FORTPEAT - RARE SPECIES - 20

"Ya. Kabarkan pada semua media jika calon Omega Agung tengah sakit dan butuh bed rest. Jangan lupa sampaikan permintaan maaf dari kami karena menyebabkan kegaduhan tidak berarti hari ini. Ah, satu lagi. Katakan jika kami juga sudah meminta maaf pada Pangeran Boss dan Pangeran Noeul"

Pip

Pria besar dengan bagian atas yang tampak tak mengenakan apapun itu mematikan sambungan telepon dan melirik kesisi sampingnya. Bibir penuh itu kembali mengulas senyum melihat calon istrinya yang masih tertidur dalam damai.

Tring

'Sebaiknya kau urus calon kakak iparku dengan baik atau aku akan membatalkan bulan maduku untuk memukul bokong dan kepala bodohmu Fort'

Kikikan geli terdengar dari Fort ketika membaca pesan dari Noeul. Sedikit heran kenapa Noeul sangat menyukai Peat padahal mereka baru bertemu dua bulan kebelakang. Tapi tentu hal itu adalah kabar baik, adik dan istri yang akur terdengar bagus bukan? Kkk

Fort kemudian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Sebaiknya ia mandi dan kemudian membersihkan tubuh Peat, tidur dalam keadaan bersih dan segar tentu akan terasa lebih nyaman.

-----

Tiga pria tampak duduk didalam sebuah ruangan yang cukup temaram. Ruangan yang berisikan sofa dan rak wine disisi dindingnya membuat ruangan tersebut terlihat cukup sederhana.

Pria tua yang menduduki sofa single melirik dua pria lain secara bergantian sebelum meletakan gelas wine yang ia sesap beberapa saat yang lalu.

"Dari apa yang kulihat sepertinya kau melakukannya dengan baik nak." Perdana Menteri Jom menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil tersenyum miring kearah pria dengan kulit putih. Pria itu hanya tersenyum tipis menanggapi pujian sang ayah.

"Net, jadi bagaimana kelanjutan dari barang yang harusnya sudah kita kirim dua hari lagi? Aku tak percaya tugas remeh seperti ini kau masih saja mengecewakanku"

Pria dengan kulit eksotis itu hanya menunduk dalam, tak berani menatap mata sang ayah yang sudah pasti menatapnya marah saat ini.

"Maaf ayah."

Net tak berani beragumentasi walaupun semua permasalahan yang terjadi bukanlah dari dirinya. Pabrik ilegal yang mereka jadikan sebagai tempat produksi narkoba kini tengah mengalami kendala, mesin yang digunakan tiba tiba saja rusak sehingga produksi terpaksa terhenti untuk sementara.

Sebelumnya Net sudah meminta pengiriman mesin baru sejak jauh jauh hari, namun ayahnya selalu saja menolak dengan alasan mesin yang dimiliki masih layak pakai. Sehingga kendala seperti sekarang tak terelakan dan terpaksa menunda pengiriman dan tentunya ada kompensasi besar untuk keterlambatan.

"Jika saja kau mau menuruti kataku seperti Nat, maka semua yang kau kerjakan akan berhasil dengan baik. Apalagi kau masih berhubungan dengan pria rendahan itu. Cih, membuat citra buruk saja"

Net menutup matanya kuat, tak sanggup mendengar James yang direndahkan oleh ayahnya untuk kesekian kali. Baginya tak apa jika dirinya dihina bahkan dipukul sedemikiam rupa asalkan tak satu jaripun menyentuh James. Bahkan Net rela mengurus pekerjaan kotor sang ayah demi sang fated pair. Ancaman sang ayah tak pernah main main, dan Net tak ingin hal buruk terjadi pada omeganya itu.

Meskipun ayahnya tak menyuruh Net menjauhi bahkan putus dari pria cantik itu. Namun Net tak mau jika suatu saat kebusukan ini terbongkar, James akan ikut terseret karena hubungan asmara mereka.

"Aku tak mau tau, semua masalah yang kau perbuat selesaikan secepat mungkin. Aku tak ingin nama perusahaan tercoreng karena masalah sepele seperti ini. Atau kau akan tanggung sendiri akibatnya" Net mengangguk menjawab perintah sang ayah, satu satunya jawaban yang hanya ingin didengarkan oleh sang ayah saat ini.

"Ah!" Perdana Menteri Jom tiba tiba mencondongkan tubuhnya dan menatap Net lekat, berusaha agar putera pertamanya itu menatap wajahnya.

"Mengenai omega dan beta wanita pengganti. Kau sudah mendapatkannya?"

"Belum" Kepala Net kemudian berputar menatap sang ayah. Matanya tiba tiba menangkap sorot licik yang selalu ia lihat ketika sang ayah memiliki ide buruk.

"Daripada kau menunggu mereka dari panti asuhan atau memungut dari jalanan. Bukankah lebih baik jika memgambil yang segar dan bersih? Hari ini semua orang berkumpul di pesta pernikahan pangeran dan aku sangat yakin mereka akan memilih menginap untuk semalam sebelum pulang kerumah masing masing." Senyum licik pun terukir dibibir yang sudah memiliki tanda keriput tersebut, matanya menatap jauh kearah depan sambil memikirkan gambaran besar yang akan ia dapatkan jika mereka melakukan penculikan tersebut.

"Ya, baik ayah"

-----

Grep

Nat segera menarik tangan Net ketika kakaknya itu beranjak mengitari mobil untuk menduduki kursi kemudi, membuat Net segera menoleh dan menatap sang adik penuh tanya.

"Ayo bicara. Hanya berdua"

-----

Tok

Tok

Tok

Suara pintu yang diketuk membuat Fort memberhentikan pekerjaannya yang baru saja selesai menyiapkan air mandi untuk Peat. Setelah menaruhnya pada rak penyangga baskom, Fort segera memakai atasan piyama yang sebelumnya sengaja tak ia pakai karena suhu malam yang cukup panas kali ini.

Cklek

"Yang Mulia" Fort memutar bola matanya malas, saat ini James tengah berdiri didepannya memberikan salam hormat kepadanya. Terus terang saja, ia masih kesal dengan pria ini karena kejadian siang tadi.

"Maafkan saya mengganggu waktu anda dan Khun Peat, Yang Mulia-"

"Ya, kau sangat mengganggu. Dan apa maumu? Cepatlah karena aku ada urusan dengan calon istriku" Suara Fort terdengar tak bersahabat dan itu cukup membuat James gemetar, tangannya yang bergetar ia kepalkan lebih kuat untuk mengurangi rasa cemas yang ia rasakan.

"Maaf Yang Mulia. Saya ingin mengabarkan jika Khun Saifah sudah datang dan ingin bertemu dengan anda"

"Ck, kenapa juga si kumis itu datang disaat yang penting seperti ini. Yasudah, kau urus calon istriku dengan baik. Saat aku kembali dia harus bersih dan wangi, aku tak mau calon istriku tidur dalam keadaan tak nyaman" Fort kemudian berjalan melewati James. Meninggalkan James yang sudah basah oleh keringat dinginnya serta jantung yang masih berdegup takut. Fort benar benar sangat menakutkan.

-----

"Ada apa?" Sesampainya disebuah kafe yang cukup sepi diperjalanan pulang, tanpa basa basi Net segera menanyai adiknya mengenai hal yang akan adiknya bicarakan.

Sejujurnya suasana hatinya sangat kacau hari ini. Siang tadi ia melihat James ditampar oleh Fort dan itu cukup membuatnya khawatir, pasalnya sudut bibir James sedikit robek dan berdarah. Cih, bahkan dalam pandangannya saja ia tak cukup kuat untuk melindungi belahan jiwanya, memuakkan.

Belum lagi seluruh kinerja dan usaha kerasnya yang dipandang sebelah mata oleh sang ayah hingga James yang lagi lagi juga turut direndahkan membuat hatinya semakin kacau. Namun raut Nat seolah menyatakan jika hal yang ia sampaikan ini sangat penting. Jadi mau tak mau Net harus mendengarkan sang adik, siapa tau informasi ini akan berguna kelak.

"Ini akan sedikit panjang jika aku menceritakannya secara keseluruhan. Namun akan kucoba persingkat sebisaku" Nat mengambil napas dalam sebelum kembali fokus dengan apa yang akan ia bicarakan.

"Dua bulan kebelakang ini aku sering ditugaskan oleh Pangeran Noeul untuk mengawasi Peat. Peat diperintahkan untuk mengambil sampel darahnya sebanyak sekali dalam dua hari untuk keperluan medis. Aku ditugaskan agar saat pengambilan darah Peat berjalan sesuai prosedur karena Pangeran Noeul yang sering berpergian untuk persiapan pernikahannya. Namun seperti yang kau tau ayah akan selalu mengetahui gerak gerikku dan aku harus menuruti segala keinginannya. Jadi pengambilan darah sering kali tetap tak sesuai prosedur dan menyebabkan banyak luka ditubuh Peat-"

"Apa menurutmu ini penting? Bahkan aku tak peduli pria itu sakit atau mati sekalipun" Net menatap tajam kearah Nat. Untuk apa adiknya memberikan informasi seperti ini padanya? Sungguh! Dia sama sekali tak peduli dengan Peat atau calon Omega Agung! Kehadiran pria itu hanya memperburuk situasi dua bulan kebelakang dan membuat dirinya banyak melakukan pekerjaan kotor. Belum lagi gara gara pria itu, James ditampar oleh Fort. Net sama sekali tak peduli!

"Ini kuceritakan padamu agar kau tau skenario apa yang dilakukan ayah dan kau bisa berhati hati, Phi! Bahkan siapa tau informasi ini bisa berguna suatu saat nanti"

Net mendengus dan kemudian menggerakan sedikit kepalanya sebagai isyarat agar Nat melanjutkan perkataannya.

"Saat pengambilan darah terakhir aku diperintahkan untuk memasukkan sejumlah Arsenik dan hal yang mengejutkan adalah tak terjadi apapun pada tubuhnya-"

"Arsenik?" Nat mengangguk kecil menjawab pertanyaan dari sang kakak.

"Kapan terakhir kali pengambilan darah dilakukan?"

"Seminggu sebelum pernikahan Pangeran Noeul? Kurasa hari itu juga Peat dan James pergi keluar wilayah inti. James yang mengatakannya padaku"

Net terdiam, otaknya jelas mengingat jika hari itu Peat sakit selama diperjalanan.

"Tidak Nat. Hari itu aku ikut bersama mereka dan Peat sakit selama perjalanan menuju wilayah pendamping. Tapi bukankah Arsenik dapat membunuh seseorang dalam hitungan menit? Bahkan detik!"

"Oh Shit! Benarkah?!" Nat terkejut mendengar penjelasan dari Net. Ia pikir ia salah memasukan zat kedalam tubuh Peat sehingga ia tak bereaksi apapun.

"Tunggu! Jadi- Fuck!"

Srett

Nat segera menjulurkan telapak tangannya ketengah tengah meja, mata bulat itu menatap Net lekat.

"Pagi ini aku memecahkan kalung liontin yang berisikan darah Peat. Ayah menyuruhku memakainya malam itu untuk mengikat feromon Peat ditubuhku. Kau tau, malam itu-"

"Ya. Teruskan" Net mengangguk cepat karena tau kejadian sebenarnya.

"Ya, setelah Fort meminum alkohol darimu, pria mabuk itu benar benar datang padaku hanya dengan satu panggilan. Dan ternyata feromom Peat sukses menempel ditubuhku semalam. Pagi ini aku memecahkan kalung itu karena aku merasa bersalah pada Peat, pada semua orang. Kaca itu pecah dan aku merasakan serpihan itu menggores telapak tanganku karena aku menggenggamnya sangat kuat. Tapi setelah aku mandi dan berniat mengobati luka ditelapak tanganku, luka itu sama sekali tak ada Phi. Luka itu hilang seakan tak pernah ada. Dan itu membuatku cukup terkejut"

Kepala Net mengangguk paham dengan cerita yang Nat sampaikan. Otaknya mencoba merangkai cerita tersebut hingga sampai pada sebuah kesimpulan.

"Kurasa, calon Omega Agung sangat 'istimewa'. Nat, berjanjilah untuk tak memberitahu siapapun mengenai hal ini. Termasuk ayah." Nat mengangguk, menyetujui untuk menyimpan rapat informasi yang mereka miliki saat ini.

Mereka harus berhati hati dengan senjata yang mereka miliki.

-----

James mengusap rambut Peat pelan dengan senyum yang terulas dibibir plumpnya. Hatinya menghangat ketika mengetahui keadaan Peat yang berangsur baik. Tubuhnya tak lagi panas, berarti Peat sudah tak demam lagi saat ini. James juga melihat bagaimana lebam ditubuh Peat berangsur pudar meskipun luka yang merobek jaringan masih terlihat jelas. James baru menyadari ada beberapa luka dengan darah mengering dibeberapa tempat. Tapi luka tersebut sudah tertutup dan hanya terlihat seperti bekas luka.

Feromon dari mate alpha benar benar ampuh untuk pemulihan seorang omega. Dan James berterimakasih pada Fort untuk itu. Meskipun jauh dalam benaknya James sangat bingung dengan sikap Putera Mahkota. Pria besar itu terlihat begitu mencintai Peat hingga rasanya James sangat iri melihatnya, apalagi akhir akhir ini Putera Mahkota terlihat cukup posesif terhadap sesuatu yang berhubungam dengan tuannya.

Namun tak jarang juga James melihat Putera Mahkota yang seperti tak suka dan benci dengan kehadiran Peat, bahkan perbuatannya yang masih tidur sembarangan setelah memiliki mate benar benar diluar dugaan.

Apa yang sebenarnya ada dipikiran pria besar itu? Kenapa ia begitu tega menyakiti matenya sendiri hingga separah ini? Bukankah semua orang tahu efek dari perbuatan semacam ini? Dan lagi cara pria itu masuk dengan amarah siang ini sangat memuakkan. Bagaimana bisa ia marah pada seseorang yang sakit dan terluka karena perbuatannya sendiri? Tak mungkin seorang Putera Mahkota tak tahu mengenai akibat dari perbuatannya.

"Cih, Sangat ironi Khun. Sumber rasa sakit dan obatnya berasal dari satu orang yang sama." James menggelengkan kepalanya heran sambil tersenyum miris.

Omega benar benar memiliki takdir yang buruk.

-----

Dengan langkah besar dan perasaan bahagia yang semakin lama semakin meningkat, Fort berjalan menuju kamar Peat setelah menyelesaikan urusannya dengan Saifah. Memang kabar yang dibawa Saifah tak begitu bagus karena ada beberapa barang yang masih tak selesai dan akan dikirimkan satu minggu lagi. Tapi setidaknya 80% dari keinginannya tercapai dan seminggu bukanlah waktu yang lama, jadi ia bisa duduk tenang mengurusi urusan yang lain.

Dan lagi calon istrinya tengah menunggu dikamar. Fort rasa ia mulai menyukai kehadiran Peat disisinya, pria kecil itu semakin lama semakin manis menurutnya. Meskipun mereka masih sering beradu argumen, namun akhir akhir ini Peat lebih sering mendengarkannya. Apalagi setelah kegiatan mereka semalam, membuat perasaan Fort kian membuncah bahagia.

Tap

Fort akhirnya sampai didepan pintu kayu milik omeganya. Dengan tak sabar tangannya meraih gagang pintu dan mulai mendorongnya kearah dalam.

Cklek

"Peat?" Matanya berbinar melihat omeganya sudah duduk dengan tubuh yang bersandar pada kepala ranjang. Omega itu kemudian memutar kepalanya yang sebelumnya menghadap jendela untuk melihat kearah Fort.

Tap

Tap

Fort berjalan mendekati pria cantik itu dengan senyum lebar yang masih terpatri dibibirnya. Mendudukan tubuh besar miliknya diatas kasur dengan tubuh yang menghadap penuh pada omeganya.

"Bagaimana keadaanmu hm?" Fort mengangkat tangannya untuk membelai pipi putih itu pelan, matanya menatap Peat penuh puja. Jantungnya berdegup kencang dalam artian senang. Peat benar benar cantik dan sempurna menurut Fort.

Mata rusa itu tak lepas dari wajah pria besar dihadapannya. Matanya menatapnya lekat tanpa ekspresi apapun disana.

"Alpha"

"Nick?"

"Ya"

Tangan Nick perlahan naik dan menjauhkan tangan Fort dari wajahnya. Mata rusa itu kembali menatap Fort datar.

"Bisakah kau pergi? Aku tak ingin melihatmu" Mata rusa itu sontak dikabuti air. Bibirnya bergetar dan giginya terkatup rapat.

Deggg

Air wajah Fort berubah seketika mendengar penolakan dari Nick. Bukan Peat, tapi Nick. Omega manis yang selalu menuruti dan bersikap manja padanya. Dahi Fort berkerut bingung, tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Kenapa Nick menangis?

Apa yang salah dengan omeganya?

Mata besar yang melihat cairan bening itu sudah menumpuk dan akan jatuh sesaat lagi, reflek membuat tangannya ingin segera menghapus air mata itu. Tapi lagi lagi tangannya ditepis oleh Nick dan sukses membuat raut wajah Fort berubah menjadi lebih tegang.

Fort tak menyukai ini, ditolak tanpa alasan bahkan ketika dirinya tak melakukan kesalahan apapun. Hal ini menyakiti harga dirinya.

"Berhentilah bersandiwara Nick. Aku muak jika terus menghadapi sifat buruk kalian yang seperti ini!" Tanpa sadar Fort meninggikan suaranya pada Nick, membuat omega itu tercekat hingga cairan bening itu pun jatuh menuruni pipi putihnya.

"Sifat buruk? Tidak. Satu satunya hal buruk yang terjadi adalah hubungan takdir naas yang kita jalani. Pernahkah kau bertanya bagaimana kondisi Peat selama disini? Pernahkah kau bertanya apa saja kegiatan yang Peat lakukan selama disini? Pernahkah kau bertanya apakah Peat merasa bahagia selama disini? Tidak Fort. Tidak. Kau tak pernah menanyakannya." Nick menghembuskan napas jenuh yang sudah memenuhi rongga dadanya, matanya tak lepas sejenak pun untuk menatap Fort lekat.

"Bahkan seujung kuku pun kau tak mengetahui bagaimana Peat yang sesungguhnya" Nick mengusap kasar air matanya, dadanya terlihat naik turun dengan cepat.

Kali ini ia harus berbicara untuk Peat. Meskipun rasa takut untuk berargumen dengan sang alpha sangat besar, Nick akan melindungi Peat sebisa mungkin. Kejadian semalam membuat Nick cukup kacau, rasa sakit fisik yang Peat rasakan menyentuh dirinya. Bahkan sampai saat ini jiwa Peat masih tertidur didalam sana, hingga Nick terpaksa keluar untuk menggantikan Peat seperti sebelumnya.

"Pergilah Fort. Aku ingin sendiri"

TBC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORTPEAT - SURROGATE 2🔞

FORTPEAT - JINX - 16 🔞

FORTPEAT - RARE SPECIES - 5 🔞