FORTPEAT - RARE SPECIES -22

Brakkk

"Apa maksud ayah?! Apa ayah tau betapa tersiksa dan sulitnya aku mendapatkan dan membawanya?! Aku tak akan pernah melepaskan Peat untuk apapun dan siapapun!"

Tubuh besar itu berdiri sesaat setelah memukul meja dengan tangannya. Iris besar itu menatap tajam pria tua dengan rambut memutih dihadapannya. Tak percaya jika hal seperti itu keluar dari mulut sang ayah.

"Fort, tenanglah nak. Ini bukan kehendak ayah atau ibu. Peat tak memungkinkan untuk menjadi pendampingmu nak. Dengan tubuh seperti itu ia tak akan mampu menemanimu memimpin wilayah. Ini demi kebaikan kalian berdua" Raja dengan tenang mencoba memberi pengertian kepada puteranya, helaan napas kecil terlihat setelah ia menyelesaikan perkataannya.

"Aku tidak dalam kondisi baik untuk membahas hal seperti ini. Aku permisi"

Fort mendorong kursi dibelakangnya dengan betis dan kemudian sedikit membungkuk memberi salam hormat. Setelah itu Fort berjalan menjauh untuk pergi dari ruang makan istana dengan wajah yang tak bersahabat.

"Sayang, aku akan berbicara dengan Fort. Tunggu sebentar".

-----

Grep

"Fort"

Pria besar yang dipanggil itu menghembuskan napasnya berat. Apalagi sekarang? Bahkan belum lewat pukul 9 pagi dan ia sudah banyak mendengar omong kosong. Bahkan selama sarapan ia merasa seperti orang dungu yang tak tahu apapun mengenai situasi yang terjadi. Fort membenci rasa rendah diri karena ketidak terlibatannya didalam hal ini.

"Fort"

Fort berbalik dan mendapati sang ibu yang berdiri dibelakangnya, tangan sang ibu bertaut dibawah perut dengan raut khawatir kearahnya. Hati kacaunya seketika berganti dengan rasa bersalah karena membuat ibunya menjadi khawatir pagi ini.

Mata besar itu kemudian terpejam, mencoba mengatur suasana hati dan emosinya yang masih memuncak. Ia tak ingin ibunya tersakiti oleh ucapannya nanti.

"Ayo bicara nak, lima menit saja"

-----

Mata rusa itu menatap lekat punggung pria tua yang berjalan menjauhinya. Ancaman Perdana Menteri bukanlah suatu hal yang main main. Identitasnya sudah diketahui dan suatu saat bisa saja tersebar secara tiba tiba, bahkan bisa saja terjadi sebelum masa sebulan yang ia miliki.

Itu artinya ia harus bergerak lebih cepat. Ia harus ke mansion saat ini juga dan menghubungi Khun Tan. Alat peretas yang ia gunakan tertinggal dikamar, dan lagi ia tak mungkin menghubungi seseorang diruang terbuka seperti ini karena akan mengundang banyak pertanyaan.

Benar, hari dimana ia mengunjungi Khun Tan bersama dengan James saat itu ia mendapatkan alat peretas agar sambungan telepon, pesan dan email yang bersifat pribadi tidak diketahui oleh pihak kerajaan. Hidup di istana tak semudah yang dibayangkan, semua gerak geriknya diawasi dengan sangat ketat. Dan lagi seluruh barang yang ia gunakan disini diberikan oleh istana, jadi sangat besar kemungkinan jika barang barang ini memiliki penyadap didalamnya.

Peat melirik pintu utama Golden House. Berapa lama lagi ia harus menunggu Fort keluar dari sana? Apa pria itu tidak ingat jika ia menyuruh Peat menunggunya diluar? Pelatihannya menunggu dan ia harus segera pergi.

"Khun" Peat segera menoleh ketika mendengar suara familiar dari arah belakang punggungnya. Mata rusa itu melihat James tengah membungkukkan kepalanya untuk menyapanya.

"Ah, ya. Apa sudah jam 9 James?"

"Sudah Khun. Apa kita akan langsung menuju tempat pelatihan?"

Mata rusa itu kembali memandang pintu utama dari Golden House. Menimang pilihan apa yang akan ia ambil, menunggu Fort atau pergi pelatihan sekarang juga.

"James, lima menit. Setelah itu kita pergi"

-----

Dahi Fort berkerut, tangannya menyilang didepan dada dengan kaki yang terus berjalan menuju pintu utama Golden House.

Semua hal yang dibicarakan pagi ini benar benar membuatnya sakit kepala. Bahkan apa yang disampaikan Ratu tak membantunya sama sekali, dan malah semakin menambah beban pikirannya.

Semalam ibu mendapatkan gambaran lain. Ibu melihat jika Peat berada dalam suatu ruang gelap sendirian. Ibu melihat Peat termangu dengan tubuhnya yang mengurus ditengah ruangan. Matanya mengeluarkan air mata tapi tak ada isakan, ia hanya duduk sendirian dan menatap kearah tembok kosong. Dan buruknya ibu tak tahu apa arti minpi tersebut.

Tak biasanya ibu seperti ini. Mendapatkan gambaran dan berhubungan langsung dengan Moon Goddes sudah menjadi makanan sehari hari sang ibu. Namun segala sesuatu yang berhubungan dengan Peat, semuanya menjadi abu abu, bahkan Moon Goddes cukup banyak menolak untuk terhubung pada ibu dua bulan terakhir ini. Bahkan perjamuan rutin yang diadakan setiap bulannya tak kurang satupun, namun Moon Goddes hanya akan datang bila pertanyaan ibu tak menyangkut tentang Peat.

Cklek

"Mau kemana?" Kalimat pertama yang Fort lontarkan ketika melihat Peat dan James yang sudah berjarak beberapa langkah diluar teras istana. Suara Fort terdengar berat dan datar, menyerupai suara Judy namun tak seberat itu. Kaki panjang itu kemudian melangkah lebih cepat ketika Peat memberhentikan langkahnya setelah mendengar pertanyaan Fort.

"Kupikir kau akan lebih lama, jadi-"

"Apa aku terlihat seperti orang yang mudah bagimu? Apa aku seremeh itu hingga perintah untuk menungguku saja kau abaikan?"

"Bukan begitu, aku- hah.. Maafkan aku" Peat menarik ucapan protes yang akan ia layangkan ketika melihat wajah Fort yang semakin tidak bersahabat. Peat hanya tak ingin berdebat.

"Kalian berdua ikut aku"

-----

Disepanjang perjalanan kembali menuju mansion, tak ada yang berani melontarkan satu katapun. Bahkan jika biasanya James berjalan dibelakang Peat, kali ini Peat membawa James untuk berjalan bersisian dengan tangan yang saling bertaut, Peat bahkan membisikan kata 'Tolong aku' beberapa kali pada James.

Entah kenapa kali ini Peat merasa ketakutan melihat Fort. Pria besar ini tidak sekali dua kali marah dan melontarkan kalimat buruk padanya. Namun aura alpha ini sangat berbeda hari ini. Terkesan lebih kuat dengan bau feromonnya yang menyengat. Bau feromon Fort tercium hampir setara dengan kuatnya bau feromon omega yang tengah heat.

Tiga orang yang berjalan beriringan itupun akhirnya sampai didalam mansion. Tak berhenti diruang tengah, Fort membawa kakinya terus berjalan menuju lantai dua yang hanya berisikan kamarnya dan kamar Peat.

Setiap langkah yang diambil, Peat merasa tekanan semakin berat ditubuhnya. Bahkan James melirik Peat khawatir karena tangan didalam genggamannya berubah menjadi sangat dingin.

Cklek.

Suara pintu yang dibuka membuat bulu kuduk kedua omega itu berdiri. Derap langkah yang hanya berasal dari Fort membuat keduanya hanya mematung diambang pintu.

"Masuk"

Keduanya meneguk ludah dengan susah payah, melihat keringat dingin yang mengalir dipelipis tuannya membuat James tak tega dan berinisiatif untuk melangkah lebih dulu.

Pria besar dengan aura yang sudah menghitam itu mulai membalikkan tubuhnya. Mata besar itu kemudian menatap tajam kearah dua omega yang setengah menunduk ketakutan.

"Jelaskan"

Tak ada yang berani menjawab. Bahkan James yang sekedar ingin bertanya mengenai pokok permasalahan saja tak berani. Fort terlalu menakutkan.

"Jelaskan!" Keduanya terkesiap ketika mendengar suara Fort yang meninggi. Serempak mata keduanya terpicing erat karena terkejut dengan suara tinggi yang tiba tiba.

"Aa.. Saya-"

Grep

"Maaf Yang Mulia. Saya bersalah" Peat mengeratkan genggamannya pada tangan James seolah menyuruh James untuk diam dan membiarkannya berbicara pada Fort.

"Saya sendiri yang meminta James untuk menutupinya. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan James, percayalah" Setelah maju selangkah didepan James, Peat mengangkat kepalanya untuk menatap Fort, dengan perasaan yang masih dipenuhi rasa takut Peat mencoba menantang mata  besar itu seperti biasa.

Alpha itu kemudian berdecih remeh, langkahnya dibawa semakin mendekat kearah Peat. Matanya tak lepas untuk menatap wajah cantik sang omega.

Grep

"Kau, bekerja untukku" Tangan besar itu dengan cepat meraih pipi James yang berada dibelakang Peat dan menekannya kuat, membuat pria cantik tersebut meringis kesakitan. Mata besar yang semula menatap Peat kini beralih menatap bengis kearah James.

"Yang Mulia!" Peat yang terkejut segera meraih lengan yang melintang didepannya dan mencoba melepaskan tangan Fort dari James. Tapi cengkeraman itu malah semakin kuat.

"Kau kutugaskan menjaga pria ini dan melaporkan semua kegiatannya padaku! Dan sekarang apa? Kau membuatku terlihat dungu didepan Raja dan Ratu" Mata besar itu berubah kian nyalang, bahkan dipikirannya ia sudah meremukkan kepala James saat ini.

Tangan Fort kemudian bergerak semakin keatas, hingga James terpaksa menjinjitkan kakinya mengikuti arah tangan Fort, ringisan kesakitan tak pernah habis dari bibir James, bahkan lelehan air mata sudah mengalir deras dipipinya.

James panik, James ketakutan. James merasakan jika pipinya sudah luka karena goresan kuku dari Putera Mahkota. Bahkan mungkin kepalanya akan hancur sesaat lagi dan ia akan bertemu ajalnya.

Srakk

Srakk

"Fort!!!"

Brakk

"Akh- Sshhh... "

Fort sontak menjatuhkan tubuh James setelah mendengar teriakan Peat yang cukup kuat diiringi dengan matanya yang juga melihat aksi mengejutkan Peat.

Bukan hanya karena Peat yang pertama kali memanggil namanya, namun juga karena Peat yang merobek paksa kemeja yang ia gunakan saat ini. Dan lagi Fort semakin terkejut ketika melihat tubuh Peat yang memiliki bekas luka yang tak bisa dibilang sedikit.

Tangan Peat yang gemetar terangkat menyeka air matanya yang jatuh. Ia ketakutan, sangat takut karena ia melihat kilatan mata Fort seperti bersiap untuk membunuh seseorang saat mencengkeram kedua pipi James. Fort terlihat sangat menyeramkan.

Peat kembali menutupi tubuhnya seadanya, kemejanya hanya menempel ringan karena kancing bajunya yang sudah lepas saat Peat merobek paksanya. Peat kemudian berjongkok dan mendekati James, memeluk pria yang masih gemetar itu untuk menenangkannya, mata James tampak tak fokus, bahkan ringisan kesakitan masih terus keluar dari bibirnya

Tangan Peat kemudian berpindah menangkup pipi yang sudah luka tersebut, menjauhkan tubuh mereka dan menatap miris pada luka yang masih tampak mengeluarkan darah tersebut. Kedua ibu jari Peat mulai mengusap bagian bawah dari luka tersebut dengan lembut.

"Maafkan aku" Peat perlahan menurunkan tangannya dan membantu James untuk berdiri, memapah pria cantik itu untuk keluar dari kamar.

"James, tunggulah aku dibawah. Ini tak akan lama" Peat menepuk pundak James beberapa kali dan beralih kembali masuk kedalam kamar.

Grep

James menahan tangan Peat, matanya menatap Peat cemas, kepalanya menggeleng samar agar Peat tak kembali kedalam dan pergi bersamanya.

Srett

"Aku tak apa James, pergilah" Peat melepaskan tangan James dari pergelangan tangannya, tersenyum tipis sebelum benar benar menutup pintu kayu tersebut.

Peat menarik napas dan menghembuskannya perlahan, tangannya yang masih memegang gagang pintu terlihat mencengkeram gagang tersebut cukup kuat.

Setelah meyakinkan dirinya sendiri dengan pilihannya, Peat berbalik dan menatap Fort yang masih berdiri diposisi awalnya. Pria itu menatapnya datar dengan tangan yang tersimpan didalam saku celananya.

Srakk

Srakk

Srakk

"Peat! A-apa yang-" Protes Fort terhenti ketika matanya melihat tubuh polos Peat dihadapannya. Bukan. Ini tak seperti ia bernafsu pada Peat untuk berhubungan badan, tapi ia terkejut dengan apa yang terjadi pada tubuh polos itu.

"Kau menginginkan penjelasan bukan?"

-----

Pria cantik yang kini sudah ditutupi oleh selimut tebal itu menatap jauh kearah jendela kamarnya, ia enggan untuk menatap pria yang kini tengah menaruh sepasang pakaian baru disampingnya

"Kenapa tak memberitahuku?" Fort menurunkan tubuhnya untuk duduk diatas karpet beludru tersebut, menaruh tangannya diatas paha Peat yang tertutupi selimut dan mengusapnya pelan. Matanya mencoba menarik Peat untuk menatapnya.

"Untuk apa? Kau akan melindungiku? Menjagaku?" Peat menggeleng, bibirnya mendengus kecil dengan senyum miris yang mengikuti.

"Kau bahkan tak peduli padaku Yang Mulia." Peat menolehkan kepalanya dan menatap mata besar itu lekat, senyum tipis miris itu masih terlihat dibibir kemerahan itu.

Fort terdiam.

Benar

Apa yang akan ia lakukan? Apa yang bisa ia lakukan?

"Aku bisa pergi menemanimu" Fort menjawab dengan percaya diri.

"Dengan tumpukan pekerjaanmu? Dan juga, apa yang akan berubah? Tubuhku akan tetap dimasuki jarum runcing itu."

"Tapi aku alphamu Peat, aku matemu. Sudah seharusnya aku mengetahui keadaanmu" Mata besar itu menatap mata rusa itu lekat, seolah menyampaikan rasa frustasinya pada omega dihadapannya.

Peat memindahkan tumpuan pegangan tangannya sehingga hanya satu tangan yang memegangi selimut. Satu tangan lainnya bergerak mencapai pipi sang alpha, mengusapnya perlahan dan kembali tersenyum tipis.

"Dan juga alpha- tak seharusnya mengkhianati matenya Yang Mulia"

-----

Pria dengan tubuh kecil itu tampak duduk dengan kaki bersilang disalah satu gazebo disisi istana. Matanya terlihat memandang kearah hijau yang begitu memanjakan mata.

Otaknya mulai memutar kejadian hari ini. Dari saat sarapan bersama hingga dirinya yang menbawa James kembali ke kamarnya dan mengobati pria cantik itu. Peat merasa bersalah, James tak seharusnya mendapatkan luka seperti itu.

"Hei Peat"

Pria cantik itu menoleh dan mendapati Luna yang terlihat akan duduk disampingnya. Bibir tipis itu kemudian menyunggingkan senyum seolah menyapa wanita cantik tersebut.

"Kau terlihat buruk"

Peat tersenyum dan dilanjutkan dengan kekehan kecil. Kepalanya kemudian mengangguk ringan dengan dengungan mengiyakan pernyatan Luna.

"Apa tugasmu terlalu berat? Kau bahkan tidak fokus dipelatihan hari ini"

"Jujur saja, mind control sangat sulit bagiku, ini sudah hari ketiga dan aku belum menguasainya dengan baik" Peat mencebikkan bibirnya, berpura pura kecewa denga pencapaiannya.

Sebenarnya Peat tak sekecewa itu, jika ia fokus hari ini kemungkinan besar ia akan mengusai mind control hari ini. Tapi suasana hatinya tengah buruk, ditambah dengan otaknya yang selalu teringat pada Fort, pria besar yang ia tinggalkan begitu saja didalam kamarnya setelah menyebutnya pengkhianat.

"Benarkah? Kupikir kau akan menguasainya hari ini Peat" Luna tersenyum tipis dan kemudian beralih menatap kehijauan didepannya.

"Maaf. Aku berjanji akan menyelesaikannya besok" Ya, sampai sebelum hari penobatan Peat hanya akan berlatih mengenai spiritual. Hal utama yang sangat wajib dikuasai oleh seorang Omega Agung.

Menurut Luna, Peat termasuk pelajar yang memiliki daya tangkap cukup cepat. Buku tafsir dengan tebal 5000 halaman berhasil ia kuasai dalam waktu tiga hari. Meskipun portal penghubung dengan Moon Goddes saat ini belum sukses terbuka, tapi untuk hal lain Peat sudah dapat dikatakan cukup sukses.

Pelatihan hanya menyisakan 3 subjek lagi. Mind control, perjamuan, dan portal penghubung. Dan semuanya harus diselesaikan sebelum hari penobatan. Namun sayangnya waktu yang ditargetkan menjadi semakin pendek, ketiga subjek ini harus diselesaikan sebelum perawatannya dimulai.

"Kau membenci Moon Goddes?"

Peat yang sebelumnya menatap kebawah kakinya sontak mengangkat kepalanya dan menatap kearah Luna. Dahinya berkerut heran.

"Hanya terlintas begitu saja di otakku. Kau boleh tak menjawabnya jika tak nyaman"

Mata rusa itu beralih menatap kehijauan didepannya, melakukan seperti apa yang Luna lakukan.

"Hah.. Awalnya aku tak sebenci itu. Kau tau, aku berasal dari wilayah pendamping dan aku tak menyukainya karena menjadikanku seorang omega. Namun setelah aku datang kesini, ternyata ada hal yang lebih menakutkan yang ia ciptakan. Takdir seorang omega."

Keduanya kemudian saling bertatapan, bertukar pandang dan hanya saling diam.

"Beruntung kau adalah seorang alpha Luna. Bahkan kau diberikan kelebihan dengan hal spiritual seperti ini. Moon Goddes sepertinya sangat mencintai kaum alpha" Peat tersenyum kecil, tangannya mengambil tangan Luna dan menepuknya pelan sebelum berdiri dari posisinya.

"Aku pergi, sekarang sudah sore dan James sepertinya sudah berdiri diujung sana menungguku. Terimakasih atas pelajaran hari ini dan tentu saja terimakasih sudah mendengar omong kosongku barusan. Sampai jumpa besok Luna"

Tangan putih itu melambai beberapa kali ketika kakinya terus berjalan menjauh dengan kepala yang masih menatap kearah Luna, dan Luna pun membalas hal yang sama diiringi senyuman tipis dan anggukan ringan.

"Sampai jumpa Peat-

-satu minggu lagi"

-----

"Khun"

"Eum?" Peat menoleh kebelakang menanggapi ucapan James.

"Tubuhmu terlihat sedikit berbeda" Peat mengerutkan dahinya bingung. Apa maksudnya?

"Maaf, tapi apa Khun tak merasakan celanamu sedikit sempit hari ini?" James menatap kearah bokong Peat yang terlihat lebih sintal dari sebelumnya.

Peat semakin mengerutkan dahinya. Pagi ini terasa seperti pagi lainnya, tak ada yang istimewa.

"Tidak. Kenapa? Apa aku terlihat aneh?"

James menggeleng dengan tangan yang juga ikut bergerak acak didepan dadanya, seolah mengatakan jika bukan itu maksudnya.

"Hanya saja aku melihat tubuh Khun lebih berisi dari biasanya"

"Benarkah? Eum, apa aku harus diet?"

James kembali menggelengkan kepala dan menggerakkan tangannya.

"Tidak Khun, bukan itu maksudku. Tapi-"

"James sepertinya kita harus cepat. Ayo!"

Peat segera memotong ucapan James ketika melihat halaman depan mansion Putera Mahkota dipenuhi para pelayan yang saling berbisik dan berkerumun satu sama lain. Kenapa mereka semua diluar? Apa yang terjadi?

Drap

Drap

Drap

Kedua omega itu menggerakkan kakinya setengah berlari. Raut khawatir tercetak jelas diwajah keduanya.

Puk

"Bibi. Apa yang terjadi?" Peat menepuk salah satu pundak dari pelayan yang paling dekat dengan posisinya, meminta sang pelayan menjelaskan situasi yang terjadi.

"Ah, sore Khun. Itu- Putera Mahkota mengamuk!"

-----

Drap

Drap

Drap

Peat berlari kedalam mansion dengan kecepatan penuh. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Fort yang tengah marah besar. Sepertinya pria besar itu marah karena pembicaraan mereka yang tak selesai pagi ini.

Ini salahnya. Harusnya ia tak menyuruh Fort merenungkan kesalahannya sendiri pagi ini. Pria besar itu mungkin saja frustasi sehingga mengamuk. Ia harus mencoba menenangkan alpha itu sekarang sebelum semuanya semakin memburuk.

Tap

Kaki Peat berhenti tepat didepan kamar miliknya. Feromon milik Fort tercium sangat kuat dari dalam kamarnya dan dapat dipastikan jika Fort masih berada didalam sana.

Rasa pusing tiba tiba saja menghantam kepala Peat. Tubuhnya berkeringat dengan hawa yang tiba tiba menjadi panas. Untung saja ia melarang James dan pelayan yang menawarkan diri untuk menemaninya kedalam. Dengan feromom sepekat ini artinya amarah Fort benar benar besar, akan bahaya jika yang lain turut celaka. Peat tak ingin kejadian pagi ini terulang kembali.

Peat mencoba memfokuskan pandangannya yang sedikit berkunang, menggelengkan kepalanya singkat untuk mengusir rasa pusing dikepalanya. Tangannya kemudian terangkat meraih gagang pintu. Dengan jantung yang berdegup sangat cepat, Peat mulai menggerakkan gagang pintu tersebut dan mendorongnya kedalam.

Cklek

"Yang Mulia?"

Brakk

"Ah!!"

BLAM

Baru saja tubuhnya masuk diiringi dengan panggilan untuk memanggil sang alpha, Peat merasakan tubuhnya didorong cukup kuat menghantam dinding, membuat punggungnya terasa nyeri dan tanpa sadar membuat Peat meringis kesakitan dengan mata yang terperjam kuat.

Tak butuh waktu lama, Peat merasakan deru napas tak beraturan yang cukup kuat betada dihadapan wajahnya.

"Omega"

Degg

Peat segera membuka matanya dan mendapati wajah Fort berada sangat dekat dengan wajahnya.

Tunggu! Apa ini?! Irisnya berubah ungu?

"Omega.."

Wajah Fort segera menelusup masuk keceruk leher Peat, bergerak lebih dalam hingga ujung hidungnya menyentuh tengkuk Peat. Dengan kuat Fort mulai menyesap aroma dari scent gland tersebut, menghirupnya seolah olah ingin menguras habis isi dari scent gland tersebut.

Tangan putih itu terangkat memegang pundak Fort, namun tubuhnya bereaksi hebat dengan apa yang Fort perbuat pada lehernya sehingga ia tak ada tenaga untuk menjauhkan pria besar itu dari tubuhnya.

"Omega-ah... Aku- lapar" Suara rendah itu kemudian bergumam dibalik tengkuknya, membuat bulu kuduk Peat meremang cukup hebat. Kakinya seketika menjadi lemah dan bergetar.

Slurpp

"A-ah.. Ya-Yang Mulia.." Tak tertahankan, suara desahan tanpa sengaja terlontar dari bibir tipis kemerahan itu saat merasakan tengkuknya dijilat seduktif oleh Fort.

"Omega..." Peat menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan desiran nafsu yang mulai memenuhi kepalanya.

Srett

Saat merasakan serangan Fort sedikit melemah, Peat segera mendorong alpha tersebut untuk berhadapan dengannya. Iris yang berubah ungu tersebut menatapnya penuh nafsu, bibir yang terbuka setengah itu mengeluarkan napas hangat yang beradu dengan napas milik Peat.

"Yang Mulia.. Apa kau- rut?"

Grep

Srett

Fort segera menarik tangan Peat dan memutar tubuh itu hingga berhadapan langsung dengan cermin rias didalam kamar tersebut. Tubuh besar itu kemudian mengukung sang omega dari belakang dengan satu tangan yang memegang leher Peat agar menatap lurus kedalam cermin.

"Dan kau- heat, omega.."

Degg

Sesaat jantung Peat serasa berhenti berdetak. Untuk pertama kalinya ia melihat iris matanya yang juga berubah menjadi ungu sama seperti Fort. Namun sesaat kemudian tatapan itu berubah, menjadi seduktif dan dipenuhi birahi.

"Alpha.."

TBC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞