FORTPEAT - RARE SPECIES - 9

Pria kecil yang masih mengenakan jas formalnya tampak berjalan bolak balik disisi ranjang yang berisikan seorang pemuda dengan mata terpejam. Raut khawatir serta ibu jari yang digigit memperlihatkan jika pemuda itu sedang tak sabar menunggu pemuda yang terbaring itu untuk bangun.

Sudah empat jam lamanya Peat pingsan dan belum juga menampakan tanda tanda akan bangun. Noeul sudah memeriksa Peat sesuai dengan keilmuan miliknya dan tak menemukan masalah apapun selain inflamasi dipergelangan tangannya. Suhu tubuh Peat normal dan tekanan darahnya stabil. Laju pernapasannya normal dan denyut nadinya juga menunjukan laju yang normal.

Noeul sudah memasangkan infus pada Peat jika saja penyebab pingsannya adalah kekurangan nutrisi dan mineral. Penyebab utama yang Noeul pikirkan adalah rasa sakit kepala hebat yang Peat rasakan semalam. James memberitahunya perihal kejadian semalam. Apa mungkin Peat memiliki penyakit yang disembunyikan?

Pergelangan tangan yang mengalami inflamasi itu terlihat mencurigakan. Apa Peat melakukan percobaan bunuh diri? Tapi tidak mungkin, luka disana bukanlah luka sayatan, melainkan sobek pada jaringan sehingga membengkak cukup besar. Ah! Apa mungkin Peat menggunakan obat terlarang?

Tangan kurus itu terangkat menutupi mulutnya seketika, Noeul terkejut dengan pemikirannya sendiri. Apa mungkin seperti itu? Noeul baru sadar jika luka dipergelangan tangan Peat sangat mirip dengan luka bekas suntikan berkali kali ditempat yang sama!

"James! Bisakah kau masuk?" Noeul sedikit berteriak memanggil James yang sebelumnya pamit untuk menunggu didepan pintu.

Cklek

Tap

Tap

"Ya Yang Mulia" James memberikan salam sebelum melanjutkan langkahnya lebih jauh mendekat kearah Noeul.

"Hm.. Aku ingin menanyakan sesuatu, hal ini berkaitan dengan kondisi Peat. Apa- kau pernah melihat Peat menggunakan alat suntik atau jarum ke pergelangan tangannya?"

"Tidak Yang Mulia."

"Hm.. Lalu apa kau tau kenapa pergelangan tangannya bengkak seperti sekarang?" Belum puas dengan jawaban yang diberikan James, Noeul kembali bertanya namun langsung ke sumber permasalahan.

"Sepertinya itu karena Khun Peat disarankan untuk melakukan pengecekan darah setiap dua hari sekali Yang Mulia. Namun hari ini ia kembali disuruh melakukan pengambilan darah setelah melakukannya juga kemarin"

"Pengambilan darah? Untuk apa? Siapa yang memerintahkan seperti itu?"

"Ya Yang Mulia. Tujuannya saya tidak tahu karena hal tersebut langsung disampaikam pada Khun Peat. Saya hanya bertugas mengingatkan jadwal dari Khun Peat saja Yang Mulia"

"Hm, apa Fort tau?"

"Saya rasa tidak Yang Mulia"

"Ah, baiklah. Terimakasih. Kau boleh pergi"

"Terimakasih Yang Mulia" James memberikan salamnya pada Noeul dan berjalan mundur untuk keluar dari ruangan.

Dua hari sekali? Dan hari ini ia sudah disuntik setelah kemarin juga?

Noeul mendesis heran dengan info baru yang ia dapatkan. Apa yang terjadi selama dirinya pergi? Kenapa Peat diminta untuk melakukan pengecekan darah? Dan tempo pengambilannya terlalu pendek! Penyuntikan berulang seperti itu tidak diperbolehkan. Umumnya pengambilan darah dilakukan minimal satu kali sebulan dan ini malah dua hari sekali? Dan lagi mereka terus menyuntikkannya ditempat yang sama! Hal ini sama saja dengan pembunuhan berencana!

Bagaimana jika terjadi komplikasi?

Emboli paru? Pascaflebitis? Ugh! Apa orang orang ini tak mengetahui bahayanya infeksi pecah pembuluh darah?

Noeul pikir ia harus segera mengganti tenaga medis jika begini. Dirinya seorang dokter! Melihat kasus sengaja seperti ini membuatnya terluka. Apalagi Peat adalah salah satu temannya! Ya meskipun mereka belum pernah bertemu secara langsung, tapi Noeul sangat menyukai Peat. Mereka cenderung mirip dengan pemikiran yang sama.

Awalnya Noeul pikir Peat adalah manusia normal tanpa gender sekunder. Namun ternyata ia salah, Peat ternyata bagian dari kelompoknya. Jika tau begitu Noeul tak perlu repot menyembunyikan jati dirinya.

Tunggu!

Tapi jika Peat bukan manusia biasa, kenapa Peat tak mengenali dirinya? Bahkan Noeul memajang foto aslinya di laman media sosial miliknya.

Siapa Peat sebenarnya?

-----

Sepanjang perjalanan menuju perbatasan wilayah, Fort tak berhenti memikirkan kondisi Peat. Pria cantik itu pingsan tepat didepan matanya. Tak ada kabar hingga sekarang. Ponsel yang sedari tadi ia pegang tak kunjung berbunyi.

Fort yakin sudah memenuhi kebutuhan omega itu secara cukup. Mulai dari asupan hingga sandang. Bahkan Peat bisa memperoleh apapun dalam satu kali ucapan. Fort pikir tak ada lagi hal yang mampu membuat omega tersebut drop seperti barusan.

Apa ini karena dirinya? Tapi Fort tak mendapat laporan apapun mengenai kondisi Peat semalam ketika ia melakukan beberapa hal dengan omega lain semalam. Bahkan pagi ini pria itu terlihat baik baik saja hingga Fort berpikir jika apa yang dilakukannya tak berdampak pada omega tersebut.

Fort jelas tahu akibat perbuatannya. Ia sudah belajar seluk beluk dari kehidupan kelompoknya. Omega mate akan tersakiti secara lahir dan batin ketika alphanya bersetubuh dengan orang lain. Namun pagi ini Peat sama sekali tak menunjukkan rasa sakit apapun.

'Apa yang kau lakukan semalam?' Desahan malas keluar dari bibir penuh itu. Kenapa serigala ini ingin tahu segala kegiatannya?

'Aku tak peduli apa yang kau lakukan Fort. Asal jangan jauhkan aku dari Peat dan Nick.'

Mindlink tersebut terputus. Fort merasakan rasa kecewa yang Judy rasakan. Serigala itu akhirnya tahu apa yang ia perbuat semalam. Otak mereka satu, apa yang Fort pikirkan tentu terhubung pada Judy. Sedikit rasa bersalah hadir dihati Fort, tapi perasaan itu kalah dengan fikirannya yang masih bertanya akan kondisi Peat.

Mobil yang dikendarai Fort pun melambat. Hutan pinus yang ia masuki tampak sepi. Lampu sorot mobilnya ia matikan dan kemudian bergerak mencari tempat tersembunyi untuk memarkirkan mobilnya.

Perlahan Fort mulai turun dari mobil dan mengendap maju untuk bersembunyi dibalik semak belukar. Dengan tubuh yang sudah tiarap, Fort mulai mengaktifkan pandangan jarak jauhnya. Salah satu keuntungan menjadi penerus tahta, kemampuan dari serigala yang ia punya tentu diatas rata rata. Mata aqua itu berubah menjadi hitam secara keseluruhan, feromonnya ia redam agar tak tercium siapapun.

Deretan manusia dengan kaki dan tangan yang terikat satu sama lain terlihat bergerak maju memasuki mobil besar yang dikawal beberapa orang dengan senjata berkaliber tinggi. Manusia dengan perawakan kecil itu terlihat hanya dipakaikan selembar tipis kain yang menerawang. Kulit putih mereka tampak kotor diberbagai sisi hingga wujud mereka menjadi kumal.

Fort menggeram rendah ketika melihat beberapa pengawal tersebut menampar dan menyambuk beberapa dari mereka hanya untuk kesenangan. Dasar kumpulan orang sakit!

Dengan cepat tangannya meraih ponselnya dan mulai mengambil beberapa gambar. Saat ini Fort belum mengetahui siapa dalang dibalik ini semua. Jual beli manusia yang dicuri dari beberapa wilayah untuk dipekerjakan sebagai budak.

Sudah dua tahun terakhir ini Fort mengetahui adanya hal seperti ini diwilayahnya. Pertama kali ia mengetahuinya saat berada di club milik Net. Tanpa sengaja ia memasuki sebuah ruangan besar yang tampak dipakai oleh sebuah acara pelelangan. Awalnya semua tampak berjalan begitu normal, hingga akhirnya 'benda' lelang terakhir masuk. Betapa terkejutnya Fort melihat sebaris omega dan wanita beta masuk dan berdiri dipanggung hanya dengan bagian pribadi yang ditutupi.

Jelas Fort meminta Net untuk memberitahu semua yang terjadi diclubnya. Net hanya berkata jika ia mendapatkan sebuah pesanan besar dengan penyewaan tinggi untuk satu ruangan, dengan syarat tak bertanya atau mengulik lebih dalam mengenai acara yang dilaksanakan. Penjelasan Net tak terlalu membantu, hingga sampai kini Fort terus menyelidiki kasus ini secara diam diam tanpa memberitahu siapapun.

Hal semacam ini tak bisa diabaikan. Pertahanan keamanan dan militer sepenuhnya kuasanya. Mencuri manusia dari wilayah lain akan menimbulkan masalah diakhir dan Fort tak mau hal ini akan mengganggu masa pemerintahannya.

Beberapa gambar sudah Fort kumpulkan. Mobil besar yang menampung manusia itu pun sudah bergerak menghilang dari pandangan. Hari semakin gelap dan cuaca semakin dingin.

Pria bertubuh besar itu pun mulai berdiri dari posisinya secara perlahan. Tak ingin menarik perhatian pengawal yang bertugas ditempat transit jual beli tersebut, Fort kemudian melangkah mendekati mobilnya dan naik untuk segera pulang menuju istana kerajaan.

-----

Mata rusa yang terpejam itu perlahan terbuka. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya. Peat berusaha untuk bangun namun tubuhnya menolak, rasa sakit dikepalanya membuatnya terpaksa kembali berbaring.

Mata Peat yang masih berat mulai mengitari ruang kamarnya. Kemudian ia menemukan seseorang dengan perawakan kecil tengah tertidur diatas sebuah sofa yang tampaknya ditarik mendekat ke ranjang yang ia tempati. Lee, pria cantik yang sering ia hubungi akhir akhir ini melalui media sosial.

Kapan terakhir kali mereka mengobrol? Dua minggu yang lalu? Sepuluh hari yang lalu? Peat tak ingat. Ponsel dan barang barang pribadinya disita setibanya disini. Pernah Peat menanyakannya pada James, kata James Peat memang tak diperbolehkan membawa barang dari luar istana. Hal ini untuk meminimalisir kejadian buruk yang bisa saja terjadi kapan saja. Penyadapan misalnya.

Dahi Peat berkerut bingung. Tiba tiba dia teringat akan kehadiran Lee yang tiba tiba diperjamuan hari ini. Dari situ Peat yakin jika Lee bukanlah manusia biasa melainkan kelompok yang sama dengan dirinya.

Tapi sebagai apa dia disini?

Selama perjamuan diadakan rasa sakit yang hebat terus menerus menusuk kepalanya. Sehingga Peat tak bisa dengan cukup untuk menyimak bagaimana percakapan yang terjadi diperjamuan siang ini. Peat hanya mendengar orang orang beberapa kali menyebut Lee dengan sebutan Yang Mulia, panggilan yang sama seperti yang diberikan pada Fort.

Mata rusa itu terus menatap Lee dengan tatapan bingung. Hingga orang yang ditatap mulai merasa gelisah dalam tidurnya dan mulai membuka matanya. Cahaya lampu yang begitu terang membuatnya mengerinyit tak suka, matanya sakit karena sinar yang terlalu kuat.

"Lee" Lirih Peat begitu melihat orang yang berada disofa terbangun. Suaranya sangat pelan hampir tak terdengar.

"Ya. Oh! Ya! Peat! Kau sudah bangun?!" Pria yang dipanggil Lee itu pun terlonjak kaget ketika melihat Peat yang sudah siuman dari pingsannya. Ia segera bergegas bangun dan memeriksa kondisi Peat kembali. Wajahnya tampak serius tiap kali tangannya meraba tubuh Peat.

"See. Aku tak menemukan keanehan ditubuhmu" Pria yang Peat panggil dengan sebutan Lee itu kembali menaruh stetoskop ke atas dada Peat dan mengangguk yakin dengan pemikirannya. Ia juga mengamati naik turun dada tersebut dengan timer ditangannya. Semua normal.

"Lee, bolehkah... Air... " Suara serak Peat membuat Lee bergegas mengambil segelas air yang berada diatas nakas dan membantu Peat untuk meminumnya.

Peat menjauhkan gelas tersebut setelah dua teguk. Mengelap bibirnya yang basah dan kembali berbaring dengan bantuan Lee.

"Lee"

"Ya" Lee menatap Peat ketika selesai menaruh gelas kembali keatas nakas dan kemudian mendudukan tubuhnya disisi ranjang disebelah Peat.

"Siapa kau sebenarnya? " Peat menatap wajah Lee yang kini tampak kebingungan. Tangan Lee bergerak menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hm, bagaimana cara menjelaskannya? Berjanjilah untuk tak menjauhiku setelah ini"

"Eum, aku berjanji"

"Aku.. sebenarnya adalah adik kandung dari calon suamimu"

"Hah?"

-----

Dua orang dengan tubuh hampir sama tampak bersandar pada kepala ranjang. Obrolan mendalam diantara keduanya sepertinya sudah terjadi.

Noeul mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya dan mengatakan alasan dibalik penyamarannya sebagai Lee. Noeul ternyata menginginkan seorang teman. Di wilayah inti bahkan ia tak dapat bersekolah dengan pantas. Noeul disekolahkan secara privat dimansionnya sedari kecil. Ia hanya menjalin beberapa komunikasi dengan beberapa anak yang dibawa oleh orang tua mereka yang bekerja sebagai petinggi wilayah. Namun semuanya terlalu palsu. Banyak yang memasang topeng hanya demi jabatan semata. Bukan masalah pada pribadi anaknya, melainkan orangtua mereka yang candu akan kekuasaan sehingga memaksa anak mereka mendekati pangeran seperti dirinya.

Namun bersyukur saat menempuh pendidikan lanjut ke perguruan tinggi, Noeul diizinkan menempuhnya di perguruan tinggi ternama. Noeul bahkan meminta untuk tidak ditempatkan di Azea, melainkan wilayah lain. Jika Azea sangat terkenal akan militer, pertanian beserta perdagangannya. Maka wilayah Atreka terkenal akan teknologi dan pendidikannya. Noeul sangat tertarik mengunjungi dan menempati wilayah tersebut, cita citanya menjadi seorang dokter harus ia peroleh gelarnya dari wilayah itu. Hingga akhirnya Noeul diterima dan bertemu dengan calon suami yang akan ia nikahi dalam hitungan minggu. Boss. Seorang dokter muda yang menjadi kepala rumah sakit diusia muda.

Jika Azea masih kental dengan struktur kerajaan dengan sistem monarkinya. Maka wilayah Atreka sudah memasuki era demokrasi dengan presiden sebagai pemimpin. Jika saja Atreka masih mempertahankan struktur kerajaan diwilayahnya, maka dapat dipastikan posisi Boss akan sama tinggi dengan Fort, karena Boss merupakan anak dari presiden yang sudah menjabat selama 20 tahun diwilayah tersebut.

Noeul juga mengatakan jika ketidakmunculannya didepan khalayak umum karena permintaan dari ibunya. Ratu tak ingin anaknya mengalami banyak kesulitan hanya karena dikenal seperti yang Fort alami. Diusia muda Fort sudah banyak dituntut bersikap layak dan dewasa dari umurnya, jadi tak heran jika sikapnya saat ini cenderung keras.

Noeul hanya diizinkan menampakan diri diwilayah inti dan untuk wilayah pendamping hanya boleh disebutkan namanya saja.

Begitu pula sebaliknya, Peat juga menceritakan mengenai dirinya yang menyembunyikan jati dirinya sebagai pemilik gender sekunder atau istilah baru yang sering disebutkan beberapa orang padanya adalah Rare species.

Peat menceritakan jika ia sering ditakuti saat remaja tentang wilayah inti yang akan memisahkannya dari orang tuanya jika ia pergi menyerahkan diri. Peat begitu menyayangi keluarganya meskipun kedua orang tuanya hanyalah tengkulak beras disalah satu pasar. Tak kaya memang, tapi Peat mencintai mereka sepenuh hati. Sampai dihari dimana Peat kehilangan orang tuanya, membuat Peat kehilangan arah dan tak ingin melakukan apapun, termasuk terhadap status gender sekundernya.

Dan tentu saja semua itu hanyalah karangan Peat untuk membuat Noeul percaya dengan latar belakangnya yang sudah diatur sedemikian rupa oleh orang tuanya dimasa lalu. Bukannya Peat tak mempercayai Noeul, hanya saja Peat tak mau gegabah karena Noeul adalah bagian dari keluarga kerajaan yang membunuh kedua orang tuanya. Mungkin suatu saat Peat akan memberitahukannya pada Noeul atau orang yang ia percayai. Tapi bukan sekarang saatnya.

"Hm, jadi kau baru kembali dari Atreka?" Peat memasukkan sepotong jeruk yang ia kupas kedalam mulutnya, mengambilnya lagi sepotong dan memasukkannya kedalam mulut Noeul.

"Eum. Aku- sebentar" Noeul mengunyah potongan jeruk yang bersarang dimulutnya terlebih dahulu dan kemudian menelannya.

"Oke, Ya aku baru kembali dari Atreka untuk persiapan pernikahanku. Resepsinya tak hanya diadakan disini" Jelas Noeul dengan mengambil bantal dan menaruhnya diatas paha miliknya. Tangannya bertumpu diatas bantal itu dan menopang dagunya. Matanya mengamati Peat dengan seksama.

"Kau tau Peat. Kau tak terlihat seperti orang yang berasal dari keluarga biasa. Kau- bagaimana aku mengatakannya? Kau mengerti maksudku bukan?"

"Ya, aku sering mendengarnya. Itu hanya pikiranmu saja. Mungkin karena kulitku terlalu putih dan aku juga melakukan beberapa perawatan setelah mendapatkan uang sendiri"

Noeul mendesis tak yakin. Jelas bukan dari sana saja penilaiannya. Aura Peat itu terkesan mahal. Dia seperti bukan orang sembarangan. Tapi mungkin itu hanya pikirannya saja.

Flip

Noeul menjentikkan jarinya ketika teringat suatu hal. Mata kucing itu kembali menatap Peat yang sibuk dengan potongan jeruk yang hanya tinggal sedikit.

"Peat, kau tau kau sakit apa? Aku bahkan tak menemukan penyebab kau pingsan. Kau kelelahan? Apa ini ada hubungannya dengan sakit kepalamu semalam? "

"Sepertinya begitu. Aku selalu mulai dipagi hari dan selesai setelah gelap. Sepertinya tubuhku terlalu lelah namun tetap dipaksa bekerja, akhirnya kepalaku menjadi sangat sakit semalam" Peat kembali memasukkan potongan jeruk untuk ia makan.

"Dan.. Kenapa pergelangan tanganmu bengkak dan memerah seperti itu?" Noeul menatap Peat penuh selidik dengan tangan yang terlipat didepan dada.

"Hm, saat pertemuan pertama dengan jajaran kerajaan, perdana menteri menyarankanku melakukan peneriksaan darah rutin untuk mewanti wanti jika saja ada penyakit aneh ditubuhku. Kau tau bukan 'Rare species', jadi sepertinya pergelangan tanganku sedikit lecet karena terlalu sering disuntik. Tapi kurasa itu bukan masalah"

"Hah... Peat, itu jelas sebuah masalah! Penyebab pingsanmu bisa saja dipicu dari sana, jaringanmu robek dan sekarang mengalami inflamasi. Itu berbahaya! Pemeriksaan darah rutin itu umumnya dilakukan sebulan sekali. Dan bahkan jika kau ingin melakukannya dalam waktu dekat, pengambilan diposisi yang sama tak dibenarkan!"

Peat terdiam dengan pernyataan menggebu gebu Noeul. Matanya mengerjap lucu berusaha mencerna kata demi kata yang Noeul utarakan. Bahkan jeruk yang Peat pegang dan berada didepan bibirnya jatuh kembali keatas nampan.

Noeul mengusap wajahnya kasar. Salahnya meninggikan nada pada Peat yang tak mengerti dengan perkataannya. Bukan berniat membuat pasiennya bingung, Noeul hanya naik pitam memgingat jika Peat diperlakukan buruk disini.

"Mulai sekarang. Aku akan berdiri diruang perawatan setiap kali kau akan melakukan pengambilan darah" Noeul merebahkan dirinya diatas kasur dengan lengan yang menutupi kedua matanya. Emosinya sudah dipuncak dan ia harus menenangkan diri.

Tok

Tok

Cklek

"Peat"

Sringg

"Alpha.." Kilatan di mata Peat seketika berubah. Kepalanya yang semula menatap Noeul dengan cepat beralih menatap pria yang baru saja masuk.

Fort berjalan masuk kedalam ruangan. Berdiri disamping ranjang Peat dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku piyama. Mata besar itu ikut menatap Peat yang juga tengah menatapnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Kembali suara berat itu bertanya. Fort kini menyisir ruangan dengan matanya, tak ingin terlihat terlalu perhatian dan juga Fort merasa tatapan Peat berubah menjadi aneh.

"Alpha.." Gumam Peat, tubuhnya ia bawa turun dari ranjang dan berdiri berhadapan dengan Fort.

Bugh

Hap

Peat melemparkan tubuhnya kearah Fort cukup kuat. Membuat Fort sedikit kehilangan keseimbangan karena aksi mendadak dari Peat, beruntungnya tubuhnya cukup atletis untuk menahan serangan dari makhluk kecil yang kini memeluknya sangat erat.

"Alpha.." Peat bergerak menelusupkn wajahnya lebih dalam ke dada bidang Fort yang sedikit terbuka. Mengusapkan wajahnya disana dan menghirup aroma feromon yang memabukkan.

Tangan Fort terangkat dan kemudian menangkup wajah Peat. Menariknya kearah luar agar ia bisa melihat apa yang terjadi pada omega ini.

Srettt

Mata Fort membesar ketika melihat perbedaan dari mata Peat. Mata rusa itu terlihat sangat sayu dengan sorot yang berbeda. Tatapannya sangat seduktif, persis dengan tatapan yang ia lihat tempo hari.

"Nick?"

"Alpha.. "

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞