FORTPEAT - RARE SPECIES - 19
Ranjang berdecit keras hingga memekakkan telinga. Sepasang manusia dengan perbedaan tubuh yang mencolok semakin larut dalam permainan panas mereka. Pria kecil dengan mata bulat yang berada dibawah terlihat memejamkan matanya erat dengan tangan yang meraih sprei untuk diremas kuat. Cairan bening terus keluar dari ekor mata pria itu. Setiap hentakan yang ia terima, sebanyak itu juga hatinya teriris.
Tak ada kenikmatan sama sekali dipergumulan ini. Bahkan desahan yang menggema hanya berasal dari pria diatasnya. Bibir merah itu bahkan sudah berdarah karena Nat menggigitnya terlalu kuat.
Mata bulat itu kemudian perlahan terbuka. Ia menatap pria besar diatasnya yang masih sibuk menggumulinya. Fort. Pria yang pernah sangat ia kagumi saat remaja. Pria yang selalu memperlakukannya baik bahkan ketika derajat mereka berbeda jauh.
Tapi ini adalah hal lain saat ini. Dihati Nat tak ada lagi pria ini. Meskipun ia paksa berkali kali kembali menaruh hati, tetap saja tak bisa. Hatinya bukan lagi milik Putera Mahkota, hatinya bukan lagi milik Fort.
"Eungh.. Peath.. Nhh"
Namun semua ini harus Nat lakukan. Tak ada jalan lain, ini demi keselamatam semua orang.
-----
Sinar terik dari matahari menembus cela cela ventilasi sebuah kamar yang tak terlalu besar. Pria cantik yang tertidur dibawah selimut tebal itu terusik ketika wajahnya tanpa sengaja disinari secercah cahaya. Mata indah itu perlahan terbuka, mengerjap dan kemudian terbuka sempurna.
Srett
Tangan lentik itu segera menyibak selimut yang ia kenakan dan langsung menuju kamar mandi. Namun belum sempat James mencapai pintu kamar mandi, kepalanya tiba tiba berdenyut hebat. James merasa seperti orang yang baru saja selesai dari mabuknya.
James buru buru bergerak kearah meja rias, dan menarik kursinya untuk diduduki. Tangannya kemudian menampung bagian dahi dan sedikit menekannya. James ingin segera rasa sakit dikepalanya hilang sehingga ia bisa bersiap untuk menemui Peat, karena siang ini mereka harus bersiap untuk menghadiri upacara pernikahan dari Boss dan Noeul.
-----
Pria kecil dengan mata bulat itu menatap dirinya dalam pantulan cermin. Tangannya terangkat menyentuh seluruh tanda yang dibuat oleh Putera Mahkota semalam.
Hatinya mencelos sakit.
Dengan jelas semalam Nat melihat Peat berdiri menyaksikan matenya sendiri bersetubuh dengan orang lain. Nat juga melihat dan mendengar bagaimana pria cantik itu kesakitan dan meraung.
Tapi ia tak bisa berbuat apa apa selain menuruti kemauan ayahnya.
Tangan kecil itu meraih kalung yang berisikan cairan merah didalamnya. Mengelusnya dan kemudian menggenggamnya cukup erat, hingga liontin kaca itu pecah ditangannya. Bau anyir seketika menyeruak, bersamaan dengan air matanya yang kembali mengalir karena rasa bersalah yang Nat rasakan.
Serpihan kaca itu terasa sangat jelas menusuk hingga merobek kulit tangannya. Membuat pekikan tangis dari Nat semakin keras dan kuat. Tidak, rasa sakit ditangannya hanya alasan. Hatinya lebih terluka, fakta bahwa ia sudah bersetubuh dengan orang lain sebelum dengan pujaan hatinya, terasa sangat menyesakkan.
"Maafkan aku, Peat. Maafkan aku"
-----
Dengan setengah berlari James menuju mansion Putera Mahkota untuk menjemput tuannya. Dia sudah terlambat setengah jam dari jadwal kerjanya dan ia harus segera mempersiapkan segala sesuatunya seperti pakaian, perhiasan serta hadiah yang sudah ia pesan jauh hari atas permintaan Peat.
Dan lagi kabarnya asisten pribadi Putera Mahkota, yakni Saifah masih dalam perjalanan kembali ke Azea setelah Putera Mahkota mengutusnya tiga bulan lalu untuk mengawasi produksi senjata yang dipesan khusus demi memperkuat militer Azea. Jadi kali ini James juga harus mempersiapkan kendaraan yang akan dikendarai oleh Putera mahkota bersama atasannya.
"Khun-" Suara James terhenti ketika tak mendapati siapapun diruang makan. Matanya bergerak kesekeliling mencari keberadaan tuannya yang mungkin menunggu disisi lain, tapi nihil. James tak menemukan Peat dimanapun.
Kakinya pun bergerak cepat mendekati salah satu pelayan yang tengah menyeka kaca jendela tinggi dengan peralatan khusus yang ia miliki.
Puk
"Bibi. Apa Yang Mulia dan Khun Peat tidak turun untuk makan?" James menepuk bahu wanita paruh baya itu dan kemudian bertanya dengan tempo cepat. Ia cukup khawatir sekarang.
Pasalnya James sangat ingat jika bukan dirinyalah yang membawa Peat pulang, karena ia pun secara ajaib bangun dikasurnya pagi ini. James takut jika Peat ternyata tidak pulang dan bahkan buruknya ia diculik.
"Tidak Khun. Kami sudah menyiapkan sarapan sebagaimana biasanya tapi tak ada satupun yang turun. Dan saat kami mengetuk pintu kamar Yang Mulia dan Khun Peat, tak ada jawaban-"
James berlari meninggalkan pelayan wanita paruh baya itu tanpa niatan untuk mendengarkan ucapannya hingga habis. Pikirannya semakin kacau dan panik. James tak ingin kehilangan Peat, dan jika benar atasannya tak kembali, tamat sudah riwayatnya.
Cklek
BLAM
"Hah..." James mendesah lega sambil menyeka keringatnya yang sedikit mengucur dipelipisnya. Matanya masih melihat tuannya tertidur diatas ranjang.
Dahi James berkerut, kenapa atasannya ini masih mengenakan baju semalam? Kenapa ia tak mengganti baju dulu sebelum tidur? Bukankah tidur dengan pakaian seperti ini tak nyaman?
"Sshh.. Seingatku Khun Peat tidak minum." James kembali berusaha menggali ingatannya sambil mendekat kearah Peat yang masih tertidur. Wajahnya ia dekatkan ketubuh Peat dan naik hingga hidungnya dapat mencium aroma napas dari pria tertidur ini.
Sama sekali tak ada bau alkohol.
Puk
Puk
"Khun" James menepuk pelan bahu Peat yang masih tertutupi jas maroon semalam. Namun tak ada reaksi apapun.
Puk
Puk
"Khun" Lagi. James menepuk pelan bahu tersebut dan masih tak ada jawaban dari Peat.
Perasaan James menjadi tak enak. Buru buru ia mengulurkan tangannya dan meraba dahi serta ceruk leher Peat.
Panas.
Dengan cekatan James berlari kearah lemari besar yang berisi pakaian dan kembali dengan pakaian tipis untuk Peat kenakan. Tangannya kemudian satu persatu mulai melepas pakaian pada tubuh Peat.
"Astaga!" James terkejut ketika melihat ada luka lebam dibahu Peat, hal itu ia dapati ketika mencoba melepas kemeja putih yang Peat kenakan.
Jemari James semakin bekerja dengan cepat. Bibirnya tak berhenti meringis melihat seluruh tubuh Peat yang dipenuhi luka lebam. Hanya bagian leher dan wajahnya saja yang tampak bersih.
Apa tuannya dipukuli semalam? Bagaimana bisa? Siapa yang berani melakukan hal sekeji ini pada tuannya?
James tanpa sadar menitikkan air mata melihat kondisi tuannya yang mengenaskan. Bahkan luka luka dari hasil puluhan suntikan yang selalu Peat perlihatkan padanya belum sembuh dan semakin membiru setiap hari nya.
Dengan tangan bergetar James berusaha mengangkat tubuh Peat agar berbaring dengan nyaman diranjangnya, menyelimutinya hingga sebatas leher dan beranjak dengan baju kotor untuk ia simpan di kotak baju laundri.
James kembali berjalan menuju pintu utama kamar. Menguncinya dari dalam karena tak ingin seseorang pun tau kondisi tuannya yang kacau. Ini perintah Peat, untuk tak memberitahukan kondisi luka lebam dari bekas suntikannya pada orang lain termasuk Putera Mahkota. Dan James yakin luka baru yang sebanyak ini Peat juga tak ingin diketahui siapapun. Peat adalah orang yang tak ingin terlihat lemah dihadapan siapapun.
Perlahan kakinya pergi kearah kamar mandi untuk mengambil air hangat. James ingin membersihkan tubuh Peat sebelum mengenakan kembali baju nyaman untuk dibawa tidur oleh Peat.
Setibanya didalam kamar mandi, James mengambil baskom besi yang memang selalu disediakan dirak keperluan dikamar mandi. Menaruh baskom tersebut dibawah keran air dan mulai menyalakan water heater.
Tess
Tess
Tess
Tetesan demi tetesan air mata jatuh membasahi pembatas bathtub. Dada James menjadi sesak melihat kondisi Peat yang sangat parah. Lebam itu tak biasa, dan ia pernah melihat jenis luka yang hampir sama. Kaki James tak mampu menopang tubuhnya lagi. Ia merosot hingga kini wajahnya tenggelam dalam lipatan lengan yang berada disisi wastafel.
Memori buruk mengenai keluarganya kembali terlintas. James melihat kondisi ibunya sangat mirip dengan Peat. Luka lebam yang begitu banyak yang hanya tersebar dari pundak hingga kebawah.
Perselingkuhan.
Ah, tidak. Ini bahkan lebih parah dari itu.
Dan hal mengerikan terjadi setelah itu. Ibunya di reject oleh sang ayah setelah menemukan omega baru. Ibunya jatuh sakit, ibunya menderita dan kemudian meninggal satu minggu setelahnya.
Benar, reject yang dilakukan terhadap mate berefek lebih parah dibandingkan fated pair. Omega hanya bisa bertahan untuk waktu yang singkat sekitar satu hingga dua minggu, berbeda dengan efek dari reject fated pair yang akan berlangsung lebih lama, yakni dua hingga tiga bulan. Sehingga kemungkinan hidup ketika direject oleh fated pair lebih besar dari mate sendiri.
Dan kini James baru menyadari jika semua aturan yang diberikan pada omega begitu naas dan menjijikan.
Memang benar kata Peat.
Moon Goddes hanyalah seorang dewi yang jahat.
-----
Gedung mewah yang sengaja dibangun disalah satu lahan kosong selama 5 bulan itu terlihat begitu cantik. Semua desain terlihat apik dengan perpaduan warna magenta dan hitam. Lahan ini tak berada jauh dari istana, hanya berjarak sekitar dua atau tiga kilometer jauhnya.
Upacara pemberkatan pernikahan dan pesta pernikahan diadakan digedung tersebut, gedung ini nantinya juga akan diberikan pada kedua mempelai sebagai istana mereka kelak. Posisi Noeul yang merupakan seorang pangeran, membuatnya tak bisa lagi menempati mansionnya. Karena nantinya seluruh wilayah istana akan mutlak jatuh ke tangan Fort setelah hari penobatan. Gedung utama akan ditempati oleh Raja dan Omega Agung nantinya, sedangkan mansion akan diisi oleh putra putri dari mereka kelak. Sehingga Noeul harus membangun istana baru untuknya dan Boss tinggal. Namun tentu saja hal ini tidak menghilangkan statusnya yang merupakan pangeran.
Dekorasi gedung tersebut terlihat begitu megah dan mewah, semua warna berpadu dengan sangat baik. Setiap dinding dilapisi kain beludru begitu juga dengan meja dan kursinya. Karpet beludru dengan warna magenta terbentang memanjang dari arah gerbang masuk hingga pintu masuk. Lampu chandelier tergantung berjajar dengan ukuran dan desain yang berbeda. Musik klasik ikut terputar untuk menambah kesan megah dari acara.
Setelah upacara pemberkatan selesai, semua tamu undangan mulai memecah dengan bergerak menuju bagian yang mereka inginkan. Ada yang pergi untuk memberi selamat, ada yang melihat pertunjukan musik klasik disuatu bagian, ada yang berdansa diatas lantai dansa yang disediakan, ada yang mengunjungi stand makanan, dan ada juga yang duduk dimeja masing masing sambil menikmati hidangan yang berada diatas meja.
Riuh suasana dan tawa semua orang begitu ramai hingga acara terlihat semakin meriah. Tak hanya bangsawan kelas atas yang hadir, pernikahan megah ini juga dihadiri oleh bangsawan kelas menengah hingga bawah. Membuat semuanya berkumpul dan banyak dari mereka yang mencoba membuat koneksi satu sama lain.
Noeul yang mulai lelah karena berdiri terlalu lama, menarik sedikit lengan Boss dan meminta untuk duduk sejenak. Tak ambil pusing, Boss menuruti permintaan istrinya untuk duduk disinggasana mereka.
"Aku haus" Noeul meraih tangan Boss dan memainkannya, mata itu melirik Boss memohon.
Boss mendengus lucu melihat istrinya yang bertingkah menggemaskan. Kepalanya kemudian menoleh kesamping untuk mencari seseorang yang bisa ia mintai bantuan.
"Nat" Boss segera memanggil Nat ketika melihat pria kecil itu tengah berdiri sedikit dibelakang singgasananya dengan mata yang menatap lekat pada telapak tangannya.
Satu detik, dua detik, tiga detik. Nat tak kunjung menyahuti teriakan Boss dan masih asik memandang lekat telapak tangannya.
"Nat!" Boss kini setengah berteriak, membuat beberapa orang yang berada didekatnya menoleh dan hanya dibalas Boss dengan senyum canggung.
Kali ini panggilannya direspon. Boss melihat Nat berjalan mendekat kearah mereka.
"Ya Yang Mulia, ada apa?"
"A-ah? Yang Mulia?"
"Ya, Yang Mulia. Status anda sudah berubah menjadi pangeran, jadi sudah sepantasnya saya memanggil anda Yang Mulia" Jelas Nat, sepertinya Boss masih merasa aneh dengan panggilan baru yang disematkan untuknya.
"Ah begitu. Terserah. Bisa kau ambilkan minum untuk Noeul? Istriku haus"
"Baik Yang Mulia." Nat membungkukkan kepalanya meminta izin lalu beranjak pergi kesalah satu stand untuk mengambil air minum yang dibutuhkan.
Selama perjalanan Nat kembali memandangi telapak tangannya. Ini tak masuk akal. Nat dengan jelas merasakan jika tangannya tergores dan tertusuk serpihan kaca liontin yang ia remas pagi ini. Namun ketika ia ingin membalutnya dengan perban setelah mandi, Nat tak menemukan luka apapun ditelapak tangannya. Kulitnya kembali halus seperti sedia kala.
Puk
Nat merasakan tepukan dibahunya sesaat dirinya selesai mengambil dua gelas air minum untuk kedua mempelai. Nat meninggalkan gelas tersebut diatas meja dan segera berbalik kebelakang.
Degg
Matanya membulat ketika mendapati Fort yang menunggu dibelakangnya. Membuat Nat segera menurunkan pandangannya agar tak menatap pria besar dihadapannya.
"Kau melihat Peat?"
Pertanyaan itu membuat Nat mendongakkan kepalanya dan menangkap raut khawatir dari Fort. Pria itu tampak gusar dengan kepala yang masih menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaan seseorang.
"Maaf Yang Mulia. Saya tidak melihat Khun Peat" Nat kembali menundukkan kepalanya setelah menjawab pertanyaan Fort. Hatinya sedikit lega karena Fort sepertinya tak mengingat kejadian apapun yang terjadi semalam.
"Yasudah, lanjutkan pekerjaanmu" Pria besar itu kemudian beranjak dari hadapan Nat dan kembali berkeliling mencari omeganya.
Sedari pagi sejak upacara pemberkatan Fort tak melihat Peat maupun James digedung ini. Awalnya Fort berpikir jika Peat sudah pergi duluan karena pagi ini saat ia tiba di mansion, Fort tak melihat tanda tanda adanya Peat disana. Jadi Fort berpikir jika Peat sudah pergi lebih dulu karena takut terlambat.
Namun sejauh apapun Fort melihat, ia tak menemukan Peat dimanapun. Bahkan tak ada jejak feromon Peat yang tercium oleh Fort disini.
"Bagaimana nak? Apa kau sudah menemukan Peat?" Ratu bertanya sesaat setelah melihat putera sulungnya berhenti dihadapannya.
"Belum Yang Mulia Ratu. Sepertinya aku harus segera pergi untuk mencarinya. Apa tidak apa?"
"Pergi-"
"Ajari calon omegamu lebih baik Putera Mahkota. Perbuatannya kali ini sama saja menaruh malu diwajah kita. Ini seharusnya juga menjadi ajang untuk kalian berdua mengenal lebih baik rakyat kita. Tapi ia dengan tak tahu malunya melewati acara ini, bahkan acara ini adalah pernikahan dari seorang Pangeran. Memalukan"
Fort terdiam. Semua perkataan ayahnya adalah benar. Peat kali ini sudah kelewatan. Tak menghadiri acara sebesar ini akan menaruh malu diwajah kerajaan. Apalagi ini adalah acara pernikahan dari keluarga inti kerajaan. Entah berita buruk apa yang akan tersebar setelah ini.
Keluarga kerajaan yang direndahkan oleh calon Omega Agung?
Calon Omega Agung yang pemalas?
Calon Omega Agung yang tidak beretika?
Keluarga kerajaan mengucilkan calon Omega Agung?
Hubungan tak harmonis antara Putera Mahkota dengan calon Omega Agung?
Pasti akan banyak rumor setelah hari ini. Reputasi kerajaan akan buruk dimata masyarakat.
"Maaf Yang Mulia Raja. Ini semua kesalahan saya. Saya pamit untuk mencari omega saya" Fort menundukkan kepalanya kearah Raja dan Ratu secara bergantian sebelum beranjak dari sana untuk mencari omeganya.
Peat harus di disiplinkan.
-----
BLAM
"Hei hei Fort. Tenanglah kawan. Masalah akan semakin rumit jika kau dalam kondisi emosi seperti ini" Net berjalan setengah berlari mengejar Fort yang lebih dulu menuju arah mansionnya. Pria besar itu berjalan dengan cepat dan menghiraukan teriakan dari temannya.
Drap
Drap
Drap
Net menyerah, kini ia memilih berjalan karena Fort terlalu cepat untuknya. Tentu saja kelebihan dari seorang Raja, dari semua segi kekuatan dan kemampuan berada diatas rata rata.
Sesaat setelah sampai didalam mansion, Fort bergegas menuju lantai dua dimana kamar mereka berada.
Tok
Tok
Tok
"Peat! Buka!" Ketukan yang keras membuat James yang tertidur dikursi didepan meja rias terbangun seketika.
Tok
Tok
Tok
"Peat! Hei! Buka pintumu!" Fort kini terlihat mengguncang daun pintu tersebut dengan mendorong dorongnya cukup kuat. Tampak jelas daun pintu itu bergoyang hebat saat ini.
James bergegas mendekati daun pintu tersebut. Jemarinya bertaut cemas dengan bibir yang ia gigit, James takut saat ini.
"Jika kau tidak-"
"Maaf Yang Mulia, Khun Peat sedang tak bisa diganggu" James memberanikan diri untuk menjawab Fort. Jantungnya berdegup cepat karena ketakutan. Bahkan Fort tak berada langsung didepan wajahnya tapi James sudah sangat merasa terintimidasi.
"Buka"
"Maaf Yang Mulia, saya-"
"Buka sialan!"
James semakin panik. Kini matanya bergerak cepat, menatap daun pintu dan tuannya secara bergantian. James takut. Ia sangat takut akan marah Putera Mahkota, tapi ia juga takut Putera Mahkota akan kembali menyakiti tuannya.
James semakin kalut. James semakin panik. Telinganya tiba tiba berdengung dan menjadi tuli. James tak lagi mendengar kata umpatan yang terus dilayangkan oleh Putera Mahkota padanya. Bahkan ia tak mendengar jika daun pintu itu didobrak oleh Fort dari luar dan terbuka.
Plakk
"Hei!!!"
Net yang melihat Fort menampar James didepannya segera mendorong tubuh Fort menjauh dan segera menangkap tubuh limbung prianya, karena jelas tamparan dari Fort bukan main kerasnya. Dengan sigap Net membawa James untuk duduk dikursi meja rias dan menenangkannya. Net dapat dengan jelas melihat James tengah panik dan kebingungan dengan apa yang terjadi.
"Bangunlah pemalas! Sial! Kau benar benar duri dikerajaan" Fort menatap marah kearah Peat yang masih memejamkan mata diatas ranjang.
"Cih! Kau sudah tak mau mendengarkanku hah?! Hei!"
Grepp
Srett
Fort menarik kerah depan t-shirt yang Peat gunakan hingga tubuh itu terangkat keatas, namun kepalanya terkulai jatuh karena Peat yang masih tak sadarkan diri.
"Bangun bajingan! Sudah kubilang tahta Omega Agung bukan untuk orang pemalas!" Fort mengguncang tubuh itu kuat dengan harapan Peat akan segera bangun dan meminta maaf.
Namun yang Fort dapatkan hanyalah Peat yang masih diam dan tak bergerak sama sekali. Kepalanya masih terkulai kebawah.
"Peat. Hei, bangun. Peat?" Fort mulai khawatir. Ia kembali menurunkan tubuh Peat dan menepuk dada omega itu berkali kali untuk membangunkannya.
"Peat, jangan bercanda. Bangun dan jelaskan padaku kenapa kau tak datang hari ini. Peat, bangunlah" Fort semakin panik, Peat masih tak bereaksi dengan segala usahanya. Dengan cepat ia duduk diatas ranjang dan meraba dahi dan ceruk leher Peat.
Sial!
Omega ini sakit.
Fort kemudian menatap Net yang masih menenangkan James. Menatap ragu kearah Peat dam kembali menatap kearah Net serta James.
"Net, keluarlah dan bawa kekasihmu"
Net mengangguk dan memapah James secara perlahan keluar kamar. Sebenarnya sejak tadi ia ingin membawa James pergi, tapi tentu ia tak bisa pergi begitu saja karena James merupakan pekerja disini. Net tak mau membuat masalah baru untuk James nanti.
Setelah melihat kepergian Net dan James. Fort segera naik keatas kasur dan langsung membaringkan tubuhnya disebelah Peat. Fort memperbaiki selimut yang menutupi Peat hingga menjadi menutupi mereka berdua lalu memeluk omega tersebut erat.
Fort tersenyum tipis. Ternyata penyebab semua kekacauan ini adalah ulahnya. Seharusnya ia bisa menahan diri ketika Peat menggodanya semalam. Ah tidak, ini semua salah alkohol baru yang disajikan Net untuk mereka semalam. Membuat Fort mabuk lebih cepat dan tak mampu mengontrol dirinya sendiri.
Wajar jika Peat demam hari ini. Melakukan seks pertama kali memang akan menimbulkan luka robek dan tak jarang membuat submisif demam.
"Hah... Maafkan aku sudah meneriakimu Peat. Seharusnya aku mengetahui ini sejak awal." Fort mengusap lembut surai hitam Peat, memberikan kecupan dipuncak kepala itu sambil mengontrol pengeluaran feromon untuk mengobati sang omega.
"Peat, apa yang harus kukatakan pada ayah dan ibu nanti jika ternyata kau sakit dan penyebabnya adalah first sex denganku? Ugh, kau membuatku gila Peat"
Fort menghirup aroma feromon tipis yang menguar dari rambut Peat. Lengannya juga semakin memeluk erat tubuh kecil didekapannya itu.
Entahlah, kembali mengingat jika ia sudah melalui malam panas bersama Peat membuat Fort sangat bahagia. Rasanya ia ingin menyimpan Peat hanya untuk dirinya selamanya.
TBC
Komentar
Posting Komentar