FORTPEAT - RARE SPECIES - 31
Sudah empat hari setelah Peat ditangkap dan dibawa pergi. Kekosongan yang ditinggalkan membuat Fort cukup frustasi. Ia tak menyangka Peat akan memberikan kehampaan sebesar ini saat mereka berpisah.
Malam semakin larut dan sudah menunjukkan lewat pukul 12 malam, namun sang Putera Mahkota masih saja betah untuk duduk dikamar kosong, kamar yang biasanya diisi oleh sang omega. Tubuhnya bersandar pada dinding dengan sehelai baju yang berada dalam genggaman. Matanya menatap nanar pada sehelai baju piyama berwarna biru muda ditangannya.
"Hah... Aku merindukanmu"
Tangan besar yang terisi baju itu perlahan terangkat dan menutupi wajah Fort. Pria dengan mata besar itu menghirup aroma feromon yang tertinggal disana. Satu satunya aroma yang membuatnya sangat nyaman, bahkan dari ribuan feromon yang pernah ia cium, jasmine milik Peat selalu menjadi aroma terfavorit. Harum dan tak menyengat, ada aroma manis dan getir pahit didalamnya. Intinya Fort sangat menyukai aroma feromon milik Peat.
'Judy, apa kau masih mogok bicara padaku? Temani aku, ini berat' Fort mengeluh dibalik piyama Peat, tubuhnya perlahan merosot hingga terbaring miring diatas lantai.
Satu menit, dua menit.
Tak ada tanggapan dari dalam sana.
Sejak percakapan terakhir mereka sebelum penangkapan Peat, mereka belum berbicara kembali satu sama lain. Fort merasakan jika Judy marah besar dan bahkan benci padanya.
Ia akui dirinya salah.
Tamparannya hari itu seharusnya tidak terjadi.
Siapa yang akan senang jika belahan jiwanya dipukul hingga berdarah? Tak ada.
Apalagi Judy.
Mereka berdua mencari Peat bertahun tahun lamanya. Menggunakan segala cara dan rencana hanya untuk membawa sang mate pada mereka, bahkan mereka menyebrangi lautan hanya untuk mencari sang omega diberbagai pelosok wilayah. Segala upaya dikerahkan, namun karena egonya pria cantik itu terluka.
'Judy, apa dulu seharusnya kita tak mencari Peat? Sepertinya hidupnya lebih nyaman sebelum bertemu kita' tangan besar itu beralih memeluk baju Peat, matanya menatap lurus kearah pintu yang terbuka dan langsung menampakkan pintu kamar miliknya.
'Apa seharusnya kita membiarkannya? Tapi ia pasti akan mati karena aku tetap harus menikahi omega lain-
-tapi apa itu lebih baik? Bahkan aku tak perlu merasakan hampa dan rindu seberat ini karena tak mengenalnya-
-cih, lagi lagi aku egois bukan? Hanya memikirkan diriku sendiri tanpa tau ia akan melalui penyiksaan jika hal tersebut benar benar terjadi'
Fort menghembuskan napasnya kasar. Hatinya terasa semakin berat dan lelah. bayangan wajah Peat silih berganti mengisi pikirannya. Wajah merajuknya, wajah tersenyumnya, wajah dinginnya, wajah marahnya dan bahkan wajah lelah yang Peat perlihatkan terakhir kali padanya pun tak lepas dari pikirannya.
Ini benar benar menyiksa.
Jauh dalam hatinya ia ingin mempercayai Peat, namun omega itu terlalu banyak menyimpan rahasia darinya sehingga Fort sering kali mengurungkan niatnya untuk berada disisi Peat.
Hingga kali ini ia dengan sengaja menunda proses penangkapan Black MK agar dapat fokus untuk menyelidiki kebenaran dari kasus Peat. Fort ingin membuktikan sendiri dengan tangannya mengenai kebenaran dari kasus Peat yang dianggap dalang dari penculikan malam itu.
Empat hari sudah ia bekerja keras bersama pasukan khusus kemiliteran. Namun sedikitnya bukti yang mereka peroleh membuat semua yang mereka lakukan menemukan jalan buntu.
Semua tim setuju jika pola penculikan berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh Black MK terkecuali gender yang mereka culik. Black MK biasanya akan membuat kesepakatan dengan pemilik panti atau dengan orang orang yang mereka temui dijalanan sebelum membawa mereka untuk diperjual belikan, dan tentu saja kesepakatan tersebut menguntungkan hanya bagi Black MK. Sebut saja jika Black MK lebih suka bermain dengan dokumen dan otak.
Namun penculikan malam itu terjadi secara spontan dan cukup gegabah, seperti metode baru yang tengah di uji coba. Malam itu sangat banyak kerusakan yang ditimbulkan, bahkan beberapa tetes darah juga ditemukan di tempat kejadian.
Jika diamati lebih lanjut, para korban merupakan anak tunggal yang memilih menyewa kamar sendirian pada malam itu. Banyaknya kerusakan yang timbul diakibatkan adanya perlawanan dari korban hingga beberapa dari mereka pun terluka. Hal ini terkonfirmasi ketika bukti darah yang mereka ambil cocok dengan para orang tua yang kehilangan.
Bukti lain yang mereka dapatkan ialah video cctv dari lima penginapan yang ditargetkan. Namun sayangnya para penculik itu sangat lihai menyembunyikan identitas mereka bahkan ketika mereka berlalu lalang saat penculikan dilaksanakan. Mereka memakai pakaian yang terbuat dari kulit bahkan sepatu mereka pun dilapisi karet pelindung agar tak meninggalkan jejak. Tak sehelai rambut pun yang jatuh dari para penculik, bahkan mata mereka tertutupi sempurna dengan kaca mata hitam.
Meskipun cara yang mereka lakukan tergolong ceroboh, namun mereka sangat lihai menyembunyikan jati diri. Mereka seperti tengah mencemooh para penegak keadilan dengan meninggalkan bukti jelas namun tidak bisa diproses.
Sudah lebih dari dua minggu kejadian tersebut terjadi, namun tak kunjung ada kemajuan. Fort hanya takut, jika pada akhirnya semuanya akan terlambat.
-----
Tuk
Tuk
Bunyi ketukan pada mic yang berada diatas meja panjang didepan ruangan, membuat kerumunan manusia yang tengah berdiri terdiam seketika dan beralih menatap para petinggi kerajaan didepan.
Disebuah ruangan yang sangat besar, disalah satu hotel ternama di Azea, diadakan sebuah konferensi pers terkait masalah yang baru baru saja terjadi.
Beberapa orang yang terlihat memegang kamera mulai mengangkat kameranya kearah depan, begitu pun dengan orang orang yang membawa laptop segera menduduki kursi yang disediakan, bahkan beberapa dari mereka terlihat hanya menopang laptop dengan lengan mereka sendiri.
Rakyat tampak berbondong bondong meramaikan ballroom tersebut setelah kemarin Raja sendiri yang mengabarkan akan diadakannya konferensi pers mengenai masalah yang ramai diperbincangkan selama seminggu ini.
"Ekhem. Baiklah, sebelum dimulainya konferensi pers hari ini, baiknya saya sebagai moderator memperkenalkan diri saya terlebih dulu. Perkenalkan, saya Jumpol Adulkittiporn, juru bicara istana. Terimakasih kami ucapkan atas kehadiran pers serta rakyat Azea yang bersedia meluangkan waktunya untuk hadir pada pagi kali ini" Tepuk tangan seadanya kemudian menggema diruangan tersebut, para penonton tampak tak antusias dengan pembukaan dari sang moderator.
"Saya juga mengucapkan terimakasih kepada para petinggi kerajaan yang menyempatkan waktunya untuk hadir disini." Off menjajalkan senyum tipisnya kearah orang orang yang duduk dibelakang meja panjang. Kepalanya sesekali menunduk kecil memberi salam hormat kepada para petinggi.
Tak seperti Raja, Ratu, dan beberapa menteri lainnya yang membalas senyuman dari Off, Fort yang duduk tepat disebelah Raja hanya memperlihatkan raut dinginnya kearah depan.
"Ah, baiklah. Untuk mempersingkat waktu, sebaiknya mari mulai konferensi pers kali ini. Kepada Raja waktu dan tempat disilahkan" Off mulai menuruni panggung rendah yang berada disamping meja para petinggi wilayah dan membiarkan Raja mengambil alih konferensi hari ini.
"Terimakasih. Sebelumnya saya beserta petinggi istana lainnya ingin meminta maaf secara tulus akan kelalaian yang kami lakukan sehingga menyebabkan kegaduhan tidak berarti untuk masyarakat" Raja kemudian membungkukan kepalanya mengikuti petinggi lain yang sudah membungkukkan kepalanya terlebih dahulu. Sesaat kemudian Raja kembali mengangkat kepalanya dan menatap kembali kearah kerumunan didepannya.
"Seperti yang kita tahu, seminggu kebelakang wilayah kita digemparkam dengan adanya berita mengenai calon Omega Agung, Peat Wasuthorn. Disini saya sendiri yang akan mengkonfirmasi jika berita tersebut benar adanya" Seketika ruangan tersebut kembali ribut, bisikan antar rakyat pun terjadi sehingga ballroom menjadi kurang kondusif.
Tuk
Tuk
Raja mengetuk kepala mic untuk menenangkan massa. Masih ada beberapa hal lagi yang harus ia katakan sebelum mengakhiri konferensi pers hari ini.
"Oleh karena itu, secara legal dan tak terhormat, saya menyatakan jika Peat Wasuthorn Chaijinda dilengserkan dari jabatannya sebagai penerus Omega Agung dan mendapatkan sanksi berat atas tindak kriminal yang ia lakukan. Seperti yang sudah kalian tau jika satu minggu yang lalu Peat sudah ditangkap dan ia akan diadili seadil adilnya atas tindakan yang ia lakukan. Pun terkait kabar yang beredar jika Group Chaijinda kembali beroperasi dan mulai menculik orang orang dari penginapan, hal tersebut masih diselidiki dan kami upayakan untuk membawa kabar baik kepada kalian secepatnya. Oleh karena itu mari kita awasi perkembangan masalah ini secara seksama dan bersama sama untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Terimakasih"
Raja pun berdiri dari kursinya dan segera meninggalkan ruang konferensi pers yang diikuti dengan para petinggi kerajaan dibelakangnya. Menghiraukan segala sorakan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh pers maupun rakyat yang hadir di dalam ballroom saat itu.
-----
Disebuah ruangan yang cukup sempit dan hanya diterangi lampu kuning, seorang pria tengah duduk diatas lantai semen dingin dengan bersandar pada ranjang kayu dibelakangnya. Mata rusa itu menatap kedua pergelangan tangannya yang kembali membengkak seperti beberapa waktu lalu, waktu disaat darahnya secara rutin diambil dua hari sekali untuk keperluan medis.
Namun kali ini berbeda, darahnya diambil bukan lagi untuk sekedar sampel, tapi diambil sebanyak satu kantong setiap harinya. Belum lagi adanya beberapa zat yang tampak dimasukkan kedalam tubuhnya yang ia sendiri tak tahu apa. Setelahnya ia hanya dipaksa untuk meminum tablet penambah darah dan tiap harinya disuguhi menu telur rebus dan susu.
Helaan napas keluar dari bibir tipis itu, kepalanya perlahan menengadah dan mulai bertumpu pada kasur keras dibelakangnya, matanya ia arahkan untuk menatap langit langit kumuh diatasnya.
Sebenarnya apa yang terjadi didalam tubuhnya?
Apa benar ia memiliki penyakit berbahaya seperti yang dikatakan?
Jika memang seperti itu, kenapa mereka masih melakukan perawatan pada seorang 'kriminal' sepertinya?
Bukankah lebih baik jika ia dibiarkan dan mati?
Dan lagi, apa perawatan untuk penyakitnya mengharuskan untuk mengambil berkantong kantong darah?
Peat merasa ada yang salah disini, tapi tak ada sedikitpun petunjuk yang ia miliki mengenai kondisi tubuhnya sendiri, bahkan Nick sekalipun tak mengetahuinya.
Dirinya juga sudah menanyai setiap perawat yang mengambil darahnya, namun ia hanya mendapatkan jawaban kosong, seperti tak satupun dari mereka yang boleh berbicara dengannya. Bahkan sipir yang pertama kali mengantarnya pun kini tak lagi mengeluarkan suara. Mereka semua diam, seakan diperintah demikian.
Tiba tiba saja kilas wajah Fort mengisi pandangannya. Wajah tersenyum alpha itu seolah terlukis dibagian kosong langit langit, wajah tersebut kemudian berubah menjadi wajah merajuk, wajah menggoda bahkan wajah bersemu, membuat Peat mau tidak mau ikut tersenyum membayangkannya.
Peat benar benar baru menyadari jika ia sudah jatuh pada pesona alpha itu saat dirinya berada di apartemen miliknya sepulang dari kencan pertama dan terakhir mereka. Pahit rasanya ketika pada akhirnya ia melanggar janji yang ia buat sendiri kepada orang tuanya. Pada akhirnya ia kalah dan mencintai anak pembunuh dari orang tuanya sendiri.
Ada perasaan lega ketika akhirnya ia dapat mengungkapkan perasaannya hari itu secara langsung, rasanya seperti melepaskan beban berat yang menggunung didadanya
Meskipun pada akhirnya mereka tak bersama, Peat cukup bahagia bisa kembali merasakan cinta dan sayang dari seseorang. Rasanya hangat dan sekaligus menyejukkan. Memang singkat namun memberikan kesan mendalam bagi dirinya sendiri.
Klang
Klang
Peat menegakkan kepalanya dan melihat kearah pintu yang gagangnya dibunyikan. Melihat sang sipir sudah berdiri didepan pintu ruangannya, Peat bergegas menegakkan tubuhnya, bersamaan dengan tangannya yang menepuk nepuk bokongnya sebelum berjalan menuju pintu yang sudah terbuka lebar.
Ini sudah waktunya untuk kembali menyerahkan sekantong darah miliknya untuk perawatan.
-----
Drap
Drap
Puk
"Yang Mulia" Suara berat dari arah belakang membuat Raja membalikkan tubuhnya, begitu juga dengan sang istri yang berjalan disisinya.
"Uhm ya, ada apa nak?" Dengan raut penasaran, Raja menatap sang putera.
Fort melihat kesekeliling yang cukup ramai dengan orang orang. Dengan pengertian Raja menyuruh orang orang disekelilingnya termasuk Saifah yang bersama dengan Fort untuk meninggalkan mereka bertiga sementara. Tanpa waktu lama, selain Raja, Ratu dan Fort, orang orang tersebut mulai beranjak memberikan ruang pribadi bagi keluarga tersebut.
"Bicaralah"
"Apa Peat- tetap mendapatkan perawatannya? Aku khawatir" Keluh Fort dengan raut cemas. Hatinya tak tenang selama seminggu kebelakang ini karena tak mendengar kabar apapun mengenai omega cantik itu.
Namun berbeda dengan raut yang Fort tunjukkan, Raja malah menampakan raut tak senang ketika sang putera menanyai penyusup tersebut. Meskipun ia senang dengan skenario alami yang terjadi, namun mengetahui kerajaannya dengan mudah disusupi oleh kriminal cukup membuat perasaannya buruk.
"Tak seharusnya kau mengkhawatirkan omega itu lagi Fort. Sekarang saatnya kau mencari omega lain-"
"Tidak. Tidak sampai aku membuktikan sendiri jika Peat memang bersalah" Fort menantang mata senja sang ayah. Ia tak menyetujui usulan omega baru sebelum ia membuktikan sendiri kesalahan Peat.
"Jangan membantah! Apa kau tak tahu seberapa kejam orang tuanya menculik orang orang? Tak hanya itu, mereka bahkan mengambil organ organ untuk dijual, Fort! Apa kau tak menaruh kasihan pada orang orangmu?! Apa ini attitude seorang Raja?! Jangan membuat malu!" Dengan menggebu gebu Raja membalas perkataan Fort, hingga Ratu yang berdiri disampingnya pun harus mengusap bahu lebar suaminya untuk menenangkan.
"Aku tau. Aku tau semua fakta itu dan aku tak membantahnya. Aku bahkan mengakui fakta jika Peat merupakan anak dari mafia itu. Tapi apa benar membuatnya menjadi seorang kriminal hanya karena identitasnya yang merupakan anak mafia? Bagaimana jika Peat hanyalah seorang anak yang tak beruntung lahir dari keluarga mafia? Aku hidup berbulan bulan lamanya bersama omega itu yah! Aku tak bodoh untuk menilai baik buruknya seseorang. Tuduhan mengenai Peat yang kembali menculik orang orang itu hanyalah reaksi karena terungkapnya identitas Peat, yah. Ia belum tentu melakukannya" Dengan wajah frustasi Fort menjelaskan situasi yang berada dipikirannya.
Memang jika ia sangat marah pada omega itu, namun faktor utamanya hanya karena dirinya yang sudah dibohongi berulang kali. Memang ia mengakui saat itu ia juga marah ketika mengetahui Peat adalah anak sepasang mafia, namun setelah berenung dan memikirkan semua hal, Fort menemukan kemungkinan baru jika mungkin saja Peat terpaksa harus membohonginya karena takut ditangkap dan dipenjarakan seperti ini.
Ini semua adalah kesalahannya. Dirinyalah yang membawa Peat paksa kedalam istana karena obsesinya untuk mendapatkan fated pairnya. Jika saja dirinya mampu mengajak Peat dengan cara yang lebih baik, mungkin saja omega itu akan jujur padanya.
"Cih, apa kau berpikir dia terpaksa menyembunyikan identitasnya Fort? Hah... Apa benar aku bisa memberikan jabatan Raja padamu kelak? Hal seperti ini saja kau tak mampu menelaah dengan baik. Dengar. Apa kau pikir berkuliah diuniversitas bergengsi data dirimu tak akan dicek? Apa kau pikir berkerja di perusahaan pemerintah data dirimu tak dicek? Apa kau pikir Peat menyembunyikan identitasnya hanya saat masuk istana? Kejahatan atas pemalsuan data yang Peat lakukan sudah lama dan tertutupi dengan sangat rapi. Omegamu itu bukanlah dari kalangan lemah Fort, hidupnya terorganisir dan terstruktur. Kau pikir apa yang ia lakukan selama ini adalah jati dirinya? Bahkan ketika seluruh hidupnya sudah ditutupi oleh kebohongan? Darah lebih kental daripada air, tak mungkin omega itu tak tercemar perilaku orang tuanya. Pada poin ini kau seharusnya mengerti maksudku"
Bahu sang Raja mulai turun. Emosinya yang menggebu gebu sebelumnya sudah mereda. Setelah mengucapkan hal itu, sang Raja bergegas kembali untuk melanjutkan langkahnya menuju istana.
Puk
Puk
"Bertahanlah sayang. Ibu selalu disisimu nak" Sang Ratu pun turut berjalan mengekori suaminya setelah menepuk punggung sang anak lembut dan memberi semangat.
Tak ada yang bisa ia katakan saat ini. Jauh dalam lubuk hatinya ia ingin membantu permasalahan ini. Ia ingin mengetahui kebenaran dengan meminta penjelasan dari Moon Goddes. Namun dewi itu tak pernah muncul, dewi itu seperti ikut menghilang bersamaan dengan hilangnya Peat dari istana.
Pemilik mata besar yang masih berdiri diposisi awalnya terlihat termenung. Pernyataan sang ayah membuat Fort tersadar, bahwa kenyataannya bukan dirinyalah alasan dibalik kebohongan Peat, dan sedari awal ia sudah terjebak dalam dunia kebohongan Peat.
-----
Disebuah ruangan putih dengan begitu banyaknya peralatan canggih, suasana sibuk terlihat dengan beberapa orang yang tengah bekerja lengkap dengan pakaian keselematan kerja miliknya. Bau menyengat yang menguar dari beberapa bahan percobaan pun tak membuat orang orang tersebut berhenti untuk melanjutkan tugas mereka.
Seseorang dengan setelah jas rapinya yang berada diruangan sebelah yang hanya dibatasi kaca satu arah tersebut tampak menyilangkan tangannya didepan dada. Rambut putihnya yang disisir rapi kebelakang dengan bantuan beberapa gel membuat pria tua itu terlihat sangat necis dan berkelas.
"Apa kalian sudah mendapatkan batasan dari fungsi darah itu?" Pria tua itu melirik sebentar kearah seseorang dengan setelan jas disampingnya sebelum kembali mengamati kinerja orang orang dari balik kaca satu arah tersebut.
"Saya rasa hari ini kita bisa mendapatkan limit yang anda minta Tuan. Jikapun hari ini juga masih tak ada tanda tanda, saya akan memastikan jika hanya darah Khun Peat-lah satu satunya obat penawar dari senjata biologis yang akan kita luncurkan nanti" Bibir yang sudah berkeriput itupun tersenyum miring, puas dengan jawaban dari sang kepala laboratorium.
"Bagaimana dengan ekstrak darah yang kau sebutkan?" Perdana Menteri Jom seketika ingat dengan usulan pria disampingnya ini beberapa hari yang lalu.
Darah rare species itu tak bisa digunakan mentah begitu saja. Tubuh itu hanya satu bahkan akan sedikit darah yang akan mereka peroleh disaat sudah memeras tubuh itu hingga kering. Saat ini mereka juga telah memaksakan pembentukan sel darah merah dengan memberi asupan penambah darah. Oleh karena itu darah tersebut akan mereka ekstrak sedemikian rupa sehingga mereka bisa mereplikasinya dan menciptakan penawar dalam jumlah banyak.
"Kami sudah melakukan pengekstraksian semenjak dua hari yang lalu. Dan sampai sekarang kami masih rutin mengambil darah Khun Peat sebagai stock cadangan, Tuan"
Senyum lebar pun terukir dibibir Perdana Menteri Jom. Ia jelas menyukai situasi saat ini.
-----
"52 Kg" Suara perawat dengan tahi lalat diujung hidung tersebut terdengar cukup jelas. Meskipun wanita itu tak berbicara padanya melainkan pada perawat lainnya, Peat menyadari jika bobot tubuhnya semakin beringsut turun.
"Nona. Apa berat 52 membuat penampilanku buruk?" Kembali, Peat mencoba berbicara dengan perawat yang berdiri disebelahnya sambil menatap wajah sang perawat yang tak menatapnya.
"Aku yakin aku terlihat jelek saat ini. Apa aku terlihat seperti tengkorak hidup?" Lagi, Peat melanjutkan perkataannya meski tahu tak akan ada seorang pun yang menyahutinya.
"Aku tak sadar sama sekali jika bobot tubuhku merosot begitu banyak. Kau tahu nona, awalnya beratku seharusnya berada di 65 kg. Saat itu aku berpikir apakah aku harus diet karena pipiku terlihat terlalu berisi. Namun sepertinya disini aku tak perlu memikirkan diet, bahkan berat badanku saat ini berada jauh dibawah target yang aku inginkan" Peat sedikit berjengit ketika merasakan jarum kembali menusuk pergelangan tangannya. Menyakitkan.
"Aku berisik ya? Kkk, maaf. Hanya saja aku tak memiliki teman untuk mengobrol. Aku benci rasanya sepi dan sendirian." Merasakan pergelangan tangannya kebas, Peat melanjutkan perkataannya sambil menatap langit langit ruang perawatan. Matanya sedikit berkaca kaca mengingat hari hari yang ia lewati sendirian akhir akhir ini.
"Nona, aku memiliki permintaan" Peat kembali menoleh kearah perawat itu dan menunggu kedua mata mereka membuat kontak mata.
Sesaat kemudian Peat tersenyum tipis ketika mata mereka akhirnya bertemu dan saling mengunci.
"Jika nanti aku mati, tolong makamkan aku secara layak. Tak perlu mewah dan mahal-
-cukup kremasi dan tabur abuku disungai"
TBC
Komentar
Posting Komentar