VEGASPETE - AGREEMENT - 16

 Aku menyesap rokok ke tigaku malam ini. Pikiranku melayang mengingat kejadian siang tadi dibandara. Dimana aku kesana untuk menjemput Macau yang baru saja menyelesaikan studi S2nya di Imperial College. Tak kusangka aku menemukan seseorang yang selama ini kucari.

Setelah lima tahun aku kembali melihat wajahnya. Bukan dari foto, tapi secara nyata. Saat pertama kali melihatnya hari ini, aku sangat ingin memegang tangannya dan menariknya kedalam pelukanku. Aku sangat merindukannya. Sangat sangat rindu.

Tapi mengingat dia pergi meninggalkanku dan keluar bersama dokter itu, membuat hatiku sakit. Emosiku yang sudah lama stabil kembali memuncak. Aku melayangkan pukulan kuatku kearah tiang penyangga sehingga menyebabkan sendi tanganku terluka. Tangisan ketakutan Siena sukses membuatku menurunkan emosiku. Aku mendekap tubuh Siena erat dan mengusap punggungnya sambil memohon maaf.

Ternyata kecurigaanku selama ini benar. Mereka telah berselingkuh dan juga mempunyai seorang anak. Kukira aku salah selama ini menuduhnya sudah berselingkuh. Aku menggelengkan kepalaku heran. Dia berlagak sok suci dengan menuduhku berselingkuh. Tapi apa? Dia juga sama.

Tok Tok Tok

"Ya, masuk" sahutku saat mendengar ketukan dari pintu ruang kerjaku.

Aku memutar tubuhku untuk melihat siapa yang masuk keruanganku. Aku menunjuk sofa dengan dagu mengisyaratkan agar Us dapat duduk disana. Aku berjalan kearah sofa yang bersebrangan dengan Us dan mendudukinya.

"Ada apa Us? " aku menatap wajahnya yang sedikit tirus saat ini. Namun masih cantik seperti biasa.

"Hmm begini. Porsche mengundangku menghadiri acara pernikahan temannya. Dan kau tau aku tak bisa menolaknya karena kami baru saja bekerjasama menyelesaikan runway boutiquenya bulan lalu. Aku... ingin mengajakmu pergi bersamaku. Apa kau bisa? " Us memainkan ujung kemejanya dan menatapku penuh harap.

Aku terdiam cukup lama. Aku bingung harus menerima tawarannya atau tidak. Pasalnya sejak aku dan Pete bercerai mereka juga seperti memusuhiku. Aku tidak tau apa Pete menceritakan perihal hubungan kita atau tidak. Namun jika Porsche belum menggunakan tinjunya sepertinya Pete tak menceritakan apa apa.

"Vegas. Kau tau aku tak bisa kesana sendiri. Temani aku kali ini. Kumohon" Us menautkan alisnya sedih. Aku kasihan padanya. Akhirnya aku mengangguk setuju untuk pergi menemaninya.

"Terimakasih" Us tersenyum bahagia, ia berjalan kearahku dan mengecup pipiku. Tak masalah bukan. Ia istriku sekarang.

"Ayo makan. Kasihan Siena pasti sudah kelaparan" ucapku. Aku berjalan mendahului Us dan keluar dari ruang kerjaku. Sudah pukul 8 malam. Aku tak mau Siena merengek karena orang tuanya belum turun untuk makan.

-----

Suara dentingan sendok dan garpu memenuhi ruang makan keluarga Teerapanyakul. Tak ada satupun yang bicara dan fokus dengan makanan masing masing. Table manner. Jika tidak terlalu penting sebaiknya tidak bersuara.

Beberapa saat kemudian setelah semua anggota keluarga menyelesaikan makan malam, mereka menuju keruang keluarga yang bersebelahan dengan ruang makan. Tayangan film kartun yang terputar membuat mata Siena terpaku dan fokus dengan yang dilihatnya. Sesekali ia bersorak ketika Dora menanyakan apa yang harus dia pilih untuk mendaki gunung bersalju. Gelak tawanya juga mengisi seluruh ruangan ketika Boots tak sengaja tergelincir karena salju yang licin.

Vegas dan Us hanya mengamati gadis kecil mereka yang terlihat sangat hiperaktif. Senyum tipis terpatri dibibir mereka masing masing.

"Siena, lusa apa kau mau ikut pergi ke pesta bersama Daddy dan Mommy? "
Us menginterupsi kegiatan Siena yang sedang loncat kegirangan ketika Dora mengikuti saran yang ia teriakan. Siena melihat mommy nya yang berada dibelakang tubuhnya.

"Pesta? Apa pestanya seru? Kalau tidak aku tidak mau ikut" Siena menggelengkan kepalanya lucu. Sangat mirip Vegas. Dia hanya tertarik jika hal tersebut memiliki impact pada dirinya.

"Mommy juga tidak yakin. Tapi setelah dari pesta mommy akan membelikanmu mainan? Bagaimana?" tawar Us. Dia menaik turunkan alisnya merayu Siena. Siena meletakkan Telunjuk kecilnya di pelipis dan membuat gerakan seperti berpikir.

"5 mainan? " Siena mengangkat kelima jarinya keudara. Oho.. Anak pintar. Siena mengajukan angka yang besar dalam penawaran. Apa dia sungguh anak yang berumur 4 tahun?

"Satu saja sayang, mainanmu sudah banyak"

"Tidak, aku mau 5, kalau tidak aku akan tinggal dan bermain dengan Jen nanny. " Siena mengerucutkan bibirnya. Dan berbalik melihat tayangan kartunnya kembali.

"Sudah kubilang. Jangan menawarkan hal yang membuat kepalamu sakit Us" Vegas terkekeh melihat Us yang menghela napas berat, jarinya mengurut pelipisnya yang mulai pusing.

"Kau pikir sifat siapa yang dituruninya? Pribadi yang selalu mencari keuntungan" Us menatap tajam pria disampingnya. Vegas hanya mengangkat bahunya acuh menanggapi pernyataan Us.

"Baiklah. Daddy akan belikan dua. Sebelum pesta. Bagaimana? "

Siena segera memutar tubuhnya dan mengacungkan jempolnya pada Vegas. Vegas tertawa melihat Us yang menggelengkan kepalanya heran.

"Kau harus pintar dalam tawar menawar Us" Vegas kemudian berdiri dan melangkah menuju ruang kerjanya. Masih banyak pekerjaan yang harus dia urus. Tak ada waktu bersantai seperti ini.

-----

Pete menepuk pantat Venice ringan dan berulang. Bibirnya menyenandungkan lullaby kesukaan anaknya. Twinkle little star. Pete menatap wajah Venice yang mulai terpejam dan masuk kealam mimpinya.

Pete terdiam.

Melihat putranya tidur seperti ini yang hanya ditemani oleh dirinya membuatnya kasihan. Rasa bersalah menelusup ke dalam hatinya. Karena keegoisannya Venice tidak memiliki orang tua yang lengkap. Seharusnya ia tak pergi hari itu. Seharusnya ia tetap disini dan memberitahukan Vegas mengenai kehamilannya.

Pete tertawa lirih

Bagaimana bisa ia memberitahu Vegas tentang kehamilannya setelah semua yang Vegas lakukan terhadapnya. Bagaimana jika Vegas kembali menolak dan menuduh Pete yang tidak tidak. Saat pertama kali mengetahui dirinya mengandung anak Vegas -lagi- pun dia menjadi sangat stres. Tak terlintas dibenaknya bahwa takdir akan mengikat dirinya dan Vegas seerat ini. Andai dia tak mengandung Venice mungkin bebannya akan jauh lebih ringan. Namun Pete juga tak berniat menggugurkannya. Venice satu satunya yang ia miliki sekarang. Dia tak punya keluarga, kerabat bahkan saudara. Setidaknya dia mampu bertahan dan kuat hingga sekarang karena ada Venice disisinya.

Pete mengingat pertemuannya dengan Vegas hari ini. Vegas sedang mengendong putri kecilnya. Pete sedikit iri melihat anak tersebut yang mendapat kasih sayang dari Vegas. Bagaimana dengan Venice? Apakah dia tak berhak merasakan hal yang sama? Tapi Pete tak setega itu untuk merusak keluarga putri kecil tersebut.

Pete memeluk Venice erat. Mengusap punggung malaikat kecilnya lembut.

"Tak apa nak. Venice memiliki papa disini. Papa akan selalu menjaga dan melindungimu. Venice harus tau kalau papa akan seribu kali lebih kuat dibanding orang tua lainnya. " Suara Pete mulai bergetar. Pete menangis. Ia tak kuasa menahan tangisnya ketika mengingat anaknya harus berkorban demi keluarga lain.

"Venice, berjanjilah dengan papa. Jangan pernah cemburu pada anak lain. Jangan membenci daddymu. Kau harus selalu berbuat baik okey? " Pete mengecup kening Venice lama bersamaan dengan air matanya yang jatuh membasahi bantal. Pete menyalurkan rasa sayangnya yang begitu dalam.

Tak apa

Anaknya kuat

Venice seribu kali lebih kuat

Tak apa sayang..

-----

Pete menatap pakaian yang dikirimkan oleh Porsche untuk ia pakai hari ini. Ia tak habis pikir dengan otak temannya satu ini. Lihat saja. Dia memberikan pakaian yang menurut Pete sangat terbuka. Sebuah celana kulit yang sepertinya cukup ketat dan kemeja hitam dengan rumbai diujung lengannya. Jika pakaian ini dilihat dari depan akan terlihat normal. Tapi bagaimana dengan bagian belakangnya. Kemeja hitam tersebut memiliki bagian belakang yang tembus pandang dari kain brokat sehingga beberapa part memiliki desain bunga. Apa dia gila?

Porsche memberikan baju yang senada untukku dan Venice. Baju Venice sangat aman dan lucu jika diliat liat. Celananya memiliki tali yang akan dikaitkan melalui bahunya. Tak lupa satu topi fedora untuk melengkapi gayanya. Secarik kertas Pete temukan didalam lipatan baju Venice.

Aku tau kau akan mengata-ngatai ku ketika melihat pakaian yang kukirim. Tapi percayalah Pete, itu sangat cocok untukmu. Itu tidak akan terlalu menggoda. Juga itu satu satu pakaian yang bisa senada dengan pakaian Venice. Jangan marah okey? Aku mencintai kalian ❤

Pete menghela napas kasar. Kenapa hidupnya tak bisa normal satu hari pun sejak tinggal disini?

Pete kemudian memanggil Venice yang sibuk dengan dino kesayangannya diruang tengah. Venice berguman menyauti Pete dan berjalan sambil memeluk dinonya.

"Ada apa pa? " Venice duduk dipinggiran kasur dan mulai menggoyangkan kakinya. Mulutnya mencuat dengan mengeluarkan bunyi seperti udara yang dilewati pesawat dan menerbangkan dinonya secara zig zag.

"Ayo bersiap. Kita akan ke pesta" Pete mulai mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak. Jarinya mulai membuka satu per satu kancing kemeja yang Venice pakai.

Beberapa saat kemudian Venice selesai dengan pakaiannya. Ia melihat tubuhnya dicermin dan berputar.

"Papa. Kemejaku kusut disini. Tidak bagus" Pete berjalan kearah Venice dan merunduk melihat kemeja sang anak. Melihat bagian pinggang sebelah kanan yang kusut.

"Itu  tidak akan terlihat sayang. Kau sudah terlihat sangat tampan" Pete mengusap usap kemeja tersebut agar menjadi lurus. Satu satunya sifat Vegas yang ia turuni. Perfeksionis.

"Tapi tidak bagus. Hiks.. " mata Venice mulai berkaca kaca. Ia ingin kemeja yang rapi.

"Baik baik. Papa setrikakan ya sayang. Jangan menangis" Pete mengusap pipi Venice lembut. Pete kembali melepas kemeja Venice dan mulai berjalan menuju wardrobe.

-----

Aku melihat sekeliling aula pernikahan. Mengamati setiap dekorasi yang menempel menghiasi aula tersebut. Tidak buruk. Ini cukup untuk sebuah pernikahan.

Badanku tiba tiba ditarik oleh Us. Wajahnya masih tampak pucat meski sudah ditimpal dengan make up yang ia gunakan.

"Kau tak apa? Apa kita pulang saja? " aku menatap Us sedikit khawatir. Genggaman tangannya pada lenganku semakin erat.

"Tunggu sebentar. Biar seperti ini dulu" Ujar Us sambil menetralkan napasnya. Aku membalas genggaman tangan Us.

Kami berdiri sekitar 10 menit. Us tampaknya sudah sedikit baik. Dia menggoyangkan tanganku agar melanjutkan perjalanan.

Kami sampai dihadapan Pol dan Arm. Memberikan ucapan selamat dan pelukan -tentu saja hanya Us. Mereka menatapku datar saat berada dihadapan mereka. Ucapan selamatku pun hanya dibalas anggukan ringan.

Tak masalah. Selama mereka tak mengganggu hidupku bagiku tak apa. Kami kemudian berjalan kesalah satu meja. Aku menyuruh Us untuk duduk disana dan pergi mengambil makanan bersama Siena.

Brukk

Aku sedikit terhuyung kebelakang ketika seorang anak menabrak kakiku dan jatuh terduduk. Dia tampak terkejut dan bibirnya mulai mencebik. Matanya mulai berair dan terisak. Wajahnya sangat familiar. Aku berjongkok menyamakan tinggiku dan anak itu.

"It's okey, it's okey. Kau tidak apa apa?" aku mengusap kepalanya untuk mencoba menenangkan anak itu. Aku tersenyum dan mengangkat tubuh anak itu agar berdiri.

"Siapa namamu hm? " aku menarik Siena yang berdiri dibelakangku mendekat dan memeluknya dari samping. Siena menatap anak lelaki dihadapannya dengan antusias. Dia sangat suka melihat anak sepantarannya disekitarnya. Dia sangat suka bergaul.

"A.. Aku.. Mmm" anak itu berguman. Bibirnya masih bergetar menahan tangisan. Apa wajahku seseram itu? Aku terkekeh melihatnya. Wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Bahkan caranya ingin menangis seperti ini sama persis.

"It's okey baby. Aku tak marah. Kalau begitu Siena saja yang memperkenalkan diri. Ayo jagoan. Perkenalkan dirimu pada teman baru" Siena segera mengambil posisi dihadapan anak kecil itu. Tangannya terulur ingin berjabat tangan. Namun anak itu masih diam dengan memainkan jari jari gemuknya. Siena akhirnya mengambil tangannya dan berjabat tangan.

"Aku Siena. Siena Whicapas Teerapanyakul. Siapa namamu? " Siena tersenyum lebar ke arah anak kecil itu. Anak kecil itu mulai terdiam. Dia sudah tak menangis lagi.

"Aku.. Aku Venice. Venice Jakapan Puttha" aku terdiam. Jakapan Puttha. Dia putra Pete.

Tunggu. Tapi kenapa Jakapan Puttha? Kenapa bukan Phoom? Apa Pete memiliki seorang istri?

"Venice! Venice! Venice! " Suara itu meneriakkan nama anak ini seperti sedang mencarinya. Suara yang selalu kurindukan. Aku kemudian berdiri dan merapikan jasku yang sedikit terlipat. Sebuah langkah kaki terburu buru terdengar dari arah belakangku.

"Astaga! Kau disini rupanya. Kemana saja hm? Papa khawatir" Pete berjalan melewatiku dan berjongkok melihat putranya. Tangannya menakup wajah anak itu dan membelai pipinya. Bajunya sedikit mengejutkanku. Punggung mulusnya seperti sengaja dan tidak disengaja diperlihatkan dibawah kain transparan itu. Dan itu sangat... Seksi. Aku meneguk ludahku kasar. Sialan! Kenapa otak mesumku tidak mengenal situasi seperti ini! Aku memejamkan mataku menahan libido ku yang mulai naik. Menghembuskan dan menghirup napasku secara bergantian untuk mengontrol diriku.

"Hai Pete. Lama tidak bertemu"

-----

Gerakanku terhenti. Jantungku berhenti berdetak sepersekian detik ketika mendengar suara itu lagi. Suara yang pemiliknya sedari tadi aku hindari ketika mataku tak sengaja melihatnya masuk ke aula sore ini. Aku memeluk Venice dan mengangkatnya. Aku ingin pergi namun lenganku ditahan oleh tangannya. Aku tak berani untuk berbalik. Sedikit rasa takut masih terselip dihatiku.

Tapi aku bukan Pete yang dulu. Aku bukan pria lemah lagi. Beberapa tahun kebelakang aku mengambil kursus bela diri di kota Venice. Aku adalah seorang papa tunggal. Jadi aku harus mampu melindungi anakku dengan tanganku sendiri. Cepat atau lambat aku akan bertemu dengannya. Aku harus menguatkan diriku kali ini.

"Kenapa? Sebaiknya ada hal penting yang ingin kau bicarakan atau kau membuang buang waktu berhargaku" aku berbalik dan menatap matanya. Ekspresinya terlihat sendu dengan senyum tipis yang ia berikan.

"Siena, bisakah mengajak Venice bermain sebentar? Daddy ingin bicara hal penting dengan paman ini" Vegas melihat anaknya yang sibuk membuat lingkaran dilantai dengan sepatunya.

"Okey Dad! " gadis kecil yang dipanggil Siena itu berjalan kearahku dan menarik ujung bajuku. Aku melihatnya begitu juga dengan Venice yang merasa ada gerakan dibawah kakinya.

"Paman apa aku boleh mengajak Venice bermain? " Siena menengadahkan kepalanya menatapku sambil tersenyum manis. Aku menatap Vegas dengan tajam. Dia tau aku tak mungkin menolak, apalagi seorang anak kecil yang memintaku. Aku menghembuskan napas kasar dan berjongkok menurunkan Venice. Aku tersenyum dan mengusap rambutnya sambil menganggukan kepala.

"Terimakasih paman. Venice, ayo bermain! Aku memiliki 2 dino baru. Kau harus melihatnya! " Siena mengambil tangan Venice dan menautkan jari mereka. Anak anak itu kemudian berlari meninggalku dengan Vegas. Aku melihat kearah anak anak itu berlari dan berdiri tegak. Aku memasang wajah datar sambil menyilangkan tangan didepan dada.

Mataku melirik Vegas yang mulai melepaskan jasnya. Jas itu ia sampirkan dibahuku.

"Bajumu terlalu terbuka. Kau mengundang banyak mata yang menatapmu lapar, Pete" aku berdecak sebal. Apa pedulinya?! Aku melepas jas tersebut namun ditahan oleh Vegas. Matanya menatapku memohon. Aku kembali berdecak dan membiarkan jas itu tersampir dibahuku.

"Venice itu anakmu? " Vegas mulai bertanya. Aku mengangguk singkat. Aku tak suka dia menanyai Venice.

"Dia anak yang lucu. Sangat mirip denganmu. Kau kesini bersama istrimu? " aku memutar bola mataku malas. Kenapa dia malah menggali informasiku!

"Tidak. Aku tidak memiliki istri" aku tak nyaman. Ingin segera pergi dari sini.

"Tidak? Apa kau yang melahirkannya? " Vegas memutar tubuhku kearahnya. Pandangannya menyelidik kearahku.

"Ck! Ada apa denganmu?! Itu kehidupan pribadiku! Jangan mencampurinya lagi. Kita sudah tak memiliki hubungan Vegas" aku menatapnya marah. Kuhempaskan tangannya yang masih bertengger dibahuku. Ah! Aku benci dirinya!

"Tidak! Aku harus tau tentang anak itu. Tak mungkin kau melahirkannya tapi memberikan nama keluargamu dibekang namanya! Katakan padaku Pete. Katakan! Dia anak siapa?! Apa dia anakku?! Atau Pavel?! Kau memiliki istri atau tidak?! Jawab aku! Apa kau menjalin hubungan dengan Pavel huh? Jadi dugaanku selama ini benar kau berselingkuh dengannya! " tangannya kembali terangkat dan menaruhnya dibahuku. Tubuhku diguncang dengan kuat. Matanya tak lagi bersahabat saat menatapku. Mata merahnya menatapku nyalang. Dia sangat emosi sepertinya.

Plakk

Aku menampar Vegas kuat. Emosiku meledak begitu saja mendengar spekulasi spekulasi dari mulutnya. Wajahku memerah padam menahan kesal. Dadaku naik turun dengan cepat

"Itu sama sekali bukan urusanmu Tuan Teerapanyakul! Jangan terlalu percaya diri mengaitkan semua hal dengan dirimu. Duniaku bukan seputaranmu saja! Jaga sopan santunmu. Kita adalah orang asing sekarang. " aku menjatuhkan jas yang tersampir dibahuku dan meninggalkan Vegas yang masih terkejut sambil memegangi pipinya.

-----

Aku menatap kosong kearah jalan dari dalam mobil. Suasana hatiku menjadi buruk saat bertemu dan berbicara dengan Vegas tadi. Aku sangat marah. Dia bahkan menanyai asal usul Venice. Kenapa? Apa dia mau merebut Venice dariku? Bajingan itu! Tak akan kubiarkan! Persetan jika dia adalah daddynya! Tanganku terkepal erat. Arrgghh!! Aku benci dirinya!

"Are you okey Pete? Kau bisa bercerita padaku jika ada yang mengganggu pikiranmu" Pavel mengusap kepalaku sambil tetap fokus pada jalanan didepannya. Hatiku sedikit nyaman dengan belaiannya. Emosiku sedikit reda. Aku memutar kepalaku kearahnya dan menggeleng kecil sambil tersenyum.

"Aku tak apa. Hanya memikirkan pekerjaan. "

"Baiklah. Kau mau langsung pulang atau ingin kemana dulu? Biarku antar"

Aku melihat kebelakang dan mendapati Venice yang sudah pulas dikursi bayinya. Aku ingin berbelanja keperluan kami sebenarnya. Tapi ya sudahlah. Sepertinya kita harus pulang.

"Aku mau pulang saja" aku melihat Pavel yang masih menunggu jawabanku. Pavel mengangguk ringan dan tersenyum padaku. Aku sepertinya juga harus tidur setelah ini. Aku sangat lelah. Aku ingin melupakan kejadian hari ini.

-----

Aku mengingat ketika Vegas berbincang dengan Pete sore ini di pesta pernikahan. Aku tak menyangka dia akan datang secepat ini. Aku takut Vegas akan pergi meninggalkanku. Tak bisakah dia pergi untuk beberapa bulan lagi? Aku hanya ingin menikmati kehidupan yang kumiliki sekarang.

Setelah semua perjuanganku mendapatkan Vegas. Aku tau Vegas terpaksa menikahiku karena aku memberitahu Tuan dan Nyonya Teerapanyakul mengenai kandunganku. Mereka memarahi Vegas habis habisan saat itu dan menyuruh Vegas menyetujui dokumen perceraian yang selalu dikirim oleh Pete padanya. Pete bahkan mengirimkan dokumen tersebut ke rumah Tuan dan Nyonya Teerapanyakul. Awalnya mereka bertanya tanya apa yang terjadi dengan rumah tangga Vegas dan Pete. Kenapa Pete seperti sangat menginginkan perceraian tersebut. Tapi setelah mengetahui keadaanku mereka sedih. Mereka sangat merasa bersalah pada Pete dan orangtuanya. Mereka sangat terpukul mendengar keadaan Pete yang diakibatkan oleh anak mereka sendiri. Menantunya yang malang, menantu kesayangan yang jatuh ketangan anaknya yang bajingan.

Aku sedikit merasa bersalah dan iri melihat betapa besarnya rasa sayang yang diberikan oleh orangtua Vegas pada Pete. Apa setelah ini mereka bisa menyayangiku seperti mereka menyayangi Pete? Setitik air mata jatuh kepunggung tanganku. Tanganku buru buru mengusap mataku kasar agar tidak ada lagi air mata yang jatuh.

Aku menatap Vegas yang masih terdiam dengan kemudi ditangannya. Sepertinya ia banyak berpikir setelah bertemu dengan Pete tadi.

"Vegas.. kau tak apa? " aku mencubit lengan baju yang Vegas gunakan. Dia bergumam mengisyaratkan dia tak apa. Wajahnya terlihat masih mengeras. Dia tampak akan meledak jika diganggu. Akhirnya aku hanya mengangguk dan memilih menatap keluar jendela.

-----

"Cari tau mengenai Pete beserta anaknya. Siapa anak itu, siapa ibunya atau siapa ayahnya. Aku ingin informasi ini secepat mungkin"

"Baik Khun. Akan saya kabari secepatnya"

Pip

Aku mematikan ponselku. Aku harus memastikan ini. Aku harus tau siapa orang tua anak itu. Aku akan menyingkirkannya dan anak itu jika dia menjadi penghalang untukku kembali bersama Pete.

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞