tangan dan kakinya diikat menggunakan tali jerami dengan sangat kuat. Sehingga Vegas tak dapat berbuat banyak selain insting untuk melindungi diri sendiri.
Para pengawal yang bertubuh besar tadi kemudian beranjak meninggalkan Vegas sendirian didalam ruangan pengap tersebut. Vegas sedikit lega ketika mendapati dirinya ditinggal sendiri dan tak dipukuli ataupun disiksa lagi. Vegas menebak belum sampai dua hari dia disini. Tapi dirinya sudah berulang kali pingsan ketika dirinya terus dicekoki dengan berbagai pukulan dan sayatan. Dan untuk pertama kalinya dia memiliki waktu jeda dan mengamati seluruh sisi ruangan.
Matanya kembali menatap sekitar. Mencoba menelisik apakah ada benda yang dapat ia gunakan untuk memotong tali pengikatnya.
Nihil.
Tak satupun benda tertangkap oleh matanya. Ruangan ini sangat kosong dan hanya ada dirinya jika dihitung sebagai benda.
Vegas menatap dirinya. Dia sekarang hanya menggunakan sebuah celana pendek tanpa atasan. Terdapat luka sayatan dalam sepanjang 7 cm dibetis kirinya sehingga menampakkan sedikit tulangnya dan luka sayatan tersebut sudah ditempeli oleh tanah. Satu luka robekan karena pukulan senjata terdapat disebelah kiri pinggangnya. Dan banyak lebam diseluruh tubuhnya. Beberapa lebam tampak berdarah namun sekarang hanya ditempeli oleh darah kering. Vegas juga merasakan luka cambukan dipunggungnya, tapi dia tak tau ada berapa disana karena tak terlihat dari matanya.
Vegas mencoba menyamankan dirinya dengan duduk sedikit bersandar pada dinding yang sudah dipenuhi oleh lumut. Ringisan demi ringisan terdengar setiap Vegas melakukan pergerakan. Apalagi ketika luka cambukan dipunggungnya yang sepertinya masih basah bersentuhan dengan dinginnya lumut kotor dibelakangnya, rasanya Vegas tak sanggup menempelkan punggungnya karena sangat menyakitkan. Tapi dia tak punya pilihan selain menopang tubuhnya, dia bisa saja kembali pingsan hanya karena rasa sakit ditubuhnya yang semakin menajam.
Vegas merasakan tubuhnya hancur. Seluruh badannya sangat sakit. Tulang rusuknya sepertinya ada yang patah karena rasa sakit yang hebat dibawah dadanya. Luka robekan dibibirnya juga sangat terasa ketika bibirnya sedikit terbuka saat meringis.
Vegas memejamkan matanya. Mencoba menyesuaikan rasa sakit ditubuhnya. Dia harus menyatu dengan rasa sakit itu sehingga terbiasa dan dapat mengumpulkan kembali kekuatannya. Apapun yang terjadi dia harus keluar dari sini.
Suara langkah kaki dengan bunyi besi yang diseret tertangkap oleh indra pendengar Vegas. Membuat mata Vegas seketika terbuka dan menatap arah pintu yang satu lurus dengan posisinya saat ini.
Perlahan pintu itu terbuka. Menampilkan seorang pria yang tak asing dengan sepatu kulitnya. Vegas tersenyum remeh melihat pria yang baru masuk tersebut. Matanya menatap tajam pria tersebut seakan menantang untuk berduel dengannya.
"Ternyata hanya seekor tikus tanah yang mencoba menggigit serigala. Bersembunyi dibalik tubuh besar para pengawal yang tak lebih setia dari anjing. Apa kau takut kalah dariku sehingga menculikku seperti ini Pavel? Pecundang! " Vegas berbicara dengan nada yang cukup dominan. Jika saja posisinya ada sebagai penyiksa sudah dipastikan buruannya tak akan berani berkutik.
Pavel menyenderkan besi panjang yang dibawanya kedinding terdekat dan kemudian berjalan mendekati Vegas dan berjongkok dihadapannya. Tangan Pavel mengambil sebuah pisau kecil dari sakunya. Bagian tajamnya tampak berkilat ketika tanpa sengaja terkena cahaya matahari yang minim. Bagian runcing pisau tersebut Pavel dekatkan pada wajah Vegas. Senyum miring kemudian tercetak diwajahnya layaknya seorang psikopat.
Tak lama Vegas merasakan benda dingin menyentuh permukaan pelipisnya. Pisau kecil yang dibawa Pavel ujungnya sudah menyentuh pelipis Vegas. Tangan Pavel bergerak turun sambil menikmati wajah tegang Vegas.
Pavel tertawa sangat kencang. Hingga beberapa gema bersautan didalam ruangan tersebut, menyebabkan aura kengerian dan seram berkali lipat naik.
"Kau sangat lucu Vegas. Mana sipemberani tadi heh?! " Pavel mengganti pisau kecilnya dengan tangan besarnya dan mencengkram kuat pipi Vegas. Vegas mengerang kesakitan ketika pipinya dirasa akan terluka. Membuat Pavel tertawa puas melihat rengekan Vegas. Pavel kemudian menghempaskan pegangannya pada pipi Vegas dengan kasar sehingga menyebabkan Vegas tersungkur menghadap tanah dengan pipinya sebagai alas.
Pavel kemudian berdiri dan menginjak pipi Vegas.
"Ini karena kau beraninya mencium kekasihku, dasar bajingan kotor" Pavel memutar mutar pijakannya pada pipi Vegas. Erangan kesakitan terdengar kembali dari Vegas. Sepatu kulit Pavel memiliki gerigi ditapaknya, sehingga Vegas merasakan ada goresan luka dipipinya sekarang.
"Tenang, kupastikan kematianmu adalah kematian terindah yang tak pernah terbayangkan Vegas. " Pavel melepas kakinya dari pipi Vegas dan beranjak menuju besi yang ia tinggalkan.
Pavel mengambil besi tersebut dan berjalan keluar sambil bersiul.
-----
Aku memeluk Siena yang sudah tertidur dipangkuanku. Mengusap rambutnya berkali kali agar tak bangun dan menangis lagi. Tubuh berisinya perlahan mengurus karena kurangnya asupan makanan. Dari awal Us masuk rumah sakit, Siena hanya makan beberapa sendok. Nafsu makannya sangat menurun. Aku sangat kasihan melihatnya.
Hari ini adalah pemakaman Us. Hingga detik terakhir ia bertahan, tak ada satupun kabar donor ginjal untuknya. Aku turut sedih. Kenapa hidupnya seberat ini. Aku tak tau apakah keinginan terakhirnya terkabul atau tidak. Tapi kuharap dia bahagia sekarang karena sudah tak merasakan sakit lagi.
Setelah pemakaman Us. Aku membawa Siena pulang kerumah. Dia sama sekali tak mau dibawa oleh nenek dan kakeknya. Mungkin karena selama 4 hari penuh aku menjaganya karena Vegas menghilang begitu saja. Bahkan ketika hari pemakaman Us dia juga tak datang. Aku tak tau jalan pikirannya. Setauku dia tak pernah meninggalkan tanggung jawabnya seperti ini. Sikapnya sedikit aneh.
Aku melihat kedalam rumah. Venice terlihat sedang menyusun puzzle bersama Pavel. Tanpa sadar aku tersenyum. Aku sangat bersyukur memiliki Pavel. Dia sangat bisa ku andalkan. Bahkan dia mau membantuku mengurus Venice ketika aku sibuk dengan Siena.
Aku membuka sepatu Siena yang masih berada dalam gendonganku. Membawanya ke kamar Venice dan menidurkannya disana. Aku membuka jaketnya dan menarik selimut hingga dadanya. Aku mengecup kening Siena dan tersenyum lirih. Anak yang malang.
Aku kembali keluar dan bergabung bersama Pavel dan Venice. Aku duduk sambil memeluk Venice dari belakang. Ah.. Aku merindukan sigembul ini. Aku menarik Venice hingga duduk dipangkuanku. Mengecup pipinya berkali kali sampai aku puas. Suara tawa geli Venice terdengar sangat renyah ditelingaku, sehingga membuatku juga ikut tertawa bersamanya
"Venice, papa janji akan selalu disamping Venice hingga besar. Papa berjanji padamu sayang" aku mencium pipinya sangat lama. Aku tiba tiba menjadi sedikit mellow setelah pemakaman Us. Tak pernah terbayang olehku akan meninggalkan anakku, apalagi umurnya belum cukup untuk mengerti apa itu kematian. Semoga Tuhan memberi umur yang panjang untukku dan Venice sehingga kami tak kehilangan satu sama lain. Aku bisa mati jika harus kehilangan anak untuk kedua kalinya.
"Apa aku tak mendapatkan ciumanku? " Pavel menyela kegiatanku dengan Venice dan mengerling nakal kearahku. Aku tersenyum melihat tingkah kekanak kanakannya itu. Tanganku terulur memegang tengkuknya. Kemudian aku mengecup singkat bibirnya dan tersenyum dengan menatap matanya.
"Terimakasih sayang. Kau yang terbaik"
"Ya, sama sama" Pavel kembali mengecup bibirku tapi sedikit lama. Dia kemudian menarik kepalanya menjauh dan mengusak rambutku.
Aku menatap Pavel yang melanjutkan permainannya bersama Venice.
Sepertinya, aku ingin menikahi pria ini.
-----
Tangan besar menarik sebuah kursi besi sepanjang lorong, menyebabkan bunyi terseret dan dentingan besi dengan kerikil mengusik suasana sepi dilorong yang lembab dan dingin itu. Suara jangkrik yang biasanya mengisi kekosongan malam pun hilang seperti takut dengan pejalan yang asik bersenandung menuju ruangan diujung lorong.
Satu tendangan kaki pada pintu mengejutkan penghuni ruangan yang tertidur. Mengundang gelak tawa mengerikan yang menggema diseluruh ruangan.
Kedua pasang mata bengis itu menatap benci satu sama lain. Tak ada ketakutan disana. Hanya dua orang psikopat yang bertemu dengan satu sisi yang tidak diuntungkan.
Pavel mendudukan dirinya diatas kursi yang diletakkan ditengah ruangan dan menghadap kearah Vegas. Pavel menarik napas panjang dan menampakkan wajah seriusnya.
"Bagaimana tidurmu kawan? Nyenyak heh? "
"Terlalu banyak bicara, katakan apa maumu? " Vegas memposisikan dirinya senyaman mungkin dan menatap Pavel.
Wajah mereka sama sama tak terbaca saat ini.
"Kau tak ingin tau kenapa aku membawamu kesini?" Pavel sedikit mencondongkan badannya kedepan. Menautkan jari jarinya diantara pahanya yang terbuka lebar.
"Cih. Loser. Kau tak sepercaya diri itu bersaing denganku heh? Dasar tikus tak tau malu" Vegas ikut mencondongkan tubuhnya kedepan. Matanya melotot dengan seringaian yang sangat lebar menatap kearah Pavel. Wajah yang penuh darah dan luka menambah kesan psikopat diwajahnya.
Cuh!
Vegas meludahi Pavel dan kembali menyeringai lebar. Pavel menyeka ludah yang bercampur darah itu pada wajahnya menggunakan ibu jari. Ibu jari yang berlumuran darah dan ludah itu ia bawa kedepan mulutnya dan menyesapnya lalu meneguknya. Tawa Pavel menggelegar mengusik pendengaran Vegas, menyebabkan seringaian Vegas perlahan lahan memudar dan digantikan wajah datar dan bengis kearah Pavel.
Pavel perlahan menghentikan tawanya dengan mengusap ekor matanya yang mengeluarkan air mata. Terlalu lucu hingga tak sadar air matanya ikut keluar.
"Hah.. Vegas, Vegas. Selalu menganggap dirimu superior. Sangat tidak tahu diri. Tapi aku akan memberikan tepuk tangan untuk itu" suara tepukan tangan Pavel terdengar seperti mengejek. Membuat darah Vegas berdesir dan panas. Belum pernah ia merasa seterhina ini.
"Kau marah? Kau marah brengsek?!" Pavel mencekik leher Vegas ketika berada didepan Vegas. Mata Pavel menatap Vegas dengan tatapan membunuh, alis matanya menukik tajam dengan hidung yang berkerut. Urat tangannya keluar karena mencekik Vegas sangat kuat
Vegas menahan rasa sakit pada lehernya. Urat nadi dileher dan pelipisnya mulai mencuat. Wajahnya memerah dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata. Vegas masih menahan rasa sakitnya, dia tak ingin mengerang. Jika ia mengerang maka Pavel akan merasa diatas awan. Vegas pantang untuk kalah.
Oksigen diparu parunya mulai menipis. Mulutnya sedikit terbuka untuk mencoba meraup oksigen yang ada. Mata Vegas mulai memutih. Napasnya melemah.
Pavel segera melepas cekikannya dan mendorong Vegas hingga terbaring kebelakang. Vegas terbatuk dengan ujung lidahnya yang sedikit keluar dari mulutnya. Untaian saliva juga menggantung disekitar bibirnya akibat batuk yang mendadak. Vegas sebisa mungkin mencoba menangkap oksigen untuk mengisi paru parunya. Wajahnya yang memerah berubah mejadi pucat kembali dan urat urat yang menyembul pun turut menghilang.
Pavel beranjak dan kembali duduk dikursinya. Menyilangkan kakinya dengan satu tangan bertengger diatas senderan kursi.
"Aku pertama akan berterimakasih padamu. Kau dengan baik mengantarkan Pete padaku dan membuatku mengenalnya hari itu. " Pavel membuka suaranya. Matanya terus menatap Vegas yang terkulai diatas tanah.
"Tapi kau menghancurkannya bajingan! Kau menanam benihmu yang kedua untuknya! Sia sia usahaku membujuk istrimu untuk memberitahukan kandungannya pada orang tuamu. Kalau saja Pete tidak hamil, maka sudah dari lama kami menikah! " Vegas memandang remeh Pavel. Dia menyeringai karena kemenangannya.
"Cukup lama aku bertahan karena melihat Pete sangat membencimu hari itu. Saat dia meminta pertolonganku untuk lepas darimu. 5 tahun terakhir aku menunggunya, setiap hari memasang topeng agar dia mau menerimaku. Dan sialnya dia menerimaku karena ingin menjauh darimu, keparat! Lelucon apa yang kalian mainkan dengan perasaanku hah?! "
"Dasar tikus tanah. Dengan rakus mendambakan milik orang lain dan menjilati sisanya. Bagaimana rasanya? Mencicipi bekas ludahku ditubuhnya? " Vegas membalas ucapan Pavel sambil berusaha menegakkan tubuhnya. Kekehan kecil terdengar dari mulut Vegas
"Brengsek! " Pavel menghantam dada Vegas sekuat tenaga dengan kakinya. Sangat lancang ucapan yang keluar dari mulut Vegas. Vegas terdorong kebelakang dan menabrak dinding dengan keras. Darah segar tersembur dari mulutnya karena benturan kuat dan melukai organ dalamnya. Pavel mengambil pisau kecil dari sakunya, membuka penutupnya dan menancapkannya dibahu kanan Vegas.
"Argghh!! " Suara teriakan Vegas mengundang tawa jahat dari Pavel. Sungguh indah melihat buruanmu mengerang kesakitan. Tangan Pavel yang masih memegang pisau turun perlahan sepanjang lengan Vegas. Menciptakan luka sangat panjang dilengannya dan memercikkan darah kemana mana. Vegas berteriak semakin kencang ketika tangannya disayat sangat dalam. Tangannya berdenyut hebat. Sakit yang tak tertahankan membuat Vegas hampir kehilangan kesadarannya. Pavel mencabut pisaunya dari tangan Vegas. Menjilat darah yang melumuri pisau tersebut dengan pelan, menikmati bagaimana rasanya menjadi pemenang. Pavel kemudian menyeka wajahnya yang terpercik darah Vegas. Menatap karya indah dilengan kekar itu dengan mata berbinar.
"Hei. kau harusnya bersyukur aku tidak membunuhmu 5 tahun yang lalu. Jangan salahkan aku jika kau seperti ini. Siapa suruh lancang mendekati Pete kembali. " Pavel kembali duduk diposisinya semula.
"Kuberitahu kau sebuah rahasia. Menurutmu kenapa seorang model seperti Us yang selalu menjaga lola hidupnya dapat mengalami gagal ginjal? Bahkan setiap kali dia meminum obat, tak ada perbaikan berarti ditubuhnya. Kalian mengharapkan apa? Donor ginjal? Tak akan pernah! Dia tak akan mendapatkan hal itu! Dia akan mati. Sebagai bayaran setelah menyakiti Pete. Apapun yang berhubungan denganmu yang dapat merusak hubunganku dengan Pete. Akan mati. Jika saja kau tidak berusaha mendekati Venice dan berusaha membuatnya menerima kau sebagai ayahnya, dia tak akan menjadi targetku Vegas. Dua anakmu harus mati. Karena mereka hanya akan menjauhkan Pete dariku. Kau tunggu saja, akan kubawa dua bocah itu menemanimu disini " Pavel berjalan meninggalkan Vegas keluar ruangan.
"Oh! Satu lagi, kusiapkan sebuah hadiah untukmu malam ini. Semoga kau menikmatinya" Pavel menoleh sebentar melihat Vegas dan kembali melanjutkan jalannya.
Vegas melihat Pavel memerintahkan penjaga diluar untuk membawa seluruh peralatan yang dibutuhkan kedalam ruangan. Penjaga tersebut mengangguk dan mulai bergerak.
Selang beberapa menit kemudian, berbagai alat elektronik terpasang diruangan itu. Terdapat satu layar besar dihadapan Vegas saat ini yang sudah terpasang dengan berbagai kabel.
Tubuh Vegas ditarik paksa menduduki kursi yang dibawa oleh Pavel. Tangannya masih sangat ngilu, darah pun menetes sangat banyak diatas tanah. Bibir Vegas memucat. Dia kehabisan tenaganya. Dia ingin tidur. Sebentar saja.
-----
Plak
Plak
Plak
Beberapa tamparan bersarang di pipi Vegas. Membuat sang empu terbangun dan membuka matanya. Pandangannya masih mengabut. Dia terlalu banyak kehilangan darah sehingga kondisinya sangat lemah dibanding sebelumnya.
"Oi kau! Bangun! Kami disini tidak untuk menontonmu tidur bajingan! " salah seorang pengawal berteriak dan menendang Vegas dari samping membuat tubuh lemahnya terjatuh kesamping. Vegas merasakan pelipisnya berdarah karena menghantam batu yang mencuat dari tanah. Matanya semakin mengabut. Kepalanya sangat pusing
Byurr
Siraman yang entah keberapa hari ini membangunkan Vegas. Matanya yang mulai tertutup kembali terbuka dengan sempurna.
Beberapa tendangan menghantam perut Vegas dengan suara yang menyuruhnya untuk bangun.
Vegas meringkukkan tubuhnya menghadang tendangan selanjutnya. Selanjutnya tubuhnya ditarik paksa untuk duduk kembali diatas kursi.
"Tetaplah terjaga jika tak ingin tubuhmu lebih hancur dari ini" suara Pavel menggema dari satu pengeras suara yang baru dipasang tadi.
Layar yang dipasang sebelumnya tiba tiba memancarkan sinar terang yang membuat Vegas mengerinyit karena menusuk pandangannya. Perlahan mata Vegas terbuka dan menatap sinar yang berubah menjadi adegan didalamnya.
Mata Vegas melebar ketika melihat Pete disana yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
"Apa ini brengsek?! " Vegas menggeram marah melihat Pete didalam video itu. Apa yang akan dilakukan oleh Pavel pada Pete?
Vegas kemudian melihat Pavel masuk dan memeluk Pete dari arah belakang.
Sialan!
Wajah Vegas memerah padam melihat adegan dimana Pavel mulai menggoda Pete dan mencium bibir Pete. Ciuman mereka semakin intens dan panas.
Pavel memutar tubuh Pete untuk menghadapnya dan melanjutkan ciuman mereka. Mereka saling melumat dan bertukar saliva. Bunyi kecipak memenuhi ruangan. Pete mengalungkan tangannya dileher Pavel dan Pavel memeluk pinggang Pete menggunakan satu tangan dengan tangan lainnya menahan tengkuk Pete.
Serasa belum puas, pavel mulai mengitari rongga mulut Pete dengan lidahnya. Rasa manis dari mulut Pete menaikkan nafsu Pavel hingga ubun ubun.
Ciuman Pavel turun keleher jenjang Pete dan menjilatinya seperti es krim. Pavel memberikan kecupan kecupan dan beberapa gigitan disepanjang leher Pete. Tangan Pavel mulai menyibak bathrobe yang Pete gunakan dibagian bahu. Menjilat dan mengecup ujung bahu yang tampak mengkilap karena sinar lampu yang memantul pada bahu Pete. Pavel menyesap lama bahu tersebut, menikmati wangi vanilla dari sabun mandi yang digunakan Pete.
Vegas menutup matanya. Dia tak sanggup melihat adegan adegan yang terputar. Darahnya sudah mendidih hebat. Melihat Pete dijamah oleh orang lain membuat dirinya ingin menbunuh seseorang.
Byurr
Vegas disiram dengan seember air lagi. Matanya otomatis terbuka dan menatap tajam salah satu pengawal. Vegas yang sudah kalap dan terbawa emosi mendadak bangun dari duduknya.
Entah kekuatan dari mana dengan keadaan tubuh yang mengenaskan itu, Vegas menghempaskan tubuhnya pada pengawal yang memegang ember, sehingga Vegas menimpa badan pengawal tersebut. Vegas sangat kalap. Dia tak mentolerir apapun saat ini. Vegas menggigit telinga pengawal tersebut secara brutal.
Pengawal lain yang melihat itu segera memisahkan Vegas dari kawannya. Pengawal tersebut kemudian dibawa keluar dengan kondisi telinga yang hampir putus. Vegas kembali didudukan diatas kursi dengan mengikat tubuhnya pada badan kursi. Vegas meronta ronta ingin dilepaskan. Namun satu pukulan telak diwajahnya membuatnya diam dan mengerang kesakitan. Darah bercucuran keluar dari hidung dan mulutnya.
Matanya kembali tak sengaja melihat adegan dilayar semakin panas. Pavel dan Pete sudah dalam kondisi telanjang bulat. Pete sekarang dalam posisi menungging dengan satu tangannya yang memegang leher Pavel dari depan. Satu tangan Pavel memeluk perut Pete dan tangan lainnya memelintir puting Pete. Menciptakan desahan kenikmatan pada masing masing manusia yang sedang bergumul diatas ranjang.
Pavel mencium bibir Pete dan mengulumnya dengan ganas. Kemudian tangannya yang berada di dada Pete naik keatas memegang sisi wajah Pete dan memutarnya kedepan.
Vegas merasa tengah bertatapan dengan mata Pete yang sayu karena nafsu dan keniknatan. Bibirnya yang memerah terbuka sedikit dengan saliva yang meleleh dari ujung bibirnya hingga dagu. Wajah Pete sangat merah dan rambutnya basah karena keringat yang bercampur air. Pete terlihat sangat seksi. Membuat penis Vegas berdiri dengan hanya menatapnya.
Plop
Plop
Plop
Badan Pete terus bergoyang. Bunyi khas kecipak antara tubuh Pavel dan pantat Pete mendominasi. Erangan kenikmatan kembali terdengar ketika Pavel menghentak tubuh Pete dengan kuat.
"Ahh.. Sayang, kau sungguhhh.. Ahh nikhmath.. " Pavel menusuk tubuh Pete sedikit lebih pelan. Badannya kini sedikit berputar untuk mengocok lubang Pete menggunakan penisnya.
"Ahh Pavel.. Stophh.. Stop ith.. Terlaluhh.. Terlaluh dalammh.. Akhh.." Pete menahan tubuh Pavel menggunakan tangannya. Namun tentu tidak berefek apa apa. Pavel tetap melanjutkan kegiatannya.
Pavel mendekatkan kepalanya ke kepala Pete dan mengecup pipi Pete.
"Lihat dirimu dalam cermin itu Pete.." Pavel melirik Pete dan kemudian melihat kedepan selurus mata Vegas yang masih menonton video tersebut.
"Kau terlihat sangat seksihh.. " Pavel menjilat daun telinga Pete sensual. Pete melenguh. Matanya terpejam menikmati sentuhan Pavel.
Vegas berteriak kesetanan. Dia mengutuk Pavel dengan segala umpatan. Pavel harus membayar perbuatan ini suatu saat. Vegas mengepalkan tangannya erat. Dia harus segera melenyapkan Pavel.
TBC
Komentar
Posting Komentar