FORTPEAT - RARE SPECIES - 32
Tap
Tap
Tap
Pria cantik yang terbaring diatas kasur keras itu seketika memutar tubuhnya kearah pintu saat mendengar derap langkah yang perlahan mendekati kamarnya. Mata rusa itu kemudian menatap bagian terbuka yang hanya dihalangi oleh jeruji besi, menunggu siapa yang akan muncul dari sana.
"Oi rare species! Masih hidup kau rupanya. Memang, tikus got biasanya memang memiliki umur yang sedikit lebih panjang, jadi nikmati saja hidupmu selagi bisa" Suara yang tak asing seketika membuat raut Peat berubah datar.
Sepuluh hari sudah ia berada didalam sel pengap, kotor dan lembab seperti ini, dan baru sekarang tua bangka ini mengunjunginya. Pertama kali dan satu satunya orang yang berbicara padanya dalam sepuluh hari ini. Peat tak tahu apakah ia harus senang atau tidak saat ini.
"Apa maumu?" Suara Peat terdengar rendah dan datar, seperti menyimpan emosi yang ia tahan berhari hari.
"Mauku? Kematianmu" Tangan kecil itu mengepal seketika, ia benci dengan pernyataan yang keluar dari Perdana Menteri Jom. Peat tak menolak mati, namun mati ditangan pria tua ini tentu saja masuk kedalam daftar hitamnya.
"Apa sebenarnya yang kau inginkan hah? Setelah membunuh kedua orang tuaku, kau ingin membunuhku juga? Jangan mimpi! Sial" Desisan Peat membuat Perdana Menteri Jom tertawa lepas. Pria yang terkurung ini masih saja tinggi hati, dasar sampah!
"Kau ingin bernostalgia huh? Baiklah. Lagipun kau akan bertemu mereka beberapa hari lagi. Setidaknya kau harus tau beberapa kisah mengenai orang tuamu, Peat"
Perdana Menteri kemudian melangkahkan kakinya kearah pintu lorong, tepatnya kearah meja sipir yang kini kosong atas perintahnya. Tangannya kemudian memegang sandaran kursi besi yang berada dibelakang meja dan menyeretnya hingga sampai didepan pintu bui Peat. Pria tua itu mengambil posisi duduk dengan kaki menyilang. Jom menyilangkan lengannya didepan dada, matanya menatap kearah ruang temaram didepannya. Samar ia melihat jika Peat kembali berbaring memunggunginya.
"Tepatnya 35 tahun lalu aku mengenal ayah dan ibumu. Awalnya aku berniat untuk menangkap mereka atas tindak kriminal yang mereka lakukan. Namun karena ketidak hati hatianku, akhirnya aku mulai menyukai apa yang orang tuamu kerjakan. Beberapa tahun setelah mengenal mereka aku membentuk bisnisku sendiri, dengan dasar yang kuperoleh dari orangtuamu. Namun bisnisku tak selancar orangtuamu, hingga sepuluh tahun pertama aku selalu mengalami kegagalan. Pada akhirnya aku menambah cabang bisnis dengan melakukan pelelangan manusia. Tentu saja tak hanya itu, seiring berjalannya waktu aku juga melakukan jual beli organ manusia. Dan semua itu berhasil dan aku mendapatkan untung berkali lipat dari sana" Mata tua itu masih menatap punggung sempit dari omega yang memunggunginya, matanya berubah sayu seakan mengenang kembali masa masa lampau.
"Dulu sekali saat kau lahir, aku termasuk dari beberapa orang yang diijinkan melihatmu. Bahkan aku orang yang memberikanmu nama pertama kali. Sky" Sontak omega yang masih terbaring itu terduduk diatas kasurnya dan segera berbalik untuk menatap kearah Perdana Menteri. Matanya membulat tak percaya dengan mulut yang tampak sedikit terbuka.
"Hari itu saat melihatmu pertama kali, entah kenapa rasanya berbeda. Aku tak seperti melihat anak manusia biasa pada umumnya. Aku sekilas melihat jika kau dikelilingi aura berwarna putih bercampur oranye. Dan itu cukup membuatku terkejut. Dengan seksama aku pun meneliti tubuh bayi kecil itu, namun aku sama sekali tak melihat adanya keanehan ditubuhmu. Kupikir semua bayi manusia biasa memang terlahir dengan sedikit aura, karena setelah itu aura yang sebelumnya kulihat menghilang begitu saja. Tak butuh waktu lama, satu bulan kemudian aku mendengar jika kau meninggal karena demam tinggi. Pemakaman berlangsung tertutup dan hanya dihadiri keluarga inti. Saat itulah bayi yang kuberi nama Sky akhirnya hilang untuk selamanya" Perdana Menteri mengambil jeda, menghirup napasnya dalam sebelum kembali melanjutkan kisahnya.
"Hampir dua puluh tahun lamanya aku mendirikan bisnisku, akhirnya semuanya diketahui oleh orang tuamu. Mereka memberiku peringatan untuk memghentikan jual beli manusia yang aku lakukan. Mereka memperingatiku seolah olah mereka adalah manusia paling suci. Cih, bahkan tanganku tak lebih kotor dari mereka yang membangun organisasi itu hingga hampir satu abad lamanya. Kau pikir aku akan menuruti nasehat orang tuamu? Ketika begitu banyak harta yang ku peroleh dari bisnisku? Tentu tidak. Memusnahkan mereka lebih mudah untukku dibandingkan memusnahkan bisnisku. Aku hanya perlu memutar balikkan keadaan kepada Raja tamak itu dan voila! Orang tuamu akhirnya tewas terbunuh." Omega yang tengah duduk menatap pintu jeruji itu kini terkesan menahan marah. Tangannya yang memegangi pinggiran kasur pun tampak memutih dibuku bukunya.
Mata rusa yang menatap nyalang itu melihat jika tua bangka tersebut mulai berdiri dari posisinya. Ia terlihat membungkukkan sedikit tubuh tuanya agar mampu menatap lebih leluasa kedalam sel yang didiami Peat.
"Dengan itu bisnisku kembali aman. Desas desus mengenai human trafficking tenggelam bersamaan dengan basahnya kuburan orang tuamu." Pria tua itu menyeringai, menatap puas saat melihat mangsa didalam sana yang tengah emosi layaknya seekor macan kelaparan.
Dengan desahan kecil, Perdana Menteri kembali menegakkan tubuhnya. Memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana dan menatap langit langit lorong dengan puas.
"Pada awalnya aku menyukai fakta jika Putera Mahkota belum juga menemui fated pairnya. Harusnya hanya dengan beberapa langkah lagi, aku bisa menjadikan Nat sebagai calon Omega Agung selanjutnya. Bayangan ketika aku bisa mengendalikan seluruh kepemerintahan membuatku semakin yakin untuk menaruh Nat diposisi Omega Agung. Sampai pada suatu malam, calon Raja bodoh itu membawamu kedalam istana"
Bugh
Perdana Menteri Jom melayangkan pukulannya ketembok kosong didepannya. Rasa kekalahan yang ia rasakan saat itu kembali menyergap hatinya, membuatnya tanpa basa basi meluapkan emosinya pada tembok kosong tersebut hingga beberapa bagiannya runtuh dan menyisakan serpihan diatas lantai.
"Awalnya aku hanya ingin mengetahui sejauh mana kemampuan orang sepertimu. Tepatnya seratus tahun yang lalu dengan kasus yang sama persis, seorang manusia lahir dari orang tua manusia biasa dan ternyata juga memiliki gender sekunder seperti dirimu. Serentetan pengujian dilakukan pada gadis itu, dan hasil akhirnya gadis itu dieksekusi mati karena tuduhan ekstrim sebagai pembawa penyakit menular. Dan oleh karena itu akhirnya serangkaian pengujian juga dilakukan terhadapmu" Perdana Menteri Jom menatap kepalan tangannya yang memerah dan mengusapnya pelan, sepatu pantofel yang ia kenakan tampak menginjak serpihan yang berada disekitar kakinya hingga menjadi bagian yang lebih kecil.
"Disaat yang bersamaan aku menaruh curiga dengan data dirimu yang berada dipemerintahan. Bahkan beasiswa sekalipun tak akan membuat anak dari sepasang tengkulak beras memasuki sekolah bergengsi bukan? Cih, kau mungkin bisa membodohi orang lain, tapi tidak denganku. Dan mengetahui fakta bahwa kau adalah anak dari Pan dan Nene membuatku shock sekaligus melonjak kesenangan. Tuhan sepertinya terlalu menyayangiku hingga memberiku jalan yang mudah untuk menghabisi nyawa anak dari musuh bisnisku. Dan dengan begitu aku juga dapat memberikan kembali posisi calon Omega Agung pada Nat, anakku."
Perdana Menteri Jom mendesah lega ketika merasakan kakinya yang sudah berada diatas awan. Perasaannya kian membuncah senang saat mengingat tak lama lagi semua kesuksesan yang ia idamkan selama ini akan berada didalam genggamannya.
Wajahnya benar benar mengembangkan senyum lebar terbaik yang pernah ia tampilkan seumur hidupnya.
Berbanding terbalik dengan omega pria yang berada didalam sel. Pria itu terlihat menyedihkan dengan bagian bawah bibir yang sudah berdarah karena ia gigit terlalu kuat. Mata merahnya meneteskan air mata layaknya hujan deras diluar sana. Hatinya terasa ngilu mendengar orang tuanya dibunuh karena tuduhan yang tak beralasan.
Dibandingkan rasa sedih, hatinya lebih dipenuhi rasa marah dan benci. Pria tua keji ini masih menginjakkan kaki rentanya diatas tanah dengan senyum lebar yang ia lempar kemana mana. Sedangkan orang tuanya kini sudah diselimuti dinginnya tanah bahkan kemungkinan besar hanya tinggal tulang belulang dibawah sana.
Dan semua itu dikarenakan keegoisan dan ketamakan dari seorang pria tua bangka yang tak pernah puas dengan apa yang ia miliki
Biadab!
Binatang!
Tak ada hinaan yang lebih kasar yang bisa ia lontarkan pada pria tua ini.
"Peat? Rare species? Ah tidak tidak, tapi- Sky? Hahaha. Ah, terserah siapa namamu, namun yang penting aku ingin mengucapkan terimakasih karena kau sudah sudi untuk menjadi batu pijakanku untuk mencapai kesuksesan. Bahkan anak anakku tak menolongku sebaik dirimu Peat. Selamat tinggal, sampaikan salamku pada ayah dan ibumu"
Perlahan pria tua itu berjalan menjauhi sel yang Peat tinggali. Membiarkan omega itu larut dalam perasaan kalutnya setelah mendengar alur kisah sesungguhnya dari hidupnya.
-----
Rapat berlangsung sangat alot. Perdebatan dari segala sisi membuat topik utama yang mereka bincangkan tak kunjung memperoleh hasil.
Sebuah bukti baru akhirnya muncul dipermukaan. Semalam pada pukul 01.20 dini hari, seseorang dengan pakaian serba hitam tertangkap oleh kamera cctv yang dipasang diluar kamp militer, orang tersebut tampak melemparkan suatu bingkisan kearah dalam kamp. Pos penjagaan saat itu tengah kosong karena tengah dilakukannya pergantian shift jaga, hingga kejadian tersebut baru diketahui dari ruang keamanan militer.
Bingkisan yang dilempar itupun dibuka dan kemudian ditemukan sebuah flash disk berwarna hitam didalamnya. Hal ini tentu saja segera dikabarkan pada Putera Mahkota, dan rapat mendadak pun diadakan bahkan sebelum matahari terbit.
Isi dari flash disk tersebut dipertontonkan saat rapat dan ternyata berisi rekaman video mengenai kondisi para omega dan beta female yang tengah diculik. Kurang lebih terdapat 20 orang dalam kondisi yang tak begitu terurus berada dalam satu ruangan. Wajah depresi dan baju kotor yang mereka kenakan membuat video tersebut cukup mengiris hati. Kemudian video tersebut juga menunjukkan kondisi sekitar. Disana terekam jika sekeliling rumah kayu yang mereka gunakan untuk menyekap tawanan itu dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan.
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. Pertama, kenapa para penjahat ini mengirimkan video seperti ini pada tim militer? Bahkan video ini hanya berisikan gambaran tanpa informasi khusus didalamnya.
Kedua, bukankah mengungkapkan tempat persembunyian seperti ini akan memudahkan tim militer untuk menemukan mereka? Atau kemungkinan lain para kriminal itu tengah mencoba menjebak mereka dengan membuat pancingan seperti ini?
Ketiga, pergantian shift yang dilakukan didalam kamp militer memiliki konsep yang tricky. Setiap sisi pos penjagaan hanya berjarak 250 m dan pergantian dilakukan secara bergilir dengan jam acak yang disesuaikan setiap hari. Hingga sangat kecil kemungkinan adanya serangan mendadak seperti yang terjadi saat ini. Sehingga satu satunya kesimpulan yang dapat ditarik ialah hal ini merupakan ulah dari orang dalam.
Namun ini semakin membingungkan, tersangka utama dari kasus saat ini tengah berada dalam pengawasan ketat didalam penjara. Dan ia juga merupakan satu satunya orang yang terhubung dengan bagian internal kerajaan. Sehingga sangat mustahil ia bisa bergerak dalam kondisi yang tak menguntungkan seperti itu
"Yang Mulia. Satu satunya tindakan yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengirim tim ketempat persembunyian untuk menyelamatkan para tawanan. Kita harus menyusun strategi terbaik agar tak ada korban jiwa selama evakuasi. Kita tak mungkin menarik kesimpulan ditengah banyaknya kemungkinan yang terjadi." Salah seorang prajurit dengan bintang 3 membuka suaranya. Wajah pria kekar itu terlihat cukup frustasi karena perdebatan alot yang mereka lakukan hampir 12 jam lamanya.
Putera Mahkota yang duduk dibagian ujung meja pun menatap lama prajurit yang baru saja berbicara, perlahan kepalanya mengangguk dan mulai memukul mejanya untuk mengalihkan semua pandangan kearahnya.
"Motif dan rencana pelaku juga sangat penting untuk kita pikirkan. Namun ada satu hal yang lebih penting dari menangkap pelaku, menyelamatkan hidup para tawanan. Oleh karena itu, urgensi rapat hari ini dialihkan menjadi strategi penyelamatan para tawanan ditempat persembunyian"
-----
Plakkk
Suara tamparan keras menggema disalah satu ruangan yang berada didalam Golden House. Diruangan itu terlihat seorang wanita dengan bahu yang naik turun dan mata menatap nyalang kearah pria didepannya yang kini tertunduk karena tamparan keras.
"Biadab! Apa yang sebenarnya kau rencanakan hah?!" Suara melengking yang penuh amarah terucap dari bibir sang Ratu, matanya masih menatap nyalang kearah sang suami yang enggan untuk mengangkat kepalanya.
"Angkatlah kepalamu dan bicara padaku!"
Perlahan suara tawa kecil keluar dari bibir sang Raja, dengan tubuh yang bergetar ia mengangkat kepalanya dan menatap sang istri dengan lekat.
"Aku? Kenapa? Aku tak melakukan apapun sayang." Sudut bibir sang Raja terangkat hingga membentuk senyum lebar yang mengerikan.
"Kau- apa yang kau lakukan pada Peat hah? Aku melihat anak itu tewas dengan lebam dan darah menghiasi sekujur tubuhnya. Dan kau adalah salah satu dari dua orang yang berdiri melihat anak itu meregang nyawa Kao! Kau tersenyum lebar dengan tanganmu yang berlumuran darah. Apa kau- berencana membunuh anak itu?!"
Suara tawa menggelegar akhirnya pecah memenuhi ruangan. Dengan perlahan kaki yang terbalut kain bahan itu melangkah maju mendekati posisi sang istri yang berada tak jauh didepannya.
Merasa adanya bahaya mendekat, Ratu pun mengambil langkah mundur. Suaminya terlihat seperti kesetanan dan untuk pertama kalinya ia melihat suaminya berubah menjadi semenyeramkan ini.
Grep
"Ukh!" Cengkeraman kuat bersarang dikedua pipi Fei, sang Ratu. Omega itu meringis kesakitan ketika jemari suaminya semakin menekan dalam kedua pipinya.
"Heh, mana boleh seperti ini. Mana boleh kau memberi tahu budakmu ini mengenai rencanaku Moon Goddes! Kuberikan kau budak terbaik untuk menyembahmu dan kau mengkhianatiku seperti ini? Menyebalkan!" Kao menatap nyalang keberbagai sudut yang bisa ia lihat, seolah olah tengah berbicara dengan Moon Goddes.
Srett
Grep
Bugh
Dalam sekejap tangan Kao berpindah mencekik leher Fei, pria itu kemudian juga mendorong Fei hingga tubuh wanita itu membentur dinding dengan kuat. Mata nyalang itu pun beralih menatap wajah ayu wanita didepannya.
"Kau seharusnya tau dengan posisimu Fei. Kuberikan kau harta dan tahta. Kupakaikan kau baju mewah beserta segala perhiasan mahal ditubuhmu. Kunaikkan derajatmu yang hanya berasal dari kalangan menengah. Dan sekarang apa? Kau malah menggigit tuanmu. Berani beraninya kau menampar dan meneriakiku, jalang!"
Buk
Kao akhirnya melempar sang istri cukup kuat keatas lantai. Rintihan sakit dari Fei terdengar ketika tubuhnya untuk kali kedua membentur benda keras. Bahkan sisi kepalanya mulai mengeluarkan darah akibat dari benturan keras yang terjadi.
Perlahan Kao menurunkan tubuhnya, menumpu tubuhnya dengan satu lutut yang tepat berada disebelah kepala Fei.
Grep
Tangan kasar itu kini menarik rambut Fei yang terurai dengan kuat, membuat sang submisif meringis dan mendongak menatap kearahnya.
"Kau melihat anak itu mati? Kkk, baguslah. Setidaknya ia menerima hukuman setimpal karena berani beraninya membuatku malu. Belum menjadi Omega Agung saja ia sudah bertingkah dengan menipu banyak orang. Apa yang bisa diharapkan dari seorang penipu seperti itu hah?"
"Tapi kau tak seharusnya membunuhnya Kao, sshh... Anak itu hanya berusaha bertahan hidup dari buruknya latar belakang keluarga" Dengan mata yang terpejam menahan perih dikulit kepalanya, Fei berusaha memberi pengertian kepada suaminya.
"Apa kau membela seorang kriminal sekarang? Mengesankan! Bagaimana watakmu yang seperti ini diketahui oleh rakyat? Bukan tidak mungkin kau juga akan bernasib sama seperti anak itu, Fei"
Kepala Kao kemudian perlahan mendekat hingga bibirnya sejajar dengan telinga Fei.
"Kau tau, darah anak itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia bisa menjadi senjata terkuat untuk melakukan invasi ke wilayah lain. Dengan darah anak itu aku bisa mengukir sejarah baru dan menjadikan kepemimpinanku sebagai kepemimpinan terhebat sepanjang masa. Wilayah lain akan tunduk padaku dan membuat Azea semakin luas. Akanku biarkan anak itu mati jika tubuhnya sudah kering dari darah"
Bugh
"Akh..." Kembali, Fei meringis kesakitan saat kepalanya menghantam kerasnya lantai. Kepalanya mulai terasa berputar dan pandangannya perlahan menjadi buram.
"Pengawal! Seret Ratu keruang meditasi dan kurung hingga batas waktu yang tak ditentukan!"
Suara perintah yang keluar dari mulut sang suami adalah suara terakhir yang Fei dengar sebelum ia benar benar kehilangan kesadaran.
-----
"Ugh! Sial" Derap langkah yang terburu buru seolah menunjukkan jika pria dengan tubuh besar itu harus segera masuk kedalam kamar mandi yang sudah ia kunjungi berkali kali pagi ini.
Mulutnya seketika terbuka sesaat setelah tubuhnya berhasil mencapai sisi wastafel. Wajah Fort memerah padam seiring dengan usahanya yang mencoba mengeluarkan rasa tak nyaman yang mengaduk ngaduk perutnya.
Tak lama bagian cekung wastafel kini terisi dengan lendir transparan, tanpa adanya hasil olahan lambung yang menyertai.
Srasshhh
Keran wastafel kemudian menyemburkan air untuk membersihkan bekas muntahan aneh tersebut. Fort juga menjulurkan tangannya kebawah keran untuk meraup beberapa air guna membasuh wajahnya yang juga dipenuhi lendir bekas muntahan.
Setelah dirasa bersih, Fort kembali menutup keran tersebut dan segera menjatuhkan tubuhnya keatas lantai kamar mandi yang cukup kering. Fort kemudian meringsutkan tubuhnya untuk bersandar kearah dinding kosong yang berada disebelah wastafel dengan kedua kaki yang menjulur panjang dan tangan yang terkulai lemas.
Habis sudah energinya pagi ini. Belum satupun makanan mengisi perutnya, namun rasa ingin muntah terus saja mengganggunya. Tak hanya hari ini, hal seperti ini sudah terjadi selama 3 hari hingga mengganggu aktivitasnya dalam bekerja.
Sudah lama semenjak terakhir kali ia merasakan sakit, mungkin remaja? Fort pun tak begitu ingat, namun hal itu terjadi sudah bertahun tahun yang lalu. Dan saat itu ia dengan mudahnya sembuh sendiri dalam kurun waktu 1 - 2 hari.
Namun tampaknya kali ini sakitnya cukup parah dibandingkan waktu itu. Sudah hari ketiga namun tak ada tanda tanda tubuhnya akan menjadi lebih bugar.
"Hah... Jika saja Peat disini bersamaku. Mungkin aku bisa bermanja dengannya selama ia merawatku" Fort tersenyum kecut, bayangan Peat yang tengah memeluk lehernya dan mengelus surainya, membuat rindunya semakin berat berkali lipat.
Rasa kosong yang ia dapatkan ketika hendak membalas pelukan tersebut membuat Fort semakin frustasi. Darahnya pun berdesir hebat saat menginginkan Peat untuk mengisi lilitan tangan kosongnya saat itu juga.
Tangannya kemudian mengepal dengan erat dan beralih mengusap wajahnya dengan kasar. Fort membiarkan telapak tangannya menutupi wajahnya, mencoba meredam rasa sesak yang saat ini rasanya sudah sampai ditenggorokan.
"Oh shit! Aku harus bertemu James sekarang juga"
TBC
Komentar
Posting Komentar