FORTPEAT - RARE SPECIES - 23 🔞

⚠️⚠️⚠️ WARNING!!! FULL NC, KATA KOTOR, VULGAR ETC. 21+++ DIMOHON KEBIJAKAN PARA PEMBACA, WORD 4K+++

The night - Day 1

Bunyi kecipak dari peraduan dua bibir terdengar tak beraturan. Sang submisif yang sudah telanjang sepenuhnya itu terlihat duduk disebuah sofa tunggal, satu satunya sofa yang diletakkan dalam ruangan besar itu dan terletak disudut ruangan. Pria besar yang masih menyisakan celana dalam itu tampak bersimpuh dengan tangan yang merengkuh penuh tubuh kecil dihadapannya, salah satu tangan besar itu terus bergerak mencapai tengkuk sang submisif, tangan tersebut kemudian mengusap tengkuk dengan sedikit memberikan tekanan untuk memperdalam ciuman mereka.

Peat semakin memajukan tubuhnya, membuat adik kecilnya yang sudah tegak itu semakin menempel pada perut sang dominan. Pinggulnya bergerak maju dengan sedikit naik turun, sehingga rasa panas yang dibutuhkan adiknya dapat diperoleh karena gesekan dari perut berotot didepannya. Tangan Peat yang mengalung dileher Fort tampak bergerak mengusap punggung besar itu diagonal, ujung jemarinya bergerak halus untuk memberikan rasa menggelitik yang seduktif.

"Nhh..." Tangan putih itu dengan cepat berpindah menangkup rahang sang dominan dan menarik wajahnya menjauh. Menempelkan kedua ujung hidung mereka dan saling bertukar napas hangat satu sama lain. Kedua pasang iris ungu tersebut saling menatap dengan senyum lebar dibibir masing masing.

"Suai.."

Slurpp

Fort menjilat bibir basah dihadapannya setelah memuji kecantikan sang omega. Membuat bibir tipis yang terlihat sedikit bengkak dan kemerahan itu semakin berkilau. Kekehan kecil keluar dari bibir keduanya. Kupu kupu menggelitik perut masing masing.

Cup

Cup

Cup

Suara basah kecupan dari Peat membuat Fort merasa nyaman. Pria kecil itu mengecup seluruh bagian wajahnya dengan tangan yang masih menangkup rahangnya.

"Alpha.." Peat mengulum daun telinga Fort setelah memanggilnya seduktif, membuat pria besar itu ikut melenguh dan dengan tidak sabar membawa sang submisif kedalam gendongannya.

Grep

Hap

"Ungh.." Peat melenguh ketika merasakan adiknya menghantam perut keras Fort. Kaki putih yang tampak halus itu kini melingkar sempurna dipinggang Fort.

Tangan putih itu meremas rambut bagian belakang Fort ketika merasakan sebuah jilatan bersarang didadanya. Sensasi dingin ketika jejak saliva itu mengenai udara dingin, membuat seluruh saraf Peat tergelitik. Gigitan kecil disertai putingnya yang dimainkan berputar membuat tubuhnya semakin bergetar. Bahkan ujung jari kakinya sudah tertekuk kuat untuk menyalurkan sensasi menyengat dari dadanya.

Bibir tebal itu mulai menyesap kuat dada busung dihadapannya. Membuat sang submisif mendesah kuat karenanya. Jilatan, sesapan dan gigitan bergantian menggerayangi kedua dada, menciptakan semua bekas kemerahan yang mungkin tak akan hilang dalam waktu dekat. Belum lagi Fort sangat tergiur ketika melihat dada Peat yang sangat berisi dan padat, seakan taringnya bisa menancap disana dan menyesap apapun hingga tak bersisa. Puting kemerahan Peat sudah mencuat tegang, terlihat seperti diminta untuk digigit dan dimainkan, tak membiarkan puting menggiurkan itu menunggu, dengan gemas Fort menggigit puting merah itu dan menariknya cukup kuat

"Argh!! Anh.. Nh.. Sakithh alpha-" Peat merengek kecil ketika rasa perih hadir didadanya, kedua lengannya terlihat mengapit dadanya dari sisi kiri dan kanan untuk mengurangi rasa perih yang ia rasakan. Namun hal itu membuat dada tersebut semakin busung dan membuat Fort melakukan hal yang sama pada puting lainnya.

Brukkk

"Akh! "

Belum sempat Peat merengeki puting perih lainnya, tubuhnya sudah mendarat diatas kasur empuk dengan cukup kuat. Meskipun tak sakit, namun rasa terkejutnya cukup membuat rasa sakit didadanya teralihkan.

Peat merasakan kasur yang ia tempati bergoyang kekanan dan kekiri, membuatnya menoleh dan mendapati Fort yang merangkak diatas tubuhnya. Wajah keduanya berhadapan, dengan tubuh bagian bawah mereka yang sudah menempel dan hanya terhalangi oleh kain celana dalam yang masih Fort gunakan.

"Nghh.." Desahan keduanya keluar secara serempak ketika Fort mulai menggesekan adik mereka secara naik turun. Tangan Fort menggenggam tangan Peat dan merentangkannya 45 derajat, genggaman itu mengerat seiring bertambah cepatnya gesekan yang Fort berikan.

"Anggh.. Stopph.." Racau Peat, kepalanya berputar kekanan dan kekiri cukup cepat, penisnya terasa sangat panas, Peat merasakan bagaimana penisnya semakin membesar setiap kali gesekan tersebut dilakukan.

Srett

Brukk

Dengan gerakan cepat kini Peat sudah berada didalam posisi telungkup, Fort mengambil pinggang sang omega dan menaikan pinggul itu hingga menungging tinggi. Fort baru menyadari jika tubuh Peat kembali menjadi halus, tak ada lagi bekas luka yang ia lihat beberapa saat lalu. Apa feromonnya begitu ampuh menyembuhkan luka Peat? Benar benar mengagumkan.

"Ungh" Desah Peat ketika lidah Fort menjilat lubang berkedut miliknya untuk pertama kali, membuat perutnya sakit karena sensasi menggelitik sekaligus menyengat dari bagian belakangnya.

Mata besar itu menatap lapar lubang didepannya. Iris ungu itu berbinar melihat lelehan slick yang tak berhenti untuk menetes. Cairan bening kental itu sudah tersebar disekitar lubang berkerut itu, membuat sisi yang merah terlihat mengkilat dan bagian kulit putih Peat memantulkan cahaya. Belum lagi setiap cairan yang menetes mengalir melewati buah kembar, batang penis merah muda dan beberapa juga membasahi paha bagian dalam milik Peat.

Ouh.. Sungguh pandangan yang sangat menggugah selera

Dengan pelan tangan besar itu menyentuh lubang yang terus menghasilkan slick tersebut, mengaisnya dan mulai menyebarkannya keseluruh permukaan bokong sintal sang omega. Lenguhan keluar dari mulut Peat ketika bagian selatannya kembali disentuh oleh sang alpha, membuat perutnya sedikit keram karena rasa menyengat yang diberikan.

Tangan Fort terus bermain diarea mengkilap tersebut, mengusapnya melebar dengan pola melingkar hingga bokong sintal itu memantulkan cahaya secara keseluruhan.

Plakk

Plakk

Tangan besar itu beralih menampar pipi pantat tersebut, menciptakan bunyi khas yang semakin kuat karena adanya sentuhan lengket karena slick yang dioleskan.

"Anhh akk" Rintihan Peat terdengar setiap kali tamparan dilayangkan dipipi pantatnya, rasa sakit yang ia terima dengan cepat berubah menjadi rasa nikmat.

Bibir tebal itu menyunggingkan senyumnya ketika jejak tangan hasil karyanya sudah tercetak jelas pada kulit putih itu. Warna merah yang kontras membuatnya semakin indah dimata Fort.

Slurpp

"A-auwhh.. Mhh"

Kini wajah dari sang alpha sudah sepenuhnya menempel diantara pipi pantat tersebut dan mulai menjilati bahkan menghisap setiap cairan yang keluar. Seperti candu, rasa dari slick tersebut membuat Fort tak mau untuk menyelesai acara 'meminum'nya. Ujung lidah Fort bahkan sudah masuk melewati lubang kecil tersebut, menggerakannya memutar untuk menyisir jalur yang akan ia masuki setelah ini. Dan juga rasa kuat untuk kembali menyesap slick tersebut membuat lidahnya semakin lama semakin masuk kedalam rektum, bergerak acak sehingga tubuh Peat bergetar hebat.

"Ouh.. Alphahh" Tangan Peat meraih apapun yang bisa ia ambil, mengigit sprei putih dibawahnya untuk menyalurkan rasa nikmat ditubuhnya.

Slurppp

Fort kembali menghisap lubang itu kuat hingga mata Peat berputar dan hanya menampakan bagian putihnya saja.

"Auch!" Peat berseru ketika ia merasakan pipi pantatnya digigit oleh sang dominan, gigitan tersebut meninggalkan jejak diatas bekas tamparan yang masih sangat memerah.

Tak lagi ingin menahan hasratnya, dengan gerakan cepat Fort melepaskan pertahanan terakhirnya, celana dalam itu ia buang kesembarang arah dan kembali memposisikan tangannya dipinggul sang omega.

Srett

Bukk

Pipi pantat itu melekat sempurna pada kejantanan yang sudah mengacung tegak tersebut. Membuat keduanya melenguh disaat yang bersamaan ketika bagian sensitif tersebut saling bertabrakan satu sama lain.

Fort mulai menggerakan badannya sedikit maju mundur dan atas kebawah, melumuri penisnya dengan slick yang masih terus mengalir dari rektum Peat. Gesekan tersebut perlahan menjadi lebih cepat, membuat rasa panas menjalar keseluruh tubuh keduanya hingga desahan mulai keluar dari bibir masing masing.

"Anghh- omegah.. Sialh" Rutukan keluar begitu saja dari Fort ketika merasakan kenikmatan yang luar biasa pada kejantanannya. Adiknya dimanja hanya dengan gesekan dipipi pantat disertai sensasi lengket dari slick yang membuatnya semakin nikmat. Apa jadinya jika ia memasuki lubang hangat penuh madu dibawah sana? Padahal ini bukan pertama kalinya ia bercinta dengan Peat.

"Masukkh- ku- mohonh.. Alpha, mhh.." Rasa frustasi dikepala Peat semakin menjadi, rasa terbakar dari dalam dirinya seakan memohon untuk lubangnya segera diisi. Ia tak bisa lagi menahan rasa kosong yang hadir dibagian dalamnya.

Srett

Grep

Fort menarik leher Peat keatas dan mendekap tubuh bagian atas sang omega erat, tangannya yang lain bergerak menahan perut bawah Peat agar menempel erat dengan tubuhnya. Fort meringsutkan tubuh mereka semakin keatas hingga jarak mereka dengan kepala ranjang tak sampai 50 cm.

Sang alpha terus menyesap aroma yang keluar dari tubuh omeganya, aroma jasmine yang membuatnya kecanduan dari hari pertama mereka bertemu hingga sekarang. Scent gland yang berada ditengkuk Peat pun sudah berulang kali Fort gigit, keinginan untuk menandai omega dikungkungannya ini berkali kali membuat Fort frustasi, gejolak didadanya hanya menginginkan Peat dalam pelukannya, tak ingin lepas sedetikpun. Meskipun marking yang ia lakukan sekarang tak berpengaruh apa apa, tapi obsesinya terhadap pemilik tubuh didepannya semakin lama semakin tinggi.

Jejak kemerahan disepanjang tengkuk dan pundak belakang Peat menandakan jika Fort sangat tegas dengan ambisinya terhadap sang mate, dan fakta bahwa omega ini miliknya membuat hatinya beribu kali bahagia.

Fort menaruh satu tangan Peat pada kepala ranjang dan kemudian menangkupnya dengan tangannya yang lebih besar, tangan lainnya kini meraih rahang Peat untuk diputar kebelakang. Tangan Peat yang bebas pun ikut bergerak mengalung kebelakang tengkuk Fort.

Cup

Keduanya kembali saling melumat dan menjamah rongga masing masing dengan rakus, seakan tak pernah puas dengan hal tersebut.

Fort pertama kali melepaskan pagutan mereka, kini tangannya kembali memeluk tubuh Peat dengan kedua telapak tangannya yang berada didada berisi sang omega. Fort menuruni punggung Peat dari tengkuk hingga pinggang sang omega, menghadiahi setiap jalan yang ia lalui dengan kecupan, tak lupa tangannya yang juga sibuk menggerayangi dada sang omega yang sudah membengkak dengan jemarinya. Desahan demi desahan pun Peat keluarkan karena tubuhnya yang terlalu dimanja.

Mata Fort kemudian menangkap simbol matahari kecil yang sama dengan miliknya, mengecupnya lama dan menjilatnya, begitu seterusnya hingga Fort melakukannya sebanyak tiga kali. Untuk pertama kalinya ia begitu menyukai tanda pair, hatinya menghangat karena dipastikan Peat hanyalah miliknya.

Cup

Fort kembali mengecup tanda itu untuk terakhir kali sebelum mengangkat tubuhnya dan beralih memegangi pinggang Peat. Bagian bawah sang omega sudah sangat basah, bahkan slick tersebut sudah menggenang diatas kasur yang mereka gunakan.

"Memohonlah padaku- omega" Fort memggerakan tangannya yang berada dipinggang Peat maju mundur untuk menggoda sang submisif, Rasa ingin memegang kendali penuh atas sang mate tiba tiba menyeruak ditubuhnya.

"Alpha.. Kumohon.. Nhh"

"Apa hm? Katakan dengan jelas" Bibir penuh itu membentuk seringaian puas, suara Peat yang kecil dan bergetar benar benar memenuhi raungan jiwanya, ia sangat puas mendengar suara lemah dari sang omega.

Peat memutar kepalanya kebelakang dengan satu tangannya yang ia tangkup diatas tangan besar Fort yang berada dipinggangnya. Alisnya terlihat menekuk memohon dengan mata yang berkaca kaca, pipi merahnya sedikit menggembung dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Penismu.. Masukkan- ngh" Peat menggigit bibir bawahnya ketika Fort terlalu kuat membenturkan tubuh mereka. Tak sengaja, melihat wajah memelas sang omega membuat birahi Fort naik berkali lipat. Omega ini harus habis malam ini.

Srettt

Buk

Fort membalikkan tubuh sang omega cepat hingga kembali terlentang diatas kasur, tangannya menarik paha Peat cepat hingga tubuhnya berada diantara kaki Peat. Satu tangan Fort mulai mengangkat kaki kanan Peat untuk bertumpu dipundaknya, dengan tak sabar Fort mulai memasukkan penis kecokelatannya. Memposisikan kepala penis tersebut tepat didepan lubang yang berkedut cepat.

"Huk.. Pelan pelan-" Peat mendongakkan kepalanya diiringi dengan tangan yang menjangkau pundak Fort, matanya yang berkaca kaca terlihat memohon. Ini adalah yang pertama, jadi ada sedikit rasa takut dari hati Peat, apalagi ketika ia melihat jika ukuran Fort tak main main, bahkan panjang dan besar miliknya tak sampai separuh dari pria besar didepannya. Menakutkan.

Fort mengusap kepala sang submisif, tersenyum lembut diiringi anggukan ringan. Wajar jika Peat takut, miliknya memang sebesar itu.

Tangan Fort meraih genangan slick yang membanjiri kasur dan melumurinya pada penis miliknya. Tangannya kemudian menarik satu pipi pantat Peat kesamping untuk membuat akses yang lebih besar.

Push

"Eunh.." Peat merintih ketika sebuah benda besar mulai mengoyak rektumnya. Tangannya meraih bantal yang berada disampingnya untuk diremas kuat. Ini terasa sangat menyakitkan.

"Hey.. Relax baby. Tenang, ini akan mudah jika kau tak tegang."

Peat menganggukan kepalanya kecil, ujung hidungnya memerah dengan air mata yang keluar dari ekor matanya. Hati Fort sangat meluap melihat pemandangan didepannya, bagaimana seseorang bisa terlihat menggemaskan namun juga sekaligus mengundang lonjakan birahinya semakin tinggi? Peat benar benar sesuatu yang lain.

Kini Fort kembali mengangkat satu kaki Peat yang masih melintas diatas pahanya, membawanya keatas pundaknya sehingga lubang rektum Peat semakin lebar dari sebelumnya. Fort kembali mendorong pinggulnya, hingga setengah dari panjang penisnya sudah bersarang didalam tubuh Peat.

"Sedikit lagi"

Jlebb

"Akhhh" Peat berteriak ketika Fort mendorong seluruh miliknya kedalam lubangnya, rasa panas yang perih dibagian bawahnya membuat Peat kewalahan. Pria kecil itu mulai menangis, tubuhnya bergetar dengan dada yang naik turun, tangannya ia bawa untuk menutupi wajahnya yang dibanjiri air mata.

Fort yang tak tega melihat sang submisif segera memeluk pria cantik itu erat. Mengiangkan ucapan maaf disisi telinga Peat dengan ribuan kecupan dipelipis yang tak tertutupi tangan Peat, tangannya bergerak menyisir rambut Peat yang berada didahinya, mencoba menenangkan sang submisif dari tangisnya.

Tak selang berapa lama Peat mulai tenang, tangan itu terbuka dan menampakan wajah Peat yang memerah karena tangisannya. Bibirnya mencebik lucu, matanya menatap Fort lugu.

"Sudah baik?" Peat mengangguk, tangannya memegang kedua bahu Fort dan mulai membuat pola acak disana. Fort mendengus dan kemudian tersenyum kecil, pria dibawahnya terlalu menggemaskan. Apa benar ia pria dengan umur 27 tahun?

"Lanjutkan" Peat segera menenggelamkan wajahnya pada pundak kanan Fort dan merengkuh leher Fort, mendekapnya erat karena malu dengan perkataannya sendiri.

"As you wish, babe"

Tangan Fort mulai bertumpu pada kasur, pinggulnya mulai bergerak maju mundur secara perlahan.

"Umhh../ahh.." Keduanya mendesah bersamaan, dinding rektum Peat terasa sangat sempit dan hangat, gesekan pelan yang terjadi disana membuat saraf keduanya ikut bergetar.

Plop

Plop

Suara peraduan kedua tubuh pun mulai terdengar nyaring, perlahan tempo gerakan Fort semakin meningkat setelah merasakan lubang Peat yang semakin menyempit dan berkedut. Desahan dan lenguhan masing masing tak terhindarkan, tubuh keduanya benar benar dimanjakan satu sama lain. Peat bahkan tak sadar beberapa goresan karena kukunya terbentuk dipunggung Fort ketika penis panjang itu beberapa kali menumbuk G-spotnya. Membuat dirinya serasa melambung jauh kelangit ketujuh.

"Anhh.. Anh, nghh, fasterhh, please-" Tangan Peat kini beralih meremas rambut belakang Fort saat merasakan tubuh mereka semakin bergerak cepat, desahan dari keduanya bersautan, bunyi hentakan dibagian bawah pun terdengar semakin kuat.

Buk

"Hep, euhh" Fort kembali membalik tubuh Peat agar menelungkup, tangannya kembali membawa satu tangan Peat menumpu kepala ranjang dan satunya lagi memegang tengkuknya. Tubuh bagian bawah mereka masih bergerak, maju mundur dalam tempo yang sangat cepat.

"Kiss me" Tangan Fort yang semula berada dipinggang Peat kini meraih rahang kecil tersebut dan meraup bibir bengkak dihadapannya, melumat cerry itu lapar dengan tubuh yang masih bergerak menghantam G-spot sang omega.

Bibir itu beralih mengecupi sisi rahang kanan Peat hingga mencapai daun telinga kemerahan. Melumatnya dan mengigit daun telinga tersebut hingga puas.

Tangannya kini kembali memeluk sang omega, satu tangannya yang lain ikut bertumpu pada kepala ranjang untuk menopang tubuh mereka berdua.

Hentakan yang Fort berikan semakin brutal, dinding rektum Peat pun menggila, bergerak cepat karena titik kenikmatannya berulang kali dihujam. Fort semakin mempercepat laju gerakannya ketika merasakan penisnya dipijit kuat oleh rektum hangat Peat, membuatnya semakin membesar dan membesar didalam sana.

Tak berbeda jauh, Peat juga merasakan sperma miliknya juga berkumpul diujung penisnya, seluruh tubuhnya bergetar hebat saat ini, bahkan lututnya tak lagi menyentuh kasur, ia sepenuhnya bergantung pada tubuh alphanya, lututnya terlalu lemas untuk menopang tubuhnya sendiri

Bersiap akan knotting, Fort menghentakkan kuat kejantanannya sekali lagi.

"A-a ah.. Aku- keluarhh" Lelehan keruh dari Peat membanjiri kasur mereka, bercampur dengan basahnya sprei karena ulah slick Peat yang menggenang sebelumnya.

"Arggh" Sekali lagi Fort menghentakkan penisnya lebih dalam, membuat tubuh Peat terhuyung kedepan karena gerakan yang Fort lakukan. Peat juga merasakan perutnya sangat penuh, penuh sampai sampai ia merasakan keram dibagian sana.

Crottt

Cairan hangat pun mulai memenuhi perut Peat, tubuh Fort sedikit bergetar ketika melakukan pelepasan pertamanya, ia akan mengisi seluruh tubuh Peat dengan benihnya.

Peat harus mengandung benihnya.

-----

Day 2.

Setelah melakukan penggempuran dari malam hingga tengah hari, kedua manusia yang tertidur diatas kasur kotor tersebut tampak berpelukan erat satu sama lain. Bahkan kaki sang submisif melingkar erat dipinggang sang dominan. Penis Fort yang masih berada didalam rektum Peat pun tak mengurangi sedikitpun rasa nyaman ketika tidur.

Matahari mulai tenggelam di pelabuhannya. Setelah aktivitas berat yang mereka lakukan, tak satupun dari mereka yang ingin bangun. Keduanya masih hanyut dalam tidur lelap yang berkepanjangan.

-----

Mansion Putera Mahkota terlihat sunyi, setiap sisi gedung dijaga oleh satu orang penjaga yang ditugaskan. Seluruh pintu tertutup bahkan jendela sekalipun. Lampu lantai pertama sengaja dimatikan dan membiarkan lampu dilantai dua menyala.

Setelah James menyampaikan jika Peat tak kunjung kembali setelah tiga jam menemui Putera Mahkota pada Saifah, Saifah segera menemui Ratu untuk mendiskusikan hal tersebut. Tak berselang lama Ratu segera memerintahkan semua orang untuk pergi dari mansion tersebut dan hanya menyisakan para penjaga untuk menjaga mansion tersebut secara bergantian.

Hal tersebut segera dipatuhi dan para penjaga ditempatkan disekeliling mansion.

-----

Day 3

Menjelang fajar sang submisif mulai merasa terusik, bagian bawahnya yang masih tersumpal penis mulai kembali basah. Peat dapat merasakan jika slicknya kembali mengalir setelah berhenti saat menyelesaikan aktivitas kemarin. Tubuhnya kembali merasa panas luar biasa.

Mata rusa itu terbuka lebar, iris keunguan miliknya bersinar terang. Insting untuk membuat nest seketika datang. Tubuh telanjang itu kemudian bergerak menjauhi sang alpha. Menuju pintu dan membukanya. Hidung bangir tersebut mengendus kesegala arah, kakinya berjalan lurus dan membuka pintu yang berada tepat didepannya.

Kamar Fort.

"Cedar..."

-----

Raungan marah terdengar mencekam dari kamar calon Omega Agung. Sang alpha yang baru saja bangun menjadi sangat panik ketika tidak menemukan omeganya disisinya. Pria dengan iris ungu itu telah menghancurkan separuh dari kamar tersebut. Ranjang yang sebelumnya ia tempati sudah terbagi dua, pecahan cermin dimana mana, kursi yang terletak sudah berubah menjadi bagian bagian kayu panjang, meja kaca hancur, lemari pakaian milik Peat jatuh, dan sofa tunggal yang kini  berada dalam posisi terbalik

"Omegaa!!!" Sang alpha melolong marah, bahunya naik turun, iris ungu tersebut memerah disekitarnya, napasnya memburu hebat.

Tiba tiba aroma candu tersebut melewati indera penciumannya. Dengan cepat Fort bergerak menelusuri aroma jasmine tersebut. Puncak emosinya perlahan menurun ketika melihat pintu yang terbuka lurus kearah kamarnya. Pikiran kacaunya menbuatnya mendahulukan emosi ketimbang mencari tahu keberadaan omeganya. Rasa takut kehilangan pria cantik itu membuat Fort gila.

Pria dengan tubuh besar itu menjulurkan kepalanya, mencari keberadaan sang omega yang seharusnya berada didalam kamar miliknya. Bau jasmine tercium sangat kuat, tak mungkin Peat tidak ada disini.

Dahi Fort berkerut, ia tak menemukan Peat didalam kamarnya, emosi kembali memenuhi kepalanya, mata marah itu berkeliling menelusuri setiap sisi kamar hingga mata besar itu menangkap pintu wardrobe miliknya yang sedikit terbuka. Dengan langkah seribu Fort bergegas menuju ruangan tersebut dan membuka pintu tersebut lebar.

Degg

Hati sang alpha mencelos lega ketika melihat sang omega tengah bergelung dengan tumpukan baju miliknya. Fort bergerak mendekati omega yang tengah nesting tersebut, namun kakinya kembali mundur ketika mata rusa itu terbuka dan bibirnya mengeluarkan geraman rendah layaknya marah.

Seketika sang alpha mengernyitkan dahinya, tak suka dengan penolakan yang diberikan oleh sang omega. Instingnya untuk kembali menandai omega miliknya meningkat.

Keduanya saling menggeram rendah, menolak keinginan lawan masing masing. Namun seketika geraman rendah Peat berubah menjadi purring, pria cantik itu kembali masuk dalam mode hibernasinya dengan tangan yang menarik beberapa pakaian kering milik Fort kearah tubuhnya.

Seketika Fort berhenti menggeram, kakinya kembali melangkah mendekati sang omega dan memposisikan tubuhnya dibelakang tubuh sang omega. Desiran didadanya kembali bergejolak, tengkuk itu menggodanya untuk segera ditandai.

Kraukk

Untuk kesekian kalinya Fort menandai apa yang menjadi miliknya.

-----

Day 5.

Setelah seharian dengan aktivitas berat yang menggairahkan. Pukul 5 pagi kedua calon penguasa tersebut akhirnya kembali tidur. Dan lagi seharian kemarin bukan lagi Fort dan Peat yang bersenggama, melainkan Judy dan Nick.

Kedua serigala itu melakukannya dikamar Fort, selain dekat dengan tempat nesting yang Peat bangun, ini juga dikarenakan kamar Peat yang sudah hancur karena ulah Fort beberapa hari lalu.

Sang omega yang memilih untuk tidur pada nest yang ia bangun, tampak terbangun karena rasa panas yang kembali menghantui tubuhnya. Pukul delapan malam dan slicknya kembali diproduksi. Semua baju Fort sudah basah, ia tak lagi memiliki tempat nyaman untuk bersarang, sedangkan tubuhnya sangat panas dan menginginkan dirinya terbalut dalam aroma cedar sang alpha.

Kaki kurus itu mulai meninggalkan nest miliknya, nest nyaman yang ia gunakan untuk mengisi ulang tenaganya lebih cepat tak lagi bisa ia gunakan. Setelah kembali memasuki ruang tidur utama, Peat melihat Fort yang masih terlelap diatas ranjang besar tersebut. Kakinya bergerak maju hingga kini berada disamping tubuh pria besar tersebut.

Grep

Srettt

Peat perlahan mengambil jemari pria tan itu setelah bersimpuh diatas karpet yang mengalasi ranjang. Menatapnya penuh nafsu dan mulai memasukan tiga jari Fort kedalam mulutnya. Peat memaju mundurkan kepalanya menikmati jemari yang berada didalam mulutnya, lidahnya bergerak meliuk membasahi setiap inci kulit, lenguhan lenguhan kecil terdengar dan menambah kesan erotis pada Peat.

Mata besar yang terbuka sejak merasakan tangannya yang diangkat dan digeser, terlihat begitu menikmati pemandangan yang berada dibawahnya itu. Peat terlihat sangat seduktif dan nakal. Mata rusa yang terpejam dengan lidah yang membelit jarinya terasa begitu memabukkan.

"Kau harus memakan yang lain sayang"

-----

Rintihan dan desahan terdengar menggema dari kamar Putera Mahkota. Tangan sang alpha tampak bergerak maju mundur untuk membantu kepala sang omega yang tengah diapit oleh kakinya. Mata besar itu terpejam dengan desahan kenikmatan ketika adiknya begitu dimanjakan oleh sang omega.

Merasakan penis didalam mulutnya semakin membesar, Peat mulai menjauhkan kepalanya dari penis tersebut dan beralih memijitnya secara beraturan, matanya menatap keatas untuk membuat kontak mata dengan sang alpha. Fort tertegun, matanya kembali dimanjakan dengan rupa sang submisif yang begitu menggairahkan, bibir basah dengan mata sayu, Peat benar benar memancing libidonya.

Peat kembali menurunkan pandangannya dan meraih dua bola kembar yang menggantung dengan mulutnya, mengulumnya dan menghisapnya dengan kedua tangan yang masih memijit batang panjang yang membesar tersebut.

"Ermhh.. Peathh, ahh.. Sial" Fort mengumpat entah yang keberapa kali ketika bagian bawahnya benar benar terservice dengan baik. Dada Fort naik turun, napasnya memburu hebat.

Jilatan Peat kemudian turun kebagian paha dalam Fort, melayangkan kecupannya dan memberikan beberapa tanda kepemilikan disana.

Peat kembali menjilat batang tegang tersebut, menggerakan lidahnya secara zig zag dengan mata yang mengunci tatapan sang alpha. Peat tersenyum tipis ketika melihat Fort yang kembali memejamkan matanya erat, desahan yang keluar dari bibir penuh itu membuat Peat merasa puas dengan dirinya.

"Aku- mhh.. Ak-kuh" Peat kembali menjauhkan wajahnya ketika merasakan kepala penis Fort yang semakin membesar.

Crott

Crott

Luapan sperma keruh itu akhirnya keluar, tubuh besar Fort bergetar hebat. Dadanya naik turun dengan cepat, lenguhan panjang pun terdengar. Setelah merasa dirinya tuntas, Fort membuka matanya dan mendapati wajah Peat yang sudah basah karena cairan miliknya.

Tanpa sadar Fort meneguk ludahnya kasar, Peat terlihat semakin seksi. Lidahnya yang terjulur keluar untuk mencoba menjangkau sperma diatas bibirnya semakin membuat Fort gila.

Grep

Dengan cepat Fort menangkup rahang kecil itu kedalam tangan besarnya. Mengangkat tubuh yang bersimpuh itu untuk duduk diatas pangkuannya.

"Jangan, biar aku yang membersihkan"

Slurpp

Satu persatu Fort mulai menjilati wajah Peat, membersihkan wajah sang omega dari spermanya. Tangan Peat yang memegang pinggang Fort pun tampak reflek meremas bagian tersebut, jilatan yang Fort berikan diwajahnya membuat perutnya serasa digerayangi banyak kupu kupu.

Cup

Pemberhentian terakhir, Fort meraup bibir kemerahan itu dan mulai melumatnya, membagi sisa sperma yang masih berada dimulutnya. Tangannya menarik dagu sang submisif kebawah agar mulut tersebut terbuka dan memberikan akses lidahnya untuk bertemu lawan mainnya. Bunyi kecipak kembali mendominasi. Fort dengan rakus menghisap lidah Peat dan membelitnya. Lidah Fort bahkan mengabsen rongga hangat yang baru saja memanjakan adiknya.

Merasakan pukulan tangan Peat didadanya, Fort mulai menurunkan lumatannya. Bibir Fort seakan tak lelah bekerja, kini bibir penuh itu menciptakan banyak tanda disepanjang leher hingga dada Peat. Tangan Peat juga mulai berpindah menggerayangi rambut Fort, melampiaskan rasa nikmat yang ia peroleh dari sang alpha.

"Umhh" Peat melenguh ketika merasakan adiknya yang digenggam oleh Fort, pria itu menggerakannya maju mundur dalam tempo naik.

Brukk

Sesaat kemudian Fort menjatuhkan tubuh kecil itu keatas kasur miliknya, meraih kaki jenjang yang menggantung dipinggir kasur tersebut dan mengangkatnya keatas.

Fort mulai mengulum jemari kaki Peat, menjilatnya dan sesekali menggigitnya. Jilatan itu turun menuju pangkal paha dalam milik Peat diiringi setiap tanda yang ditinggalkan.

Srett

Fort menarik tubuh Peat kebawah dan mulai bersimpuh, tangannya ia posisikan dibelakang lutut Peat dan mendorong lutut tersebut agar tertekuk keatas. Fort tersenyum puas ketika mendapatkan pemandangan yang ia inginkan. Penis kecil kemerahan yang sudah berdiri dan rektum yang mengeluarkan lelehan slick diiringi aroma memabukkan.

Slurpp

Fort menjilat dari bawah keatas, menampung lelehan slick tersebut dan setelah itu mengulum bola kembar yang menggantung. Bak memakan anggur, Fort bergitu menikmati rasa bola kembar dimulutnya.

Bibir itu kembali naik, dan mulai menjilati batang penis milik Peat dan mengulumnya.

Peat merasakan tubuhnya seperti tersengat, membuat dirinya tanpa sengaja mengapit kepala Fort dengan kakinya, tangannya meraih rambut Fort untuk ia lampiaskan.

"Alpha-ahh.. Emhh.." Peat meracau, tubuhnya seperti tersengat listrik ribuan volt.

Fort semakin melajukan temponya, mengulum penis kemerahan itu dan memainkannya didalam mulutnya.

"Ohhh, ak-"

Crott

Tubuh Peat melengkung sempurna ketika berhasil mengeluarkan muatannya. Matanya berputar dan hanya menampakkan putihnya saja, bibirnya menghela napas berat karena rasanya baru saja ribuan volt listrik diangkat dari tubuhnya.

"Huk-" Peat tertohok ketika merasakan benda asing memasuki rektumnya, matanya melirik kebawah dan mendapati Fort yang sudah memasukkan dua jarinya kedalam lubang sempit miliknya.

"Eunhh.." Peat melenguh ketika merasakan jari jari tersebut mulai bergerak acak didalam rektumnya.

Jleb

Jari ketiga mulai dimasukkan, membuat tubuh Peat seketika bangun dan menyangganya dengan kedua tangan dibelakang tubuh. Lagi. Peat merasakan rektumnya diputar sedemikian rupa.

Grep

Hap

Dalam gerakan cepat, tubuh kecil Peat sudah berada didalam gendongan koala Fort. Pria besar dengan senyum lebar itu mengecup setiap inci wajah Peat. Iris yang sudah berubah aqua itu menatap damba sang omega.

Brukk

Fort menjatuhkan tubuh Peat diatas meja nakas, mengukung pria kecil itu diantara lengannya dan menempelkan ujung hidung mereka. Peat yang merasa malu memundurkan kepalanya, namun cermin dibelakang yang menghalangi membuat hidung mereka kini saling menekan satu sama lain.

Cup

Cup

Cup

Setelah mengecup bibir kemerahan itu berkali kali, Fort kembali menatap iris ungu milik Peat, menyisir rambut sang submisif dan menyampirkannya kebelakang telinga.

"Suai" Pria kecil itu mengulum senyum, matanya turun dan memilih menatap dada sang alpha.

"Hei Peat, tatap aku"

Grep

Cup

Cup

Fort mengambil tangan Peat dan mengecup punggung dan telapak tangan Peat bergantian. Senyumnya tak luntur, hatinya terlalu membuncah kesenangan.

"Hei calon istri, tatap aku" Perlahan mata rusa itu kembali menaikkan pandangannya, iris ungu itu kian cantik dengan lampu yang menerpanya.

"Jadilah milikku, aku mencintaimu"

Cup

Peat mengambil inisiatif terlebih dahulu setelah pernyataan cinta dari Fort, pria kecil itu meraup bibir penuh itu kedalam sebuan ciuman dengan tangan yang mengalung pada leher Fort. Fort tersenyum dalam ciumannya, tangannya kembali bergerak dibawah pipi pantat Peat dan mengangkatnya kembali seperti koala, kakinya berjalan menuju kamar mandi yang pintunya terbuka setengah.

BLAM

TBC

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞