FORTPEAT - RARE SPECIES - 30

Sepasang iris aqua menatap hamparan hijau dari balkon kamar miliknya. Pikirannya berkecamuk, hatinya terasa sakit sekaligus gundah.

Apa salahnya kali ini hingga Peat berkata seperti itu?

Bukankah wajar jika dirinya meluapkan emosinya kemarin? Ia sudah dibohongi berkali kali oleh omega itu. Jika saja beberapa orang mengetahui situasinya, Fort bisa saja dianggap bodoh.

Oh tidak tidak.

Tentu saja dia sudah dianggap bodoh. Tak satupun rakyatnya yang tak tau jika Peat adalah anak dari Group Chaijinda saat ini, yang artinya secara tak langsung berita ini mengatakan jika keluarga kerajaan terutama dirinya sudah dibohongi selama ini. Bahkan hal ini sama saja dengan Peat melempar malu ke wajah keluarga kerajaan.

Bukankah wajar jika ia semarah itu pada omega itu?

'Kau pikir menamparnya sekeras itu wajar?! Kau gila bajingan!!! Apa kau tak lihat wajahnya tadi?! Sial!' Judy didalam sana menggeram marah, wajah lebam Peat terus terputar diotaknya dan membuat hatinya semakin sakit dan marah.

'Lalu kau mau apa, hah?! Bahkan kau tak membantuku sama sekali saat mendengar berita mengejutkan itu! Kau hanya diam karena kau sendiri juga terkejut bajingan! Aku hanya tersulut emosi karena ia meninggikan suaranya dan menamparku hanya untuk membela pembunuh-'

'Mereka orang tuanya Fort. Pembunuh itu orang tuanya dan ia memiliki hak untuk membela orang tuanya'

'Dan meneriakiku? Gila! Aku alphanya Judy! Aku alphanya! Sudah seharusnya ia menjaga sikap didepanku, kodratnya omega akan tunduk dan setia pada alphanya. Kau harus ingat itu. Dan lagi jika ia tidak menamparku, aku juga tak akan menamparnya. Aku tak sejahat itu asal kau tau'

'Aku benar benar tak mengerti bagaimana otakmu berpikir Fort. Apa kau tak ingat penyebab tangisnya malam itu? Ia menangisi kaum omeganya yang disakiti, bahkan ketika bukan dirinya yang disakiti, ia menangis untuk orang lain. Apa kau juga ingat keluhannya malam itu pada Net? Egois! Tinggi! Dan dengan ucapanmu tadi kau membenarkan semua keluhan yang Peat katakan'

Pria besar yang masih menatap hamparan rumput itu terdiam sejenak. Ia kembali mengingat malam dimana Peat tidur bersamanya, ia sangat ingat jika saat itu Peat tak mau bercerita padanya dan akhirnya Judy keluar untuk menggantikannya. Meskipun demikian ia masih mendengar keluh kesah Peat malam itu hingga omega itu terlelap. Juga masih segar diingatannya bagaimana wajah marah yang Peat tampakan ketika berhadapan dengan Net. Fort ingat semuanya.

Tapi baginya semua itu wajar. Seorang alpha memang diberikan kelebihan yang cukup hingga ia mampu mengontrol kaum dibawahnya. Ini adalah hal dasar yang harus dipunyai setiap pemimpin.

'Seharusnya kau lebih tau dariku Judy. Karena kau sendiri adalah pemilik gender alpha sesungguhnya'

'Bagiku, omegakulah yang utama. Moon Goddes memberikan kita banyak kelebihan untuk menjaga dan melindungi mereka yang lemah Fort. Namun perangai manusia itu sendiri yang membuat kelebihan itu menjadi kekuasaan dan penuh ketamakan, hingga pada akhirnya ia akan melukai orang terdekatnya. Sederhananya, apa aku yang menyuruhmu menampar Peat? Tidak.. Tapi dirimulah yang melakukannya karena termakan oleh emosimu sendiri'

Skak mat!

Fort terdiam seribu bahasa. Judy memukul dirinya telak dengan fakta yang ia ucapkan. Dirinya dengan tak tau malu menyombongkan kealpha-an dirinya, bahkan ia menyombongkan kealpha-annya didepan sang pemilik asli gender. Membuat tameng untuk dirinya sendiri dan membenarkan segala perbuatan yang ia lakukan.

Namun fakta tak dapat diubah, sore kemarin ia benar benar kalut dan membalas menampar Peat kuat. Bahkan Judy meneriakinya dan berusaha mengambil alih tubuhnya untuk melindungi Peat, namun dirinya yang dikuasai amarah saat itu tak dapat digoyangkan, bahkan perlawanan Judy tak berdampak karena bagaimanapun juga Fort adalah inang yang memiliki kuasa penuh atas Judy.

'Lalu aku harus bagaimana? Bahkan desas desus diluar sana mengatakan jika Peat berusaha masuk ke kerajaan untuk kembali melanjutkan organisasi orang tuanya. Apa kau ingat mengenai omega dan beta female yang menghilang tepat setelah pesta pernikahan Boss dan Noeul? Setelah berita Peat tersebar, banyak dari mereka yang menuduh Peat adalah pelakunya'

'Dan kau juga? Ck, jangan katakan jika kau lebih mempercayai desas desus seperti itu dibandingkan omegamu sendiri Fort'

'Tak ada yang tak mungkin Judy. Ia menyembunyikan banyak rahasia dariku. Bahkan saat ini aku meragukan file yang ia curi di ruang dokumen club, bisa saja ia mengambilnya hanya untuk kepentingan pribadinya.'

'Hah, aku lelah. Aku pergi'

Kaki panjang itu kemudian melangkah kedalam dan menutup pintu balkon. Matanya kembali menatap hamparan hijau yang mulai gelap karena matahari yang hampir tenggelam, tangannya kemudian meraih tirai disisi kanan kirinya dan segera menutup pintu balkonnya.

Ia harus logis.

Ia tak boleh dikuasai oleh perasaan.

Ia adalah calon Raja.

Ia adalah calon pemimpin wilayah Azea.

-----

Tangan kurus itu bergetar dan kemudian mengatup untuk terkepal kuat. Setelah membersihkan tubuh dan berganti pakaian, Peat akhirnya bersiap menuju asrama para pelayan untuk melihat James.

Tubuhnya sedikit terasa segar setelah meminum beberapa air dari keran wastafel dikamar mandi. Ada bagian dari dirinya yang sungkan untuk sekedar meminta atau mengambil segelas air di mansion ini. Bahkan untuk menginjakkan kaki dan membersihkan tubuhnya saja rasanya sungguh malu. Namun wajahnya harus tebal karena ia tak mungkin meninggalkan James sendirian disini.

Kruyukkk

Tangan Peat dengan cepat menangkup perut ratanya. Wajahnya sedikit bersemu malu karena perut laparnya mengeluarkan suara yang cukup kuat.

"Makanlah kalau tak ingin mati kelaparan" Baru saja Peat ingin menapaki anak tangga yang pertama, suara dari arah belakang sukses membuat langkahnya terhenti.

Suara dingin itu membuat suasana hati Peat kembali memburuk. Beberapa hari kebelakang suara itu terdengar lembut membunyikan namanya. Bahkan Peat juga mendengar nada manja yang ia sukai. Namun kali ini suara tersebut terdengar sangat dingin, seperti seseorang yang dipaksa untuk berbicara.

Peat merutuki dirinya yang terlalu lama menghabiskan waktu dikamar mandi. Ia terlalu banyak melamun dan menata hati sebelum benar benar membersihkan diri. Seharusnya ia bisa keluar dari sana satu jam lebih awal, bahkan langit sudah gelap ketika ia keluar dari kamar mandi.

"Terimakasih Yang Mulia atas perhatian anda. Tapi saya ingin menemui James terlebih dahulu" Peat membalikkan tubuhnya dan memberi salam sebelum kembali berbalik untuk melanjutkan jalannya.

"Terserah"

Buk

Tubuh Peat sedikit terhuyung kesamping saat Fort tak sengaja menabrak bahunya ketika berjalan melewati Peat. Tangan besar itu hampir saja meraih pinggang Peat jika ia tak melihat tangan Peat yang segera bertumpu pada pagar tangga. Bibir penuh itu mendesah lega, raut wajah yang sebelumnya tampak khawatir kini kembali terlihat datar, kaki panjang itu juga kembali bergerak melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

Mata rusa itu kemudian menatap tajam punggung Fort. Apa pria itu tak sadar dengan tubuh raksasanya? Sungguh kekanak kanakan! Umurnya saja yang kepala tiga namun mental pria besar ini masih setara dengan bocah.

Peat kembali memperbaiki posisi berdirinya dan kembali melanjutkan langkahnya menuruni tangga.

Tap

Tap

Langkah demi langkah Peat berjalan menapaki tangga, ia juga menghiraukan bunyi perutnya yang sesekali terdengar. Matanya silih berganti menatap anak tangga dan pintu mansion yang tertutup. Ia ingin cepat cepat sampai keasrama pelayan untuk bertemu James, karena saat ini bagi Peat hanya Jameslah yang bisa memberi rasa nyaman yang ia butuhkan

Cklek

"Malam Khun Peat" Tiba tiba saja pintu mansion yang tertutup, terbuka seketika. Dari sana keluar sekumpulan pengawal lengkap dengan pakaian formalnya tengah menunduk memberikan salam pada Peat.

Kaki Peat yang baru menyentuh lantai seketika berhenti, Fort yang tadi turun untuk makan diruang makan pun bergegas menuju ambang pintu ruang makan. Keduanya terkejut ketika melihat banyaknya pengawal yang berada didepan pintu mansion.

Blitz

Blitz

Kilatan kamera pun menyusul, pantulan dari flash yang mereka nyalakan memantul hingga membias melalui jendela. Suara rusuh pun seketika terdengar bersahutan. Seketika situasi berubah riuh dan kacau.

"Y-ya, kenapa?" Cicit Peat pelan, keringat dingin mulai mengucur dipelipisnya. Tak dipungkiri jika ia ketakutan saat ini, situasi kacau dari arah luar terbayang begitu saja dikepalanya. Kasus kasus para kriminal yang ditangkap dan disiarkan secara langsung di televisi seketika melintas dibenaknya.

Apa ia akan berakhir seperti para kriminal yang sering ia lihat ditelevisi apartemennya?

Tangannya semakin bergetar. Tak hanya lagi lapar yang memicu, namun ketakutan juga mendominasi saat ini.

Apa yang akan terjadi padanya?

Ia takut.

Ia sangat takut sampai sampai kakinya tak lagi sanggup untuk melangkah lebih jauh.

Ia hanya sendiri hari ini.

Ia hanya sendirian kali ini.

Ia butuh seseorang untuk disampingnya. Ia ingin dipeluk dan ditenangkan.

Sesaat kemudian kepalanya menoleh menatap Fort yang berdiri diambang pintu. Mata keduanya bertatapan cukup lama sampai akhirnya Fort membuang wajahnya ke sembarang arah.

Seketika jantung Peat kembali berdenyut sakit. Melihat Fort yang membuang wajahnya membuat ia kembali tersadar jika dimata Fort dirinya adalah anak sepasang kriminal yang pantas menerima hal seperti ini. Matanya kembali terasa panas karena ia kembali merasa sendiri, rasa yang tak ia sukai semenjak kepergian ayah dan ibunya.

Tap

Tap

"Khun Peat, ayo ikut dengan kami"

Srett

Sebuah surat diberikan tepat dihadapan Peat setelah salah satu pengawal berada didepannya. Surat itu berisikan mengenai izin yang diberikan untuk menangkap dirinya.

Grep

Tangan kurus itu meraih surat yang dijulurkan didepannya dan membacanya dengan seksama.

"Hah.. Seperti ini akhirku rupanya" Mata rusa itu menggenang, bibir yang bergetar itu tersenyum miris.

Awalnya ia berpikir jika dirinya akan berakhir diatas kasurnya karena Fort memilih omega lain untuk dijadikan Omega Agung. Namun setelah beberapa saat ia berpikir jika dirinya akan berakhir diatas ranjang rumah sakit karena perintah perawatan atas dirinya. Tapi siapa sangka jika takdirnya membawa dirinya untuk berakhir dipenjara, siapa sangka jika takdirnya membawa dirinya untuk berakhir sebagai seorang kriminal.

Takdirnya benar benar lucu bukan? Kkk

Tak lama sepasang pergelangan tangan terulur kehadapan pengawal tersebut. Dengan senyum lebar dan air mata yang berurai Peat menatap wajah sang pengawal.

"Ayo, kita pergi"

-----

Berita penangkapan calon Omega Agung wilayah Azea menyebar keseluruh penjuru wilayah hingga dunia. Seluruh program berita saat itu menyiarkan secara langsung penangkapan sang calon Omega Agung yang berlangsung dikediamannya, yakni mansion Putera Mahkota.

Seseorang dengan rambutnya yang sudah berubah blonde dan panjangnya yang sebahu, tampak berjalan mondar mandir dengan ponsel yang melekat ditelinganya. Pria dengan perawakan kecil itu tampak menggigiti kuku ibu jarinya sambil sesekali melihat televisi dirumahnya yang masih menyala.

Hatinya sangat kacau. Bisa bisanya para pers menayangkan penangkapan tersebut tanpa menyamarkan wajah Peat. Bahkan media media tersebut dengan jelas mengambil gambar ketika beberapa rakyat yang bersorak dibelakang beberapa awak media melempari Peat dengan telur dan tomat busuk. Bahkan wajah Peat yang dipenuhi lelehan telur dan cairan tomat disorot begitu dekat. Rasanya Noeul ingin menangis sekarang juga.

"Sial! Kemana bajingan ini? Menyebalkan!" Noeul merutuk untuk kesekian kalinya ketika panggilannya tak kunjung diangkat oleh Putera Mahkota Azea itu.

Damn!

Demi tuhan ia hanya ingin mengetahui kondisi sebenarnya dari saudara dan temannya itu. Dirinya sama sekali tak mempercayai berita berita yang tersebar, Noeul yakin jika semuanya hanyalah tipuan semata untuk menjatuhkan Peat dari posisinya.

Omega Agung adalah jabatan yang sangat krusial. Selain menjadi pendamping raja dan penghubung dengan Moon Goddes, setiap orang yang menjadi Omega Agung akan diberi kelimpahan dan diberkati. Kehidupan selanjutnya akan dijamin kemakmuran hingga keseluruh keluarganya kelak.

Grep

Pelukan dari arah belakang tubuhnya membuat Noeul terkesiap, namun sesaat kemudian tubuhnya kembali relaks setelah mengetahui siapa yang memeluknya dari belakang. Aroma pinus dari pria dibelakang tubuhnya membuat pikirannya waras untuk sejenak. Membuat pria kecil itu membiarkan tubuhnya tenggelam begitu saja dalam pelukan sang alpha.

"Apa kita harus ke Azea sekarang hm?"

Helaan panjang dari pria blonde tersebut terdengar lirih. Jujur saja berita mengenai Peat selama dua hari berturut turut membuatnya lelah. Tak mungkin ia tak memikirkan kondisi kawan kecilnya itu.

Namun disisi lain ia tak bisa egois, Boss memiliki banyak pekerjaan disini dan sebagai kepala rumah sakit tentu saja tak hanya pasien yang pria ini kerjakan, berbagai dokumen dan rapat juga ia laksanakan. Suaminya juga sudah mengambil cuti saat persiapan dan hari H pernikahan. Jadi ia tak bisa mengambil libur dalam jangka waktu dekat hingga tiga bulan kedepan.

"Tak usah. Aku yakin Fort menjaga Peat dengan baik. Kupikir raksasa itu tengah sibuk karena harus mengurusi banyak hal demi Peat" Boss mengangguk, menyutujui pemikiran sang istri yang masuk akal.

Tangan besar itu menelusup lebih dalam untuk memeluk pinggang ramping sang istri lebih erat. Mengeluarkan feromonnya sedikit lebih banyak untuk menenangkan kekalutan sang istri.

Boss tak ingin istrinya terlalu larut dalam kekhawatirannya.

-----

Drap

Drap

Ditengah gelapnya malam, tampak seekor serigala dengan ukuran besar tengah berlari kencang kedalam hutan. Kakinya bergerak sangat lincah dan cepat hingga derap langkahnya mampu mengangkat tanah tanah yang dipijaknya keudara.

Mata dengan iris aqua itu menatap bengis pada jalan didepannya. Napasnya memburu hingga tak jarang uap terlihat dari mulutnya.

Drap

"Auuuu"

Sesaat setelah kakinya menapak diujung tebing yang berada jauh didalam hutan, lolongan nyaring pun terdengar seketika. Lolongan itu terdengar begitu memilukan dan menyedihkan. Tak hanya sekali, tapi serigala tersebut melolong berkali kali untuk meluapkan rasa sedih dihatinya. Mata tajam itu bahkan menitikkan air mata dan menatap lurus kearah langit yang dihiasi bintang bintang.

Ia sedih.

Hatinya perih

Untuk kedua kalinya ia harus kembali berpisah dengan sang omega. Kecintaannya.

-----

Kriettt

Bughh

"Akh!" Peat meringis ketika tubuhnya didorong begitu saja setelah pintu jeruji besi tersebut dibuka. Hampir saja tubuhnya jatuh jika saja sebuah ranjang kayu tak berada didepannya, Peat sedikit bersyukur jika lututnya hanya membentur kerasnya kayu ranjang dibandingkan harus jatuh dan tergores lantai semen tak rata dibawahnya.

Seketika Peat kembali mendengar jika pintu besi itu mengeluarkan bunyi seperti akan ditutup. Buru buru ia berbalik badan untuk mencapai sisi dalam dari jeruji tersebut. Tubuh lemahnya tampak berlari lebih lambat dari biasanya.

"Tuan" Panggil Peat cukup kuat, membuat sipir dengan tubuh tegap itu berbalik kearahnya dan menatapnya datar. Peat menengguk ludahnya kasar, wajah sipir ini cukup menyeramkan apalagi dibawah cahaya yang tak memadai.

"Err, bolehlah saya meminta sedikit makanan?" Cicit Peat pelan, jemarinya sibuk meremas pagar jeruji walaupun tak akan mengubah bentuk besi tersebut.

"Oi! Bicara lebih keras!" Sipir itu dengan raut garangnya meneriaki Peat, alisnya menekuk tak senang.

"Saya lapar, bisakah anda memberikan saya makanan? Saya akan sangat berterimakasih walaupun hanya mendapatkan semangkuk nasi dingin" Kini suara Peat lebih jelas, mata rusa itu menatap sipir memohon.

Setelah mendengar permintaan Peat, sang sipir pun beranjak meninggalkan posisinya tanpa memberi respon apapun. Melihat permintaannya diabaikan membuat pundak Peat turun seketika, bibirnya mencebik sedih karena malam ini pun ia tak mendapat makanan.

Pria dengan tubuh kecil itu berjalan menuju sisi ranjangnya dengan lambat. Matanya menatap sedih kearah kaki telanjangnya yang melangkah maju.

"Hiks.." Seketika Peat terisak, tubuhnya jatuh hingga berjongkok. Tangannya memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana. Tubuh itu bergetar hebat. Punggung sempit itu terlihat semakin lemah dan rapuh.

Kenapa dirinya semengenaskan ini?

Ia bahkan terlihat lebih buruk dari gelandangan yang tidur berselimutkan koran.

Sedari pagi ia berjalan menuju istana dengan tampilan yang sangat kotor. Menulikan pendengarannya ketika beberapa orang mulai berbisik bisik kearahnya. Mengabaikan pandangan aneh hingga jijik dari beberapa pejalan kaki yang melihatnya.

Sesampainya dimansion, ia menerima tatapan jijik dari Putera Mahkota, bahkan pria itu terlihat jijik hanya untuk memegang wajahnya. Menyedihkan

Belum lagi kerongkongannya yang kering dan perutnya yang meronta kelaparan, itu pun hanya ia isi dengan air mentah dari keran wastafel kamar mandi.

Hari ini ia juga ditangkap dan dimasukkan kepenjara. Bahkan ketika dirinya menatap sang Putera Mahkota untuk meminta perlindungan, pria besar itu membuang wajahnya ke sembarang arah. Tubuhnya juga dilempari dengan beberapa telur dan tomat busuk dari beberapa warga saat dibawa keluar dari mansion Putera Mahkota.

Bahkan setelah sampai dipenjara pun ia tak mendapatkan-

"Oi!"

Trang

Trang

Kepala yang menunduk itu segera terangkat, air matanya yang semulanya mengucur behenti seketika saat telinganya mendengar suara panggilan dari arah belakang. Peat menolehkan kepalanya cepat kearah belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya

"Tuan sipir... Hiks.." Mata yang kering itu kembali berurai air mata. Dengan jelas ia melihat sipir dengan wajah garang itu berada didepan pintu kamarnya, Peat juga melihat dua mangkuk aluminium serta sepasang garpu dan sendok diatas tempat tempat penerimaan makanan.

Pria kecil itu bergegas berdiri dan berlari kearah pintu, bibirnya yang bergetar terus mengucapkan terimakasih pada sang sipir yang bersedia memberinya semangkuk nasi hangat dengan telur goreng sebagai lauk. Tubuhnya terus membungkuk berulang kali hingga sang sipir menghilang dari balik jeruji besi.

Akhirnya perutnya terisi makanan, bahkan dengan asap yang masih mengepul diatasnya.

-----

Pukul 7 pagi dan seorang pria dengan tubuh tegapnya tampak merapikan dasi yang menggantung dikerah kemejanya. Tampak jelas raut wajahnya terlihat lelah karena tubuhnya tak mendapatkan jam tidur yang cukup semalam.

Setelah dirasa cukup, Fort meraih jasnya yang menggantung tak jauh dari posisinya dan juga mengambil ipad yang berada diatas meja nakas sebelum melangkah keluar kamarnya.

Cklek

Blam

Tap

Seketika langkahnya berhenti menatap kamar kosong didepannya. Pintu kamar tersebut terbuka lebar hingga bagian dalamnya terlihat jelas. Semua perabotan yang ia hancurkan beberapa saat lalu sudah lama diangkat dan kini tengah menunggu perabot baru.

Dada Fort berdenyut sakit ketika mengingat jika sang pemilik kamar bahkan tak disini untuk menyambut perabot pilihannya. Bibirnya tersenyum miris ketika mengingat ia tak lagi menunggu siapapun keluar dari kamar ini untuk turun sarapan bersama.

Pagi ini terasa asing. Dadanya terasa sesak hingga rasanya ia ingin kembali berbalik kedalam kamar dan mengunci diri.

Namun saat ini ia tak bisa membiarkan dirinya kalah dari perasaan. Ia harus fokus dan bergerak lebih cepat, karena saat ini dirinya bertekad untuk menemukan kebenaran dari seluruh permasalahan yang terjadi.

TBC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞