VEGASPETE - AGREEMENT - 20
Setiap hari Vegas pergi menemui Venice. Vegas ingin mencoba membangun kedekatan yang baik terlebih dahulu dengan Venice. Vegas merasa Venice belum se luwes itu untuk berbicara dan bermain dengannya. Venice sangat sering malu malu. Jadi biasanya Vegas akan membawa Siena untuk menemaninya. Jangan bilang pengeksploitasian anak dulu. Vegas hanya ingin lebih mudah dan cepat saja.
Ini hari terakhir Vegas menemui Venice sebelum mereka berangkat berlibur besok. Sedikit tidak suka memang, tapi ya bagaimana lagi. Jadi Vegas memutuskan tidak membawa Siena hari ini. Dia akan bermain dirumah Pete saja.
Vegas memarkirkan mobilnya didepan rumah Pete. Vegas kemudian turun dan mendapati Pete dan Venice yang tengah bermain dihalamannya sambil menyirami tanaman.
Tubuh mereka berdua sudah basah karena sibuk menyiram satu sama lain. Tawa bahagia terdengar hingga telinga Vegas. Membuat Vegas juga ikut tertawa melihat mereka.
Vegas berjalan mendekat untuk mengejutkan mereka. Kakinya dibawa sepelan mungkin agar tak ada yang tau.
"Ha! "
"Whaaa!! " kejutan Vegas sukses terbukti dengan Pete yang hampir oleng namun masih dapat berpijak dengan benar. Tapi selang yang Pete pegang tak sengaja terputar kearah Vegas dan menyiram Vegas.
"Oh Tuhan! " Pete menjatuhkan selang tersebut dan meminta Venice menghentikan keran diujung lainnya. Pete sedikit kelabakan karena insiden tak terduga ini. Tangan Pete mencoba menggapai wajah Vegas yang basah. Lengan bajunya yang basah ia tarik hingga telapak tangan dan ditahan menggunakan jarinya. Reflek Pete menyeka wajah basah Vegas dengan lengan baju tersebut. Membuat jarak mereka menipis dan hanya beberapa senti.
Pete seperti belum sadar dengan perbuatannya. Tangannya yang terbungkus kain terus saja menekan nekan wajah Vegas. Vegas yang sedari tadi membuka matanya tertegun melihat Pete dalam jarak sedekat ini. Matanya berusaha mengunci tatapan Pete yang tanpa sengaja melihat mata Vegas. Tangan Pete yang awalnya sibuk kini menggantung diudara. Terpaan napas hangat menyelimuti wajah keduanya. Sedikit demi sedikit jarak mereka semakin terkikis. Vegas mendekatkan wajahnya perlahan. Pete seperti tersedot masuk kedalam suasana yang tiba tiba menjadi intim.
Cup.
Bibir keduanya sukses menempel dengan mata yang masih terbuka dan terkunci.
Perlahan mata Vegas tertutup seiring gerakan bibirnya yang melumat bibir bawah Pete. Membuat Pete tersadar dan dengan sekuat tenaga mendorong Vegas.
Vegas limbung ke belakang dan jatuh terduduk diatas rumput. Erangan kesakitan terdengar ditelinga Pete tapi diacuhkan. Pete merasa wajahnya sudah semerah tomat sekarang. Hawa disekitarnya menjadi sangat panas. Pete mengibaskan kerah bajunya untuk mengurangi rasa panas ditubuhnya.
Lagi. Vegas terkesima melihat Pete. Dengan sedikit nafsu mungkin? Pete yang mengibaskan kerah bajunya sangat terlihat seksi. Apalagi baju basah berwarna biru muda itu menempel pada tubuhnya dan memperlihatkan lekuk sempurna tubuh Pete. Beberapa percikan air terlihat ketika Pete mengibasnya terlalu cepat. Ini terlalu seksi!
Vegas membuang wajahnya kesamping. Tiba tiba pipinya menghangat melihat adegan tersebut. Vegas mengutuk dirinya yang mudah terangsang. Apalagi itu adalah Pete. Harusnya dia berpikiran jernih jika memang mau memperbaiki segala kesalahannya. Salahkan otaknya yang mesum!
"Oi Vegas! Kau akan menunggu kering dibawah matahari atau bagaimana? " Vegas menoleh kearah Pete yang sudah menggandeng tangan Venice menuju rumah. Vegas dengan sigap berdiri dari posisinya dan berjalan mendekati dua manusia itu.
-----
Setelah bersih bersih dan mengganti pakaian, aku mengecek isi lemariku lagi. Tanganku ikut memilah pakaian yang kurasa muat untuk Vegas. Meski tinggi badanku dan badannya tak terlalu beda. Tapi otot tubuhnya membuatnya terlihat lebih besar. Untungnya aku sangat suka dengan baju, sweater atau hoodie oversize. Jadi lumayan banyak yang bisa dia gunakan.
Aku berjalan menuju kamar Venice, tempat Vegas berbenah. Tak mungkin aku menyuruhnya ke kamarku kan? Apalagi dengan otak mesumnya.
Aku mengingat kejadian pagi ini. Wajahku terasa panas kembali hingga sampai ketelinga. Oh! Bagaimana ini. Kenapa aku berdebar debar?! Aku menangkup pipiku untuk menutupi wajahku yang sepertinya memerah. Dasar Vegas sialan! Aku tak akan begini jika dia tak mencoba menciumku!
"Kau demam? Wajahmu sangat merah Pete. " suara Vegas menggema ketika aku baru saja masuk kedalam kamar Venice. Aku menghentakkan kakiku kesal dan menaruh barang yang kubawa diatas kasur.
Aku tak ingin bicara padanya! Ugh!
Aku berjalan keluar dan membanting pintu dibelakangku. Kenapa hatiku tiba tiba tidak karuan begini ya?
Oi Pete! Sadarlah!
Aku menepuk nepuk pipiku agar mengembalikan kesadaranku. Aku berjalan mendekati Venice yang sudah rapi dan wangi. Aku melihat rambutnya yang disisir kearah belakang memperlihatkan jidatnya.
"Wow! Anak papa terlihat keren. " aku menarik Venice kepangkuanku dan mengecup pipinya.
"Benarkah? Kkk.. Paman Vegas membantuku bersiap setelah mandi pa.. " Venice bercerita dengan matanya yang berbinar. Dia sangat menggemaskan.
Aku tersenyum mendengar ucapan Venice. Akhirnya Venice merasakan bagaimana sentuhan dari daddynya. Walaupun hanya untuk sebentar aku sangat senang. Rasa iriku pada keluarga lain sedikit terobati.
Aku melirik kearah Vegas yang baru saja duduk disampingku. Aku menggeser sedikit tubuhku untuk memberi jarak. Aku masih malu karena kejadian tadi. Maklumi saja.
Tampak air masih menetes diujung rambutnya. Membuat baju yang baru kuberikan mulai basah dikerah dan bahu karena tetesan air.
"Hah.. Vegas. Kenapa tak mengeringkan rambutmu dulu? Percuma kau berganti pakaian jika akan basah seperti itu" aku menatap Vegas jengah. Apa otaknya tak berfungsi untuk hal normal?
"Aku sudah terbiasa seperti ini. Mengeringkan rambut itu lama, nanti akan kering sendiri" Vegas mengendikkan bahunya acuh dan mulai menyuap buah yang berada dimeja ruang keluarga.
Aku meninggalkan mereka berdua disana dan berjalan ke kamar. Beberapa saat kemudian aku kembali ke ruang keluarga dengan membawa handuk dan hair dryer. Vegas dan Venice sibuk berbincang disana dengan Vegas yang menyuapi Venice.
"Tegakkan kepalamu" aku menadah dagu Vegas dan mengangkatnya agar tegak. Tanganku mengambil handuk dan mulai mengeringkan rambutnya.
Tak ada suara selain suara dari spongebob yang bermain dengan gary. Suara kecipak dari mulut Venice beberapa kali terdengar menemani suasana yang hening.
Aku merasa sedikit kurang nyaman ketika tau Vegas menatapku dari bawah.
"Ekhem. Hmm.. Apa dirumah Us tidak membantu mengeringkan rambutmu? " aku membuka topik yang sebenarnya tidak terlalu ingin aku bicarakan. Tapi dibanding diam dengan mata Vegas yang mencoba mengintimidasiku, lebih baik aku melantur seperti ini.
"Tidak. Kami berbeda kamar. Jadi aku tak meminta tolong. "
"Kenapa?"
"Kami tidak sekamar? "
"Uhum" aku menjawab tanpa pikir panjang. Aku sudah tau jawabannya, hanya saja ingin mendengar dari bibirnya. Mungkin.
"Karena aku mencintaimu"
Tanganku berhenti mengusak rambutnya. Aku terkejut, tak menyangka dia akan sefrontal itu. Aku merasakan panas kembali menghampiriku. Aku merasa sangat bodoh. Kenapa aku malah memancingnya mengatakan itu? Apa sebenarnya mauku? Argghh, sialan!
Aku melempar handuk kecil ditanganku kewajahnya dan berjalan kesamping Venice yang kosong.
"Keringkan sendiri! Jangan lupa gunakan hair dryer setelah itu. Aku mau menonton!"
Kudengar kekehan dari bibir Vegas. Sial! Dasar Pete bodoh!
-----
Pete menyiapkan segala keperluan untuk liburan besok. Memasukkan beberapa lembar pakaian dan mengemas beberapa peralatan yang mungkin berguna selama disana. Pete dan Pavel berencana berlibur di Patthaya. Sedikit mendadak memang. Dan itu semua atas permintaan Pete.
Pete memutuskan untuk berlibur untuk menghindari Vegas. Pete ingin memberikan Us waktu yang cukup bersama Vegas. Hati kecilnya sedikit meringis mengingat sekarang ia malah membantu hubungan Vegas dan Us. Kenapa hidupnya seperti roller coaster? Terlalu banyak hal tak terduga yang terjadi.
Pete sendiri mengatakan ingin berlibur selama satu bulan pada Pavel. Tapi Pete juga tak tahu akan seberapa lama. Jika memang akhirnya Us gagal mendapatkan donor, dan kemudian pergi. Pete ingin datang kepemakamannya dan melepasnya dengan baik. Tapi Pete berharap agar Us dapat menemukan donor dan segera pulih dari sakitnya.
Setelah menyiapkan semua keperluannya dengan berlari mengitari seisi rumah, Pete merebahkan dirinya diatas sofa. Punggungnya terasa kaku dan mendambakan sofa empuk diruang keluarga.
Ting Tong
Suara bel mengganggu Pete yang hampir terlelap. Pete berusaha bangkit dan berjalan membuka pintu. Senyum Pete merekah ketika mendapati Pavel yang datang dengan sebuket mawar ditangannya.
Pavel sangat romantis. Sejak mereka berkencan, setiap hari Pavel akan mengirimkan bunga ke kantornya atau membawakannya bunga seperti hari ini. Sudah 4 hari mereka berkencan, jadi 3 bunga sebelumnya dikirim ke kantor setiap pagi karena Pete bekerja. Tapi hari ini ia mengambil cuti untuk persiapan liburan, jadilah bunga tersebut Pavel bawakan kerumahnya.
Pete meloncat memeluk Pavel. Tangannya mengalung dileher Pavel dengan sedikit berjinjit. Pavel membalas pelukan tersebut dengan mengelilingkan lengannya dipinggang ramping Pete. Memeluknya sedikit erat dan mengangkat tubuh kecil tersebut. Pavel berjalan masuk dengan mengangkat tubuh Pete tanpa melepaskan pelukannya.
Setelah sampai diruang keluarga, Pete melepaskan pelukannya dan menatap Pavel.
"Apa aku berat? " Pete terkekeh melihat Pavel yang mencoba mengatur napasnya.
"Tidak. Sama sekali tidak. Kau seringan bulu ayam" Pavel mengedipkan sebelah matanya sambil mengatur napasnya yang tersengal. Pete tidak seberat dan seringan itu memang. Tapi dia baru saja berlari mengitari rumah ketika melihat keran air yang ternyata belum mati. Ditambah terik matahari yang menyengat siang ini.
Pete meletakkan mawar yang diberikan Pavel padanya dan menaruhnya didalam gelas berisi air. Pete berjalan mendekati Pavel yang sudah duduk disofa.
"Apa kau mau makan? "
"Sebentar lagi. Aku ingin bermanja denganmu dulu" Pavel menarik Pete kepangkuannya dan memeluk pinggang Pete erat sehingga posisi Pete menyamping dipangkuan Pavel. Hidungnya menyesap aroma vanilla yang menguar dari tubuh Pete. Sangat menyenangkan. Apalagi Pete mengusap rambut Pavel dengan lembut. Sungguh surga dunia!
"Apa otak kalian masih terpasang atau bagaimana? Berani beraninya bermesraan didepan anak kecil seperti ini. " Vegas mendelik tak suka melihat adegan mesra yang tak sengaja ia lihat ketika ingin keluar menghampiri Pete. Sial!
Pete segera melepaskan pelukan Pavel dan duduk diatas sofa sebelah Pavel. Oh Pete sangat malu. Mukanya memerah kembali untuk kesekian kalinya hari ini.
Vegas menurunkan Venice yang berada di gendongannya. Kemudian berjalan sambil menuntun Venice kearah Pete. Sesampainya di sebelah Pete, Vegas melepaskan genggamannya dan mulai berjongkok menyamakan tingginya dengan Venice.
"Jaga papa ya. Daddy pulang dulu" Vegas mengusak rambut Venice lembut dan mulai melangkah keluar. Suasana hatinya hancur ketika melihat Pete bermesraan dengan Pavel. Ia memilih untuk pulang atau ke kantor bergumul dengan laporan dan dokumen lainnya yang ia tinggalkan pada Tem beberapa hari ini.
Pete tak tau apa yang salah dengan dirinya. Tapi sekarang ia malah mengikuti Vegas dan meninggalkan Pavel dan Venice didalam.
Pete mengantar Vegas sampai depan pintu. Pete berpikir keras apa sebaiknya yang ia katakan. Dia tak ingin menambah kesalahpahaman jika salah salah dalam berbicara.
"Eum.. Vegas" Vegas menoleh kebelakang melihat Pete. Satu alisnya terangkat menandakan ia menanggapi panggilan dari Pete.
"Aku akan berlibur. Tak tau kapan akan kembali. Sebaiknya kau habiskan waktumu dengan Us dan Siena. Jangan membuat kesalahan dan menyesal kembali. Hati hati" Pete berjalan kedalam rumah dan menutup pintu. Menyisakan Vegas yang bingung dengan perkataannya Pete. Kenapa dia harus menyesal?
-----
Us. Ini aku, Pete. Aku hanya ingin memberitahu, jika aku dan Venice akan pergi untuk beberapa hari kedepan. Selamat menikmati harimu. Kudoakan yang terbaik untukmu Us
Us membaca pesan yang masuk kedalam ponselnya. Matanya sedikit berair membaca pesan dari Pete. Dia merasa bersalah pernah melakukan hal jahat pada Pete. Tapi dia hanya berjuang untuk anaknya dan cintanya. Us ingin egois untuk terakhir kalinya.
-----
Beberapa hari berlalu dan tidak ada yang berubah. Us merasakan Vegas kembali ke kehidupan rutinnya sebelum Pete kembali. Setiap pagi Vegas akan berangkat ke kantor setelah sarapan bersama dan pulang pada malam hari. Kemudian mereka akan makan malam bersama. Namun kali ini sedikit berbeda, Vegas sudah tak pernah duduk menemani Siena untuk menonton acara kesayangannya setelah makan malam. Vegas akan naik ke ruang kerjanya dan mungkin melanjutkan pekerjaannya yang tersisa.
Beberapa kali Us mencoba untuk berbicara pada Vegas. Tapi Vegas selalu berkilah sedang sibuk. Us tak dapat membantah. Ia hanya mengangguk dan menyelesaikan percakapan mereka.
Namun hari ini, setelah 12 hari sejak Pete pergi, Us mencoba memberanikan diri. Ia tak mau menyia nyiakan kesempatan yang diberikan. Tubuhnya akhir akhir ini juga melemah. Jika sebelumnya ia melakukan cuci darah setiap 3 hari sekali. Sekarang menjadi 2 hari sekali. Dokter bilang penumpukan sampah dan racun didalam darahnya semakin banyak. Jika tak rutin dibersihkan akan sangat berbahaya bagi tubuhnya. Apalagi donor ginjal yang diharapkan belum ada.
Us akhir akhir ini juga merasakan pusing dan muntah berlebihan. Kadang dia hanya akan beristirahat seharian penuh dirumah. Badannya menolak untuk bekerja lebih banyak.
Us melihat jam yang masih menunjukkan pukul 7.30. Lima menit lagi seperti biasa Vegas akan turun untuk sarapan. Nasi goreng sederhana buatan Us kini tersaji dengan asap yang mengepul. Kopi panas, teh hangat dan satu susu juga tersaji diatas meja yang sama. Seperti yang Us bilang, Vegas turun dengan pakaian rapi untuk ke kantor. Us tersenyum melihat suaminya yang entah kenapa berkali lipat tampan hari ini.
Vegas menarik kursi dihadapan Us dan Siena yang sedang menyenandungkan twinkle little star. Siena bilang lagunya bagus karena sering mendengarnya dari Venice. Merekapun akhirnya makan dengan khidmat tanpa kendala apapun.
Vegas yang sudah selesai makan, berputar kearah Siena dan mengecup puncak kepala dan pipi bulatnya.
"Jaga rumah dan mommy dengan baik okey? "
"Siap Capt! " Siena meletakkan jarinya yang merapat diatas pelipisnya. Dia menirukan gaya bajak laut hormat pada atasannya, seperti tokoh yang ia tonton di kartun kesayangannya.
Vegas tersenyum dan melangkah keluar. Us kemudian mengusak rambut Siena gemas dan mengikuti Vegas dari belakang.
"Vegas" Us memegang ujung jas yang digunakan Vegas dan sedikit menariknya.
"Ya, ada apa? " Vegas berbalik kearah Us dan melihat Us yang sedikit gugup. Agak lama karena Us masih berkutat dengan pikirannya untuk menyusun kalimat yang baik tanpa terlihat memaksa.
"Apa masih lama? Aku sudah hampir telat. Kau bisa tel-"
"Ayo berkencan" Vegas tersentak mendengar ucapan Us. Dahinya mengerinyit heran. Ini pertama kali setelah mereka menikah Us meminta hal seperti ini.
"Us. Kita sudah sepakat untuk ti-"
"Hanya satu kali ini. Kumohon. Aku ingin menikmatinya, hanya kita berdua" Us menatap Vegas dengan tatapan memohon.
Vegas tetaplah Vegas. Manusia kasar dan oportunis. Tak akan mau melakukan hal yang tak menguntungkannya.
"Aku tidak bisa. Aku sibuk. Mintalah temanmu menemanimu untuk belanja dan sebagainya. Akan ku kirim uang yang cukup ke rekeningmu. " Vegas berjalan menuju mobilnya. Meninggalkan Us yang menangis karena sakit hati ditolak. Apa Vegas berpikir selama ini Us hanya menginginkan uangnya? Us sama sekali tak menyangka jika Vegas memiliki pikiran seperti itu.
Namun Us tak menyerah kali ini. Bisa jadi hari ini hari terakhir ia hidup. Setidaknya berkencan sebelum mati sedikit membuatnya bahagia.
Us berlari kehadapan mobil Vegas yang sudah menyala. Tangannya terentang menghadang si pemilik mobil untuk pergi. Vegas kesal melihat Us yang keras kepala hari ini.
"Bisakah kau minggir? Atau kau mau ditabrak?" Vegas mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil dan melihat Us dengan kesal.
Us kemudian berlutut didepan mobil. Matanya menatap Vegas dengan sendu.
"Kumohon Vegas. Untuk terakhir kali"
-----
Vegas berjalan mondar mandir didepan sebuah ruang tindakan. Raut wajahnya terlihat sangat panik dan khawatir. Begitu banyak pikiran buruk yang berlalu lalang diotaknya. Tangannya yang membopong Us hingga kerumah sakit saat ini masih bergetar hebat. Berkali kali dia mengatur napasnya agar tidak semakin panik.
Dia sudah menghubungi Jen mengenai Us dan menginformasikan agar tak membawa Siena ke rumah sakit terlebih dahulu. Vegas sudah menelpon orang tuanya dan orang tua Us mengenai kondisi Us saat ini. Namun karena dua pasang orang tua tersebut sekarang sedang mengurus pekerjaan mereka diluar negri, jadilah Vegas hanya sendiri disini.
Pagi ini setelah percekcokan antara dia dan Us mengenai permohonan Us, Vegas menyetujui untuk berkencan. Dan itu karena Vegas melihat Siena yang melihat mereka dari dalam rumah. Wajah Siena tampak bingung melihat mommynya yang menundukkan wajah didepan daddynya. Sehingga Vegas mengalah dan mengikuti kemauan Us.
Namun setelah makan malam sebagai penutup kencan mereka hari ini, Us merasakan tubuhnya menjadi lemah. Pandangannya berkunang dan sesaat kemudian ambruk keatas lantai. Menyebabkan pekikan bagi beberapa orang yang melihatnya. Vegas segera membawa Us ke mobilnya dan menuju rumah sakit medical centre.
Sudah satu jam sejak Us masuk keruang tindakan dan dokter belum keluar dari sana. Vegas semakin ketakutan. Apa yang terjadi dengan Us?
Vegas menolehkan kepalanya ketika seorang dokter keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri dirinya.
"Malam Khun Vegas. Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap kondisi Khun Us. Karena komplikasi yang dimilikinya saat ini membuat dirinya semakin lemah. Kami sudah mengecek kembali fungsi ginjal Khun Us, dan hasilnya sangat tidak baik. Saat ini Khun Us kami nyatakan koma. Kita harus menunggu donor ginjal agar dapat segera dilakukan operasi" Vegas terkejut. Dia termangu didepan ruangan. Bahkan setelah dokter tersebut pergi Vegas masih berdiam disana.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
-----
Vegas menatap tubuh Us yang terbaring diatas kasur rumah sakit. Ada perasaan bersalah melihat tubuh kurus itu terbaring tak berdaya disana. Apa ini arti kata terakhir kali yang diucapkan Us padanya hari ini? Bahkan dia masih sempat menolak untuk membahagiakan Us untuk terakhir kalinya. Vegas merasa dirinya sangat bodoh! Ia sangat mengasihani Us yang mendapatkan suami bodoh seperti dirinya.
Perasaan bersalah Vegas semakin dalam ketika mengingat beberapa hari terakhir dirinya hanya memikirkan Pete dan Venice saja. Bahkan hampir lupa jika Us sedang dalam kondisi yang tidak baik. Vegas juga merasa bersalah pada Siena. Ketika Vegas menjadi pemurung setelah Pete dan Venice pergi, Vegas tak lagi bermain dengan Siena dan hanya berkutat dengan segala pekerjaannya.
Vegas mengusap wajahnya kasar karena frustasi. Dia tak tau harus bagaimana. Dia sendiri disini. Orang tua mereka baru dapat terbang besok siang karena tak ada penerbangan ke bangkok malam ini dan besok pagi.
Vegas berdoa. Semoga Us bangun dan ia berjanji akan menyiapkan makan malam romantis untuk mereka berdua. Dia tak akan menyia nyiakan kesempatan jika Tuhan mengabulkannya.
-----
Pete berlari dilorong rumah sakit. Setelah mendapat kabar Us koma dirumah sakit dari Tankhun. Pete mendesak Pavel untuk segera pulang ke bangkok. Pete membujuk Pavel berkali kali karena Pavel menolak untuk kembali. Pertama kali sejak mereka mengenal, Pavel menolak keinginan Pete. Pavel beralasan jika Pete tak harus disana. Us bukan orang yang harus dikasihani. Us merupakan sumber masalah dalam hubungan Pete dan Vegas. Tapi Pete sudah berjanji akan melepas Us dengan baik. Jadi dia harus kerumah sakit sekarang juga.
Pavel akhirnya menyerah. Melihat Pete yang mendiamkannya berjam jam membuat Pavel menuruti keinginannya kembali ke Bangkok. Pavel tak mengerti dengan jalan pikiran Pete. Pavel sangat yakin jika Pete adalah manusia dan bukan malaikat. Bagaimana bisa dia begitu baik?
Pete membuka pintu kamar VVIP tempat Us dirawat. Pete melihat Vegas yang sedang tertidur dengan memeluk Siena.
Setelah semalaman Siena menangis mencari daddy dan mommynya, akhirnya Jen meminta izin membawa Siena kerumah sakit pada Vegas. Vegas awalnya menolak dengan keras. Apa yang harus ia katakan pada Siena jika melihat mommynya yang tidur tak sadarkan diri diranjang rumah sakit? Apalagi banyak alat bantu yang terpasang pada tubuh Us membuatnya semakin terlihat menyedihkan. Tapi Siena tetap menangis semalam suntuk dan tak mau berhenti. Jadilah pagi ini Jen mengantar Siena kerumah sakit.
Siena histeris dan menangis melihat mommynya tertidur dengan banyak selang ditubuhnya. Tangan kecilnya mengguncang tubuh Us sekuatnya agar bangun. Suara Siena yang sudah parau meneriaki Us agar bangun dari tidurnya. Vegas ikut menangis melihat Siena yang memeluk kaki Us erat. Vegas tak sanggup melihat putri kesayangannya seperti ini. Vegas merengkuh Siena dan menggendongnya. Siena meronta ronta dalam gendongannya ingin dilepas. Siena ingin disebelah Us, Siena ingin didekat ibunya. Vegas semakin memeluk erat Siena dalam gendongannya. Menepuk ringan punggung Siena ketika gerakannya mulai melemah. Siena sepertinya kehabisan tenaga setelah menangis berkepanjangan. Vegas menidurkan Siena diatas kasur ekstra dalam ruangan tersebut dan menidurkannya. Vegas ikut tertidur karena juga merasakan lelah ditubuhnya.
Pete perlahan masuk. Ia mendekati ranjang Us dan menatapnya nanar. Pete mengusap kepala Us dan menggenggam tangannya. Memberikan senyuman dan mengusap tangan Us.
"Us. Aku awalnya sangat membencimu. Sangat benci. Tapi pernah satu kali aku menyukaimu karena mau merawatku hari itu. Namun setelah itu aku kembali membencimu. Hingga pertemuan kita kemarin, aku merasa sangat kasihan padamu. Melihat dirimu berjuang seorang diri membuatku melihat ada diriku disana yang juga pernah berjuang seorang diri. Kuharap ada keajaiban tuhan yang datang padamu Us. Bertahanlah sampai saatnya tiba." Pete melepaskan tangannya dan berjalan keluar ruangan.
-----
Vegas menatap Pete yang sibuk dengan beberapa makanan di pantry kamar Us. Setelah keluar tadi, Pete berpikir Vegas dan Siena belum makan sama sekali. Jadi dia memilih membeli makanan dulu sebelum menjemput Venice ketempat Pavel.
Pete menyajikan nasi dan beberapa hidangan untuk disantap oleh Vegas dan Siena. Siena masih tertidur dan Vegas tak tega membangunkannya. Tapi Pete pikir sekarang sudah hampir siang dan Siena harus makan. Pete kemudian berjalan mendekati Siena dan membangunkannya.
"Sayang. Ayo bangun. Kita makan dulu" Pete mengusap kepala Siena yang sedikit berkeringat.merapikan rambutnya yang menutupi wajahnya. Siena menggeliat. Perlahan matanya terbuka dan mengerjap dengan cepat. Siena duduk diatas kasur sambil menggosok matanya yang terasa sedikit gatal. Siena melihat Pete yang tersenyum padanya. Tapi Siena malah kembali menangis ketika mengingat mommynya masih tidur dikasur lain. Vegas segera menghentikan makannya dan berlari menuju Siena.
"Makanlah. Biar aku yang mengurus Siena" Pete mendorong Vegas menjauh kembali ke meja makan. Pete mengangkat tubuh Siena yang menangis kepangkuannya setelah duduk diatas kasur yang sama dengan Siena. Pete mengelus elus punggung Siena dengan lembut. Menyanyikan lagu twinkle little star dengan nada yang lembut. Perlahan isakan Siena mereda. Pete kemudian menarik Siena dari pelukannya dan menatap putri kecil itu.
"Siena, kita makan ya? Paman suapi, mau? " Pete menggendong Siena menuju meja makan ketika mendapat anggukan dari Siena. Pete mengambil kursi disebrang Vegas dan mendudukan dirinya diatas kursi dan Siena diatas pangkuannya. Siena menyenderkan tubuhnya yang lemas dan lelah ketubuh Pete. Pete mengusap kepala Siena dengan lembut dan mulai menyendok nasi dan lauk untuk dimakan Siena.
"Pete, terimakasih" Vegas menatap Pete yang menyuapi Siena. Vegas merasa beruntung Pete disini hari ini. Vegas merasa dia masih sangat kacau dan bingung dengan semua kejadian yang baru saja terjadi. Bahkan untuk mengurus dirinya sendiri saja ia lupa. Pete hanya mengangguk dan terus menyuapi Siena.
-----
Sudah 3 hari Us dirawat. Dan setiap hari juga Pete kerumah sakit. Dia tak tega meninggalkan Vegas sendiri dan mengurus Siena. Apalagi Vegas tidak dalam kondisi primanya. Pete takut Vegas tak mengurus Siena dengan baik. Pete hanya sendiri, dia tak berani membawa Venice kerumah sakit. Dia takut Venice terserang penyakit jika dibawa kerumah sakit terlalu sering. Jadi ia sering menitipkan Venice pada Porsche sampai Pete menjemputnya.
Pete memasuki ruang kamar Us. Matanya berkeliling mencari orang didalam ruangan. Matanya menangkapan Siena yang tertidur pulas diatas kasur seorang diri. Pete melangkah kedalam dan mulai mengelilingi ruangan tersebut. Tak ada tanda tanda Vegas. Mungkin Vegas sedang membeli makanan atau keperluan lainnya pikir Pete. Pete memilih menaruh tasnya dan membereskan beberapa bungkus makanan yang berserakan. Membuangnya ketempat sampah dan kembali mendekati Siena yang tampaknya sudah bangun. Pete berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya. Kemudian menggendong Siena dan menyuapinya makan.
Pete kasihan melihat Siena. Anak sekecil ini bisa saja kehilangan salah satu orang tuanya. Pete mengusap rambut Siena dengan sayang. Tak terasa ia menangis melihat Siena yang masih murung dan tak bergairah. Pete memeluk Siena. Dia tak mau tangisannya dilihat oleh Siena.
-----
Sudah malam dan Vegas belum kembali. Pete menekan nekan ponselnya dengan kesal karena Vegas tidak mengangkat telpon darinya. Ini sudah yang ke 61 kali Pete menelpon dan masih tidak diangkat. Pete harus menjemput Venice dari siang tadi, tapi dia tak bisa meninggalkan Siena sendirian disini. Pete juga belum melihat orang tua Vegas dan orang tua Us berkunjung dari pagi. Hal itu membuat Pete sedikit kesal. Kemana mereka saat anaknya terbaring disini?!
Pete akhirnya menelpon Porsche dan mengatakan ia tak bisa menjemput Venice malam ini dan meminta Porsche menjaganya untuk malam ini. Pete mengatakan Vegas menghilang dari pagi dan sampai sekarang belum kembali. Porsche mengerti dan menyuruh Pete menemani Siena malam ini dirumah sakit.
Pete merebahkan dirinya disebelah Siena yang sudah tertidur dari tadi. Tangannya menepuk nepuk pelan pantat Siena. Pete mengutuk Vegas dalam pikirannya. Bisa bisanya Vegas saat ini kabur meninggalkan anak dan istrinya disini. Dasar bajingan!
Komentar
Posting Komentar