FORTPEAT - RARE SPECIES - 27

Malam semakin larut. Jalan utama mulai tampak sepi, hanya ada beberapa mobil dan motor yang mengisi. Begitu juga dengan mercy yang berada dalam kecepatan rendah melaju membelah jalan utama.

Sepasang mata beriris aqua terlihat memperhatikan jalan dengan seksama. Pikirannnya melayang pada kejadian beberapa menit yang lalu.

Kenapa rasanya sangat buruk ketika ia mendengar ucapan Peat?

Egois? Tinggi? Bergonta ganti pasangan? Wow! It's sounds really gross.

Iris aqua itu kemudian melirik pria dengan tubuh kecil yang kini sibuk memandang keluar jendela. Dahinya tampak menempel pada kaca jendela sejak mesin mobil dibunyikan.

Iris aqua itu pun kembali menatap jalan didepannya, kembali berpikir mengenai kejadian sebelumnya.

Jika ia boleh memberikan argumen, maka ia akan dengan percaya diri mengatakan jika itu memang karakter mereka. Mereka egois karena mereka akan memimpin nantinya, setidaknya mereka akan memimpin keluarga kecil mereka sehingga apa yang mereka katakan harus dipatuhi dan dijalankan.

Tinggi? Bukankah wajar bagi seorang alpha merasa tinggi? Mereka memang kaum yang memiliki segalanya dan layak dihormati sebagai mana mestinya.

Bergonta ganti pasangan? Err.. Itu sedikit jahat tapi alpha tak hanya ditakdirkan memiliki satu pasangan. Mereka memang memiliki satu fated pair tapi mereka bisa memiliki selain yang ditakdirkan. Jika tidak, tentu reject juga akan berefek pada mereka. Jadi artinya Moon Goddes merestui mereka untuk memiliki pasangan lebih dari satu.

Tapi jika dipikirkan lagi, semuanya cukup abu abu. Dan terlebih lagi saat ini ia tak mau berargumen dengan Peat dan semakin menyakiti hati pria kecil disampingnya. Ia tak ingin pria ini menangis karena ucapannya. Karena saat ini yang terpenting baginya hanyalah Peat yang bahagia. Tak lebih dan tak kurang.

Fort sekali lagi menatap pria yang masih bermenung menatap jalan diluar jendela. Wajah murung yang ia lihat dari spion samping benar benar tak terlihat indah.

Ia tak menyukai raut Peat seperti ini.

-----

Suasana kamar luas dengan nuansa merah dan hitam itu tampak begitu sepi. Pria besar yang sudah lengkap dengan piyama tidurnya tampak bersandar pada dinding kosong disisi ruangan. Dengan tangan yang menyilang didepan dada serta satu jari berada diatas bibirnya, ia menatap lama pada pintu yang masih terbuka lebar.

Peat. Pria cantik itu pergi menemui James bahkan ketika jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Pria cantik itu meminta izin padanya untuk melihat kondisi James dan membantu hal hal yang sekiranya diperlukan James. Entah siapa yang memiliki pangkat tinggi sekarang, omeganya terlihat seperti asisten dari James saat ini.

Bukannya ia tidak menyukai jika Peat mengurus James, tapi ini sudah larut dan mereka masih harus bangun pagi pagi untuk kembali bekerja. Tak masalah jika dirinya tak tidur, seorang alpha memang dikaruniai tubuh yang kuat dan sangat sehat. Alpha sangat jarang terserang penyakit hingga rasanya Fort belum pernah merasakan sakit ditubuhnya. Berbeda dengan Peat, omega memiliki tubuh yang lemah dan mudah terserang penyakit. Bahkan entah berapa kali omega itu jatuh sakit selama ia tinggal di istana.

Tap

Tap

Langkah lambat mulai terdengar mengisi lorong. Fort yang awalnya bersandar kini bergegas menuju pintu dan menyembulkan kepalanya dari balik kunsen pintu.

Peat!

"Hei, belum tidur? Ini sudah larut" Peat dengan wajah yang sedikit terkejut mempercepat langkahnya menuju Fort.

"Bagaimana aku bisa tidur jika kau belum disini" Fort meraih tangan Peat dan menariknya agar mereka berdiri bersisian. Langkahnya kemudian mengajak Peat agar berjalan disampingnya.

Omega itu tersenyum tipis. Kepalanya mengangguk kecil merespon keluhan sang alpha. Pria besar ini berubah menjadi bayi, padahal sebelumnya mereka memiliki kamar yang berbeda dan alpha ini tetap tidur seperti biasa. Kkk, bayi besar yang menggemaskan.

Sekembalinya ia dari kamar James, rasa berat yang bersarang di hati Peat menjadi sedikit lebih ringan. Meskipun ia tidak membagi kejadian malam ini pada James tapi melihat pria cantik itu masih tersenyum kearahnya membuatnya sedikit tenang.

"Bagaimana kondisi James?" Fort bergerak lebih dulu melepaskan tautan tangan mereka untuk naik keatas ranjang. Membaringkan tubuhnya diatas ranjang dengan posisi tubuh yang menyamping dengan satu tangan sebagai tumpuan, seperti siap menyambut sang omega untuk berbaring disisinya.

"Tak ada yang berubah. Masih demam meskipun suhunya tak setinggi sore tadi" Peat pun mengikuti pergerakan Fort, namun ia tak ikut memiringkan tubuhnya, melainkan telentang menghadap langit langit kamar yang tinggi.

Pria besar itupun merapatkan tubuhnya, meraih tangan Peat yang jauh dari tubuhnya dan mulai mengaitkan jemari mereka, Fort kemudian menaruh tautan tersebut diatas perut sang omega dengan mata yang menatap wajah cantik itu lekat.

"Yang Mulia" Pria besar itu berdengung menjawab panggilan sang submisif, dengan sabar ia menunggui sang submisif untuk kembali berbicara.

"Apa yang kau pikirkan saat mendengar James sakit pagi ini?" Mata rusa yang sedari tadi menatap langit langit kamar, kini sedikit menoleh kesamping untuk menatap wajah yang menatapnya sedari tadi.

"Terkejut. Kupikir tak mungkin Net melakukan hal seperti itu" Peat mendengus kecil dengan bibirnya yang dibentuk tipis, mengangguk kecil dan kembali menatap langit langit kamar.

"Apa menurutmu yang dilakukan Net wajar?"

Sejenak ruangan itu menjadi sunyi. Hanya suara semilir angin diluar kamar yang sayup terdengar.

Tak ada jawaban.

Senyum getir kemudian terukir dibibir Peat. Hatinya sedikit bergemuruh namun semua emosi yang ia rasakan ia telan kembali bulat bulat.

"Yang Mulia"

"Hm?"

"Bagaimana dengan perkataanku? Aku mengatakan jila Alpha egois, tinggi dan sebagainya. Apa kau setuju?"

Kembali, tak ada jawaban apapun yang Peat dengar. Namun pria besar disampingnya bergerak dengan tangan yang menarik tubuhnya kedalam sebuah pelukan. Tangan Fort dengan lembut membawa kepalanya untuk bersandar penuh pada dadanya.

Cup

"Aku mencintaimu sayang"

Seketika tubuh Peat bergejolak panas, emosi yang ia telan bulat bulat seolah membakar dadanya. Pria besar ini mengelak, tak menjawab pertanyaannya. Ia tak butuh pernyataan dan kecupan dikepalanya. Yang ia butuhkan hanyalah pendapat dari alpha ini. Namun sayang, ia tak mendapat jawaban apapun dari sang Putera Mahkota.

"Yang Mulia, ayo berkencan, satu hari saja,

sebagai pasangan normal"

-----

"Permisi" Suara dari balik dinding ruang makan terdengar menginterupsi kegiatan sang Putera Mahkota dan calon Omega Agung yang tengah menyelesaikan sarapan pagi mereka.

Mata rusa itu melirik ke ambang pintu dan melihat Nat yang sudah rapi dengan setelan kerjanya, ia berdiri dengan kepala menunduk disana. Makanan didepannya yang tinggal dua suap pun Peat pilih tinggalkan. Tangannya menaruh alat makan yang berada ditangannya dan kemudian meminum air putih yang berada digelas miliknya. Pria cantik tersebut kemudian meraih sapu tangan dan menekannya beberapa kali disekitar bibir.

"Kupikir aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu kemarin. Ah! Atau kau datang memang bukan untukku." Peat menoleh kembali kearah Nat yang masih berdiri diambang pintu masuk ruang makan.

"Masuklah Nat" Peat kembali bersuara, dengan senyum lebar ia mempersilahkan Nat untuk masuk kedalam ruang makan.

Mengindahkan perintah dari sang atasan, Nat melangkah maju dan kini berdiri dibelakang kursi Peat.

Srettt

Peat mendorong sedikit kursinya kearah belakang dan menatap Fort yang tak acuh dengan apa yang terjadi. Pria besar itu sibuk dengan ipad ditangannya dengan bibir yang bergerak kecil membaca apa yang ia lihat.

"Yang Mulia, aku pamit" Peat memutar tubuhnya berniat meninggalkan ruang makan sebelum sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. Peat kembali menoleh dan mendapati Fort yang tengah berdiri menatap kearahnya.

Cup

"Hati hati sayang, semoga harimu menyenangkan" Fort mengecup dahi sang omega dan kemudian membelai lembut surai halus tersebut. Peat hanya mengangguk dan kemudian berbalik untuk melanjutkan jalannya.

Drap

Drap

Merasa seseorang ikut berjalan dibelakangnya, Peat memilih memutar tubuhnya dan mendapati Nat berada dibelakangnya.

"Aku bukan Putera Mahkota, dia masih disana dan duduk menghabiskan kopi paginya. Kupikir kau salah orang"

"Tapi-"

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan Nat. Asal jangan berada didalam pandanganku"

Peat kembali memutar tubuhnya dan berlalu keluar, meninggalkan Nat yang berdiri terpaku diposisinya dengan pandangan aneh dari sang Putera Mahkota.

-----

Cklek

Blam

"Kau datang Khun" Pria dengan bibir plump itu tampak tersenyum tipis dengan tubuh yang bersandar penuh pada kepala ranjang.

"Hai James, bagaimana kabarmu pagi ini?" Peat menatap James sejenak sebelum kembali melanjutkan jalannya kearah meja kecil yang berada disisi lain ruangan. Tangannya kemudian mengambil nampan yang berisikan makanan yang sudah disediakan oleh pelayan asrama.

"Lebih baik Khun, terimakasih, semuanya berkat anda"

"Kau tak perlu berbohong. Suaramu semakin kecil dari kemarin. Apa semakin sakit?"

Pria dengan mata rusa itu berjalan mendekat dan mendudukan tubuhnya disisi ranjang. Tangannya mulai bergerak mengambil lauk dan menaruhnya diatas nasi yang tak hangat maupun dingin.

"Dadaku terasa panas pagi ini dan hidungku mimisan satu kali. Namun hari ini aku bisa duduk dan melihat pemandangan diluar" James menatap Peat sambil tersenyum, bibirnya kemudian terbuka bersamaan dengan datangnya suapan dari Peat.

"Eum, setidaknya kau bisa duduk. Aku turut bahagia" Peat ikut tersenyum, tangannya meraih gelas yang berada dikepala ranjang James dan meletakkan nampan berisi makanan diatas kasur. Pria cantik itu berdiri dan berjalan kesisi yang sama seperti sebelumnya untuk mengisi gelas kosong tersebut dengan air putih.

"Benar, ada yang datang selain aku kesini? Tirai tentu tak bergerak sendiri"

"Nat, pagi ini dia berkunjung sesaat dan pergi"

"Kau tak apa?" Peat berbalik dengan segelas air ditangannya, mendudukan tubuhnya kembali disisi ranjang sambil membantu James untuk minum.

"Khun tau?" Dahi James berkerut kearah Peat, matanya menatap Peat yang tengah menyeka sisa air minum yang berada disudut bibirnya.

"Eum, bahkan aku tau jika mereka berdua anak dari Perdana Menteri"

"Maaf. Saat itu aku-"

"Tak apa. Kau pasti mengkhawatirkannya hingga hasil yang kau berikan padaku tak sempurna. Aku mengerti"

"Terimakasih Khun. Dia tak seburuk itu awalnya, tapi ayahnya memintanya melakukan banyak hal. Jadi-"

"Baiklah James, aku mengerti. Ayo makan dan setelah itu kau harus meminum obatmu" Peat menepuk kepala James pelan hingga James terdiam, kemudian bibir kissable itu tersenyum tipis dan mengangguk menyetujui ucapan Peat.

-----

"Bibi. Ambilkan tas milikku diatas meja kerja. Aku harus-"

"Biar aku"

Tap

Tap

"Berhenti!" Dengan raut tak senang Fort menatap tajam kearah pria kecil yang kini berjalan menuju tangga. Dahinya berkerut dan alis matanya yang menukik tajam.

Nat segera berbalik mendengar nada tinggi dari Fort, tubuh kecilnya terlihat semakin mengecil karena merasakan aura marah dari sang Putera Mahkota.

"Kau! Apa tujuanmu?" Fort berjalan mendekat dan memgambil rahang Nat, mencengkeramnya cukup kuat hingga pipi berisi itu cekung kedalam.

Ringisan dari pria kecil itu membuat Fort semakin mendengus kesal. Tangannya sesaat kemudian menampik rahang yang ia pegang hingga tubuh Nat terhuyung kebelakang. Untung saja tangannya memiliki reflek cepat untuk menggenggam pagar tangga, sehingga tubuhnya tak jatuh ke lantai.

"Kau ingin menggodaku?!" Raut Fort seketika berubah dingin, mata besarnya menatap Nat dengan tajam.

"Bu-bukan begitu Yang Mulia. Sa- saya-"

"Lancangnya kau ingin memasuki kamarku bahkan ketika aku tak memberi izin"

"Ma-maaf Yang Mulia. Saya.. Saya hanya ingin membantu. Khun Peat menolak bantuan saya jadi saya pikir sebaiknya-"

"Membantuku? Apa aku terlihat membutuhkanmu?! Cih, dan apa maksudmu dengan mengeluarkan feromonmu sebanyak ini hah? Kau jelas ingin menggodaku!" Iris aqua itu membelalak marah, tak suka dengan apa yang Nat lakukan.

Brukk

Pria kecil itu seketika jatuh dengan sendirinya. Tubuhnya berkeringat hebat. Rasa panas dan sakit mulai menyerang tubuhnya secara bersamaan. Napasnya tersengal. Heatnya datang!

"Hei, apa kau tak belajar? Aku memiliki mate dan aku tak akan terangsang dengan feromonmu. Aku tak tau apa tujuanmu hingga saat heat kau berani datang kesini. Pergilah! Dan berikan lubang senggamamu pada dominan lain"

Fort berjalan menjauh dengan suara kaki yang menghentak. Wajahnya terlihat masam tak menyenangkan. Suasana hatinya menjadi buruk. Berapa banyak omega itu menyemprotkan feromonnya? Bahkan ketika dirinya seharusnya tak dapat mencium feromon omega lain, tapi kali ini bau omega itu menusuk hidungnya.

Ck! Ia seharusnya bertemu Peat dan menghirup aroma manis pria itu untuk mengembalikan suasana hatinya, namun ia sudah terlambat dan harus berangkat saat ini juga ke kamp militer.

Ugh! Pagi yang menyebalkan!

Shit!

"Bibi! Tasku!!!"

-----

Srett

Srett

Ranting kayu yang digesekan diatas tanah mulai membentuk pola abstrak. Hembusan kasar terdengar memecah sunyi hutan. Kaki dirapatkan dan ditarik hingga mendekat kearah dada, dagu runcing itu kemudian disandarkan diatas lutut yang menempel.

'Kau tak akan menenemui Luna?' Peat menggeleng pelan menjawab pertanyaan Nick.

'Kau kecewa padanya?'

'Dibandingkan itu aku hanya belum siap. Bahkan aku pernah mengatakan jika aku membencinya'

'Jadi kau merasa bersalah?'

'Tidak juga'

Pria cantik itu mulai menjatuhkan ranting ditangannya, tangannya memeluk lututnya dengan mata yang menatap pola abstrak diujung kakinya.

Ia tak merasa bersalah dan juga merasa benar. Tapi menampakan diri pada wanita itu sepertinya bukan pilihan yang tepat saat ini. Hatinya saja yang belum siap.

'Moon Goddes tak berniat menipumu. Ia hanya ingin melatihmu secara langsung Peat.'

'Aku tau'

'Dia juga sangat menyayangimu'

'Ya, aku tau'

'Dia bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Bahkan ketika kau bersembunyi dihutan seperti ini'

'Aku tau Nick. Aku kesini hanya karena tak ingin bertemu orang lain. Perasaanku kacau'

'Perasaanmu kacau dan mengajak Fort berkencan. Aku tak mengerti' seolah tau penyebab lain dari kacaunya hati Peat, Nick secara gamblang menyebut nama Fort dalam ucapannya.

'Aku tau dan aku aneh. Mengenai Moon Goddes, aku hanya belum siap, benar jika penyamarannya membuatku kecewa karena tak jarang aku menumpahkan keluh kesahku padanya, tapi aku tak marah. Mengenai ucapanku yang membencinya juga tak membuatku merasa bersalah karena aku memang tak menyukai aturannya. Tapi aku tak ingin menemuinya hari ini karena aku belum siap, bagaimana pun juga ia adalah seorang Moon Goddes, tuan yang akan kulayani kelak' Peat mengambil jeda sejenak, kini pikirannya berpindah pada pria besar yang mengisi separuh dari otaknya saat ini.

'Mengenai Fort. Aku hanya ingin menikmati cintanya selagi bisa Nick. Jawabannya semalam membuatku sangat sadar jika pada akhirnya aku tak akan menjadi yang terakhir. Dan lagi aku tak tau pasti kapan aku akan dibawa untuk perawatan. Kau tau, aku membawa penyakit, bisa saja aku mati selama perawatan. Untuk terakhir kalinya aku ingin merasakan cinta dan kasih sayang dari seseorang Nick'

'Peat, kau tau aku selalu disini bersamamu'

'Terimakasih Nick. Aku merasa kacau hanya karena semuanya terlalu banyak dan cepat. Aku lelah'

'Aku menyayangimu Peat'

'Aku juga menyayangimu Nick'

-----

Matahari tampak naik sepenggala. Tak begitu gelap dan tak begitu terang. Namun seorang pria dengan tubuh kecokelatannya tampak bersemangat memulai paginya kali ini.

Dia sangat bersemangat. Hari ini ia akan berkencan dengan Peat dan ia sangat tak sabar. Bahkan ia tak bisa tidur semalaman karena terlalu bersemangat. Dua hari yang lalu omega itu mengajaknya berkencan dan tentu saja langsung ia setujui. Namun mereka tak bisa melakukannya kemarin karena Fort sudah memiliki janji dengan kamp militer.

Pagi pagi sekali mata besar itu terbuka dan segera mengambil posisi untuk melakukan beberapa push up, pull up dan beberapa latihan kecil lainnya. Bermodalkan barang barang dikamar mandi, Fort dengan serius memulai latihan kecilnya. Tubuhnya harus bugar hari ini karena ia ingin sang omega terkesima.

Setelah menyelesaikan latihan kecilnya, Fort berjalan menuju cermin panjang yang berada dikamar mandinya dan mulai memperhatikan tubuhnya dari bawah keatas. Sesekali ia membentuk pose yang tampak mengencangkan otot ototnya.

Satu pose

Dua pose

Tiga pose

Bibir penuh itu akhirnya tersenyum puas ketika melihat otot ototnya yang kencang serta tubuhnya yang terbentuk dengan bagus. Fort pastikan jika Peat akan jatuh berkali kali lipat pada pesonanya hari ini.

-----

Pria dengan kulit putih itu tampak memperhatikan kembali penampilannya. Menepuk beberapa debu yang bersarang dibahunya dan kembali memperhatikan penampilannya.

Sweater ungu pastel dengan gambar kepala puppy besar ditengahnya, celana jeans putih diatas lutut dan sneaker putih dikakinya, tas kecil berwarna merah muda dengan aksen rumbai rumbai dibawahnya tampak tersampir dibahu sempit sang omega. Rambut ditata rapi dengan poni yang ia bentuk seperti koma untuk memperlihatkan sedikit dahi halusnya. Riasan tipis dengan blush on coral serta lip gloss dibibir kemerahanya.

Peat tersenyum puas. Penampilannya terlihat cukup baik untuk kencan hari ini. Semoga saja Fort menyukai penampilannya hari ini.

Omega tersebut mulai berjalan keluar dari kamar mandi kamarnya dan bergegas menuju kamar Fort. Peat tak sabar bertemu pria besar itu dan menghabiskan hari ini bersama.

Tap

Kaki Peat tiba tiba saja terhenti ketika mencapai ambang pintu kamarnya. Matanya terpana menatap seseorang yang secara kebetulan juga baru sampai diambang pintu dikamarnya.

Fort terlihat sangat menawan. Tubuh bagusnya terbalut t-shirts putih dengan luaran kemeja polos berwarna ungu pastel yang dibuka seluruh kancingnya. Kaki panjangnya dibalut jeans putih panjang disertai sneaker putih dikakinya. Satu telinganya dihiasi anting kecil. Rambutnya ditata rapi keatas dan membiarkan satu helai rambut menggantung didepan dahi.

"Hei" Dengan malu malu Peat melambaikan tangannya kecil menyapa pria didepannya. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman tipis. Jantungnya berdegup kencang. Ini mendebarkan!

"Hei, kau- terlihat cantik sayang" Pria didepannya tak kalah gugup, bahkan tanpa sengaja bibirnya melemparkan senyum canggung karena jantungnya berdetak terlalu cepat. Ia gugup!

"Yang Mulia juga terlihat tampan"

"Terimakasih. Kita, pergi sekarang?"

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞